BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Latar Belakang
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah
proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari
batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi
pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila
beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi
psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi
pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan
proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan
yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi
pendidikan ini pada umumnya adalah para pendidik. Mereka memang dituntut untuk
menguasai bidang ilmu ini agar mereka dalam menjalankan fungsinya dapat
menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap
berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.
Agar pemahaman tentang belajar tidak semakin melenceng, ada baiknya kita
mempelajari psikologi pendidikan. Tentu bukan hanya belajar di bangku kuliah.
Sebab apa yang kita pelajari di perkuliahan cenderung berupa teori. Sehingga
untuk lebih memperdalam pemahaman serta untuk membangun pola pikir kritis
mahasiswa, maka membaca buku-buku tentang psikologi pendidikan adalah solusinya.
Terlepas dari kesempurnaan sebuah buku, sebagai pembaca tentunya saya
memiliki tanggapan tersendiri untuk materi-materi tertentu. Dalam hal ini,
tanggapan adalah apa yang muncul di kepala saya saat membaca buku ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari mengkritik
buku ini adalah:
1) Memperdalam pengetahuan tentang
psikologi pendidikan.
2) Membangun pola pikir kritis
mahasiswa.
3) Mengulas isi sebuah buku.
4) Mencari dan mengetahui
informasi yang ada dalam buku.
5) Mengetahui perbedaan antara
buku yang satu dengan buku yang lain.
6) Memenuhi tugas pembelajaran
kurikulum berorientasi KKNI.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari mengkritik buku ini adalah :
1. Sebagai referensi untuk para
pembaca dan penulis.
2. Menambah wawasan kita dalam
menelaah buku–buku khususnya buku Psikologi Pendidikan.
BAB II
ISI BUKU
2.1 Identitas Buku
Judul : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Drs. H. Mustaqim
Penerbit : Pustaka Belajar
Tahun terbit: 2001
Halaman Buku: 187 Halaman
ISBN : 979-9483-26-3
Buku yang dikritik
Judul Buku : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Drs. M. Ngalim Purwanto, MP
Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya
Tahun terbit : 2011
Halaman Buku: 169 Halaman
ISBN : 979-514-036-1
2.2 Ringkasan Buku
BAB 1 PENGANTAR
1. Pengertian
Psikologi
Menurut arti kata-katanya maka psikologi sering diterjemahkan menjadi
ilmu jiwa. Yakni dari kata psyche yang berarti jiwa, roh, dan logos yang
berarti ilmu. Sebenarnya arti tersebut kurang tepat karena bertitik tolak dari
pandangan dualisme manusia yang menganggap bahwa manusia itu terdiri dari dua
bagian yaitu jasmani dan rohani.
Dengan singkat dapat kita katakan bahwa psikologi ialah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia. Tingkah laku disini diartikan secara luas
ialah segala kegiatan, tindakan perbuatan manusia yang kelihatan maupun yang
tidak kelihatan, yang disadari maupun tidak disadarinya. Termasuk di dalamnya:
cara berbicara, berjalan, berpikir atau mengambil keputusan, cara ia mengambil
sesuatu, caranya beraksi terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya maupun
dari dalam dirinya.
2. Obyek
Psikologi Dan Macam-Macamnya
a) Obyek Material
Yakni yang dipandang dengan keseluruhan. Adapun obyek material dari
psikologi ialah manusia. Di samping menjadi obyek psikologi, manusia juga
menjadi bagian obyek bagi ilmu-ilmu yang lain, seperti sosiologi, antropologi,
sejarah, biologi, ilmu kedokteran, ilmu hukum, ilmu mendidik. Semua obyeknya
adalah manusia.
b) Obyak Formal
Jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam penyelidikan
psikologi itu, dalam hal ini maka obyek formal psikologi adalah berbeda-beda
menurut perubahan zaman dan pandangan masing-masing para ahli. Pada zaman
Yunani sampai dengan abad pertengahan yang menjadi obyek formalnya ialah
hakekat jiwa. Kemudian pada masa Descartes obyek psikologi itu ialah
gejala-gejala kesadaran. Secara sistematis macam-macam psikologi itu dapat kita
susun sebagai berikut:
1) Psikologi matafisika, yang
menyelidiki hakekat jiwa seperti yang dilakukan oleh Plato dan Aristetoles.
2) Psikologi empiri, yang
menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan
pengamatan (observasi). Psikologi empiri dapat dibagi lagi menjadi dua bagian
antara lain:
• Psikologi umum, yang
menyelidiki atau mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia pada umumnya.
• Psikologi khusus, yang
menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai
dengan pandangan serta tujuannya.
3. Hubungan
Psikologi Dengan Ilmu-Ilmu Lainnya
a) Psikologi dan Antropologi
Secara etimologis, antropologi berarti tentang manusia. Antropologi
sebagai ilmu yang masih muda yang mempunyai perhatian terhadap semua cabang
pengetahuan yang berhubungan dengan manusia.
b) Psikologi dan Sosiologi
Para ahli psikologi memusatkan perhatian terutama kepada tingkah laku
kelompok. Ia mempelajari pengaruh-pengaruh kelompok terhadap individu-individu
yang termasuk kedalam kelompok itu. Masalah-masalah yang diselidiki oleh
sosiologi antara lain masalah-masalah kejahatan, kenakalan anak-anak,
perceraian, perkembangan atau perubahan sifat-sifat keluarga dan sebagainya.
c) Psikologi dan Fisiologi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi berbagai organ yang
ada dalam tubuh manusia (seperti: fungsi perut dan hati, limpa dan empedu) dan
berbagai sistem peredaran (seperti: peredaran darah, makanan, pengeluaran
sisa-sisa pembakaran dan sebagainya). Juga mempelajari bagaimana organ-organ
dan sistem-sistem peredaran itu bisa berinteraksi satu sama lain.
4. Ruang
Lingkup Psikologi Pendidikan
Mengingat bahwa psikologi pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan
dirinya pada penemuan, aplikasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi
kedalam pendidikan, maka ruang lingkup psikologi pendidikan mencakup topik-topik
psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan.
Yang merupakan ruang lingkup
psikologi pendidikan, antara lain:
1) Sampai sejauh mana
faktor-faktor pembawaan dan lingkungan yang berpengaruh terhadap belajar.
2) Sifat-sifat dari proses
belajar.
3) Hubungan tingkat kematangan
dengan kesiapan belajar.
4) Signifikansi pendidikan
terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan
belajar.
5) Perubahan-perubahan jiwa yang
terjadi selama dalam belajar.
6) Hubungan antara prosedur-prosedur
dengan hasil belajar.
7) Teknik-teknik yang sangat
efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar.
8) Pengaruh atau akibat relatif
dari pendidikan formal dibandingkan dengan pengalaman belajar yang insidental
dan informal terhadap individu.
9) Nilai atau manfaat sikap ilmiah
terhadap pendidikan bagi personal sekolah.
10) Akibat psikologis
yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap para sisiwa.
BAB II PEMBAWAAN, KETURUNAN DAN
LINGKUNGAN
1. Soal
Pembawaan Dan Lingkungan
Soal pembawaan ini adalah soal yang tidak mudah dan dengan demikian
memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun
lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi, dan lain-lain memikirkan
dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan perkembangan manusia itu
tergantung pada pembawaan atau pada lingkungan. Dalam usaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu disini dikemukakan adanya beberapa
pendapat:
a) Aliran Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pembawaan yang telah
terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya.
Menurut nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaannya.
b) Aliran Empirisme
Mereka berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa
itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan
pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Pendapat kaum empiris ini terkenal
dengan nama optimisme paedagogis.
c) Hukum Konvergensi
Hukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William
Strem. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan
perkembangan manusia. Dalam aliran yang menganut aliran konvergensi itu sendiri
masih terdapat dua aliran, yaitu aliran yang dalam hukum konvergensi ini lebih
menekankan kepada pengaruh pembawaan dari pada pengaruh lingkungan.
2. Pembawaan
Dan Keturunan
a) Keturunan
Kita mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seseorang anak
adalah keturunan jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut diwariskan atau
diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Banyak para ahli
yang berusaha menyelidiki sifat-sifat kejiwaan manusia yang berkenaan dengan
keturunan, tetapi sampai sekarang penyelidikan itu masih belum dapat dikatakan
memuaskan hasilnya. Adapun beberapa faktor yang menyulitkan pelaksanaan
penyelidikan tersebut dengan baik, antara lain :
• Pada manusia tidak dapat
dilakukan persilangan menurut rencana tertentu umpamanya persilangan antara dua
ras yang sangat berlainan asalnya seperti yang dapat dilakukan terhadap
binatang atau tumbuhan-tumbuhan.
• Masa perkembangan manusia yang
sangat lama sehingga mengakibatkan sifat-sifat yang ada yang terjadi karena
keturunan dapat tersembunyi dengan lamanya, sebelum sifat-sifat itu menampakkan
diri pada suatu individu yang tertentu.
• Masa hidup suatu generasi juga
demikian lama sehingga si penyelidik tidak akan mungkin mengadakan
pengamatan-pengamatan terhadap lebih dari satu kerturunan.
• Adanya jumlah anak manusia yang
relatif (menurut perbandingan hanya sedikit sekali).
b) Pembawaan
Agar lebih jelas lagi pengartian kita tentang turunan dan bagaimana
hubungannya atau adakah perbedaan antara turunan dan pembawaan, marilah kita
ikuti uraian yang berikut. Sebelum kita utarakan lebih lanjut, dapatlah kiranya
kita mengatakan: ”pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan
(potensi) yang didapat suatu individu dan yang selama masa perkembangannya
benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan)”.
Hanya dengan memperhatikan prestasi-prestasi (actual ability), bentuk
wataknya dan tingkah laku sesuatu individu sajalah kita dapat mengambil
kesimpulan tentang sesuatu pembawaan yang tentu ada pada individu itu.
c) Struktur Pembawaan
Sifat-sifat pembawaan atau kesanggupan-kesanggupan yang termasuk dalam
struktur pembawaan itu tidak semuanya dapat berkembang atau menunjukkan diri
dalam perwujudannya. Tersembunyi; jadi tetap tinggal sebagai kemungkinan saja,
yang tidak mewujudkan diri.
Adapun yang menyebabkan berkembangnya sifat-sifat pembawaan itu sehingga
menjadi wujud (actual ability) atau tetap tinggal terpendamnya suatu sifat
pembawaan (potensial ability) ialah faktor-faktor dari luar (umpamanya karena
mendapat kesempatan atau latihan atau pengajaran yang cukup) maupun
faktor-faktor dari dalam (umpamanya konstitusi badan yang demikian rupa
sehingga tidak memungkinkan berkembangnya sifat-sifat pembawaannya itu).
Dimuka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang
terkandung dalam sel benih yang akan berkembang mencapai sebagai perwujudannya.
Pembawaan ( yang dibawa si anak sejak lahirnya) adalah potensi-potensi yang
aktif dan pasif yang akan terus berkembang mencapai perwujudannya.
Jadi kesimpulannya ialah semua yang dibawa oleh si anak sejak lahir
adalah diterima kerena kelahirannya, jadi adalah memang pembawaan. Tetapi
pembawaan itu tidaklah semuanya diperoleh karena keturunan. Sebaliknya,
semuanya yang diperoleh karena keturunan adalah dapat dikatakan pembawaan, atau
lebih tepat lagi pembawaan keturunan.
3. Pembawaan
Dan Bakat
Sebenarnya kedua istilah pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama
maksudnya, umumnya dalam buku-buku psikologi kita dapati kedua istilah itu
sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian yaitu pembawaan (aanleg).
Untuk menggantikan kata aanleg kauda istilah tersebut dapat digunakan sama-sama
dengan maksud yang sama pula. Titik berat perbedaannya terletak pada luas
pengertiannya; yang satu mengandung pengertian yang lebih luas dari pada yang
lain.
4. Beberapa
Macam Pembawaan Dan Pengaruh Keturunan
Perlu pula kiranya disini kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan,
antara lain:
• Pembawaan Jenis
• Pembawaan Ras
• Pembawaan Jenis Kelamin
• Pembawaan Perseorangan
Adapun yang termasuk pembawaan perseorangan yang dalam pertumbuhannya
lebih ditentukan oleh pembawaan keturunan antara lain ialah :
• Konstitusi tubuh
• Cara bekerja alat-alat indra
• Sifat-sifat ingat dan
kesanggupan belajar
• Tipe-tipe perhatian
• Cara-cara berlangsungnya
emosi-emosi yang khas
• Tempo dan ritme perkembangan
5. Lingkungan
(Enveronment)
Macam-macam lingkungan
a) Lingkungan alam/luar (external
or physical enveronment)
b) Lingkungan dalam (internal
enveronment)
c) Lingkungan sosial atau
masyarakat (social enveronment)
Bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan?
Menutrut Woorworth, cara-cara
individu berhubungan dengan lingkungan dapat dibedakan menjadi 4 macam, diantaranya:
1) Individu bertentangan dengan
lingkungannya
2) Individu menggunakan
lingkungannya
3) Individu berpatisipasi dengan
lingkungannya
4) Individu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya
Sebernanya keempat macam cara hubungan individu dengan lingkungannya itu
kita dapat rangkum menjadi satu saja, yakni bahwa individu itu senantiasa
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam arti yang luas
menyusuaikan diri itu berarti:
1) Mengubah diri sesuai dengan
keadaan lingkungan (penyesuain autoplastis).
2) Mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan) diri (menyesuaikan diri alloplastis).
BAB III MENGAPA MANUSIA
BERINTERAKSI DENGAN DUNIA LUAR
1. Tenaga-Tenaga
Pendorong Pada Manusia
Daya-daya/tenaga yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia
luar agar dapat berlangsung dan mengembangkan hidupnya. Daya-daya yang
mendorong manusia dari dalam untuk melakukan perbuatan itu disebut dorongan
nafsu. Yang dimaksud dengan dorongan nafsu ialah kekuatan pendorong maju yang
memaksa dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang
berupa benda-benda ataupun nilai-nilai yang tertentu. Dalam garis besarnya
dorongan nafsu dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a) Dorongan nafsu yang
mempertahankan diri
Mencari makanan jika ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga
diri agar tetap sehat mencari perlindungan untuk hidup aman dan sebagainya.
b) Dorongan nafsu yang
mempertahankan diri
Dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum
diketahuinya. Pada manusia, dorongan inilah yang menjadikan kebudayaan manusia
semakin maju dan semakin tinggi.
c) Dorongan nafsu mempertahankan
diri
Manusia ataupun hewan secara sadar maupun tidak sadar selalu menjaga agar
jenisnya atau keturanannya tetap berkembang dan hidup. Ada pula yang membagi
dorongan nafsu itu menjadi empat macam ialah sebagai berikut:
a. Dorongan nafsu vital
Daya pendorong dalam diri manusia yang dilahirkan pada terciptanya
nilai-nilai atau benda-benda yang berfaedah bagi organisme.
b. Dorongan nafsu egois
Nafsu ini mendorong manusia kepada penghayatan akan kepercayaan kepada
diri sendiri, menghargai diri, kemerdekaan batin dan perasaan tanggung jawab.
Hidup dorongan nafsu egois ini berhasrat mempertinggi aku, artinya tertuju
kepada perkembangan dan kesempurnaan diri.
c. Dorongan nafsu sosial
Hidup dorongan nafsu sosial, mendorong manusia berkumpul dan mengadakan
kontak dengan manusia lain berupa persahabatan, perkawinan dan sebagainya yang
memungkinkan hidup masyarakat.
d. Dorongan Nafsu Super Sosial
Pada dasarnya manusia itu berbeda dengan makhluk yang lain. Dorongan
nafsu diarahkan kepada penghayatan atas perhubungan dengan yang Mahakuasa
sebagai asal mula yang ada.
2. Daya-Daya/Alat-Alat
Interaksi Manusia Dengan Dunia Luar
a. Pengamatan
Suatu daya jiwa untuk memasukkan kesan-kesan dari luar melalui/dengan
menggunakan alat indra. Seperti: melihat, mendengar, mencium, meraba sesuatu
dan sebagainya. Pengamatan merupakan dasar bagi setiap pengalaman dan
pengetahuan seseorang.
b. Ingatan
Kesan-kesan yang tertinggal dari pengamatan di dalam diri manusia yang
berupa tanggapan-tanggapan maupun pengertian itu disimpan sewaktu-sewaktu
dikeluarkan lagi. Daya untuk menyimpan dan mengeluarkan kesan-kesan itu disebut
daya ingatan.
c. Fantasi
Daya jiwa untuk menciptakan tanggapan-tanggapan atau kesan-kesan yang
baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan yang sudah ada. Ada dua pendapat yang
bertentangan terhadap perkembangan dan gunanya Fantasi itu bagi mannusia.
Montesori berpendapat bahwa fantasi itu tidak baik dikembangkan pada diri
anak-anak karena melatih fantasi pada anak-anak itu berarti mengajar berdusta.
Akan tetapi Frobel yang juga sebagai ahli didik (Jerman) yang mendirikan Taman
Kanak-Kanak (Kindergaten) berpendapat sebaliknya. Menurut Frobel fantasi itu perlu
dan penting sekali dikembangkan pada diri anak.
d. Perasaan
Perasaan adalah gema psikis yang biasanya selalu menyertai setiap
pengalaman dan daya psikis yang lain. Jenis-jenis perasaan antara lain:
• Perasan Intelek ialah perasasn
yang kita hayati bila kita memperoleh pengetahuan tentang sesuatu.
• Perasaan Estetis (keindahan)
ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita berpendapat bahwa sesuatu itu
bagus atau jelek, indah atau tidak.
• Perasaan Etis (kesusilaan)
ialah perasaan yang kita hayati diwaktu menilai sesuatu itu baik atau buruk
dalam arti susila.
• Perasaan Sosial
(kemasyarakatan) ialah perasaan yang menyertai pendapat seseorang tentang orang
lain dan pengalaman-pengalaman dengan orang lain.
• Perasaan Religius (keagamaan)
ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita merasa diri bersatu dengan alam
semesta sedang menghadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa seperti pada waktu kita
bersembahyang.
• Perasaan Harga Diri ialah
perasaan yang kita hayati di waktu menilai tinggi rendahnya diri kita terhadap
orang lain di dalam pergaulan sehari-hari.
BAB IV BERFIKIR
1. Pengertian
Berfikir
Berfikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah kepada satu tujuan. Kita berfikir untuk menemukan
pemahaman atau pengertian yang kita kehendaki.
2. Bahasa
Dan Berfikir
Berfikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang
membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat berfikir karena mempunyai bahasa,
hewan tidak. Bahasa hewan bukanlah seperti bahasa yang dimiliki manusia. Bahasa
hewan adalah bahasa insting yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Bahasa
manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Bahasa
adalah alat yang terpenting bagi berfikir. Tanpa bahasa manusia tidak dapat
berfikir. Karena erat hubungannya antara bahasa dan berfikir itu, Plato pernah
mengatakan dalam bukunya Sophistes “berbicara itu berfikir yang keras
(terdengar), dan berfikir itu adalah berbicara batin”.
3. Pendapat
Beberapa Aliran Psikologi Tentang Berfikir
a. Psikologi Asosiasi, berpendapat
bahwa dalam alam kejiwaan yang penting ialah terjadinya, tersimpannya dan
bekerjanya tanggapan-tanggapan. Keaktifan pribadi manusia itu sendiri diabaikan
karena menurut pendapat inilah yang kemudian menimbulkan pendidikan dan pengajaran
yang bersifat intelektualistis dan verbalistis.
b. Aliran Behaviorisme,
berpendapat bahwa berfikir adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh
urat saraf dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita mengucapkan buah
pikiran. Jadi menurut behaviorisme berpikir adalah tidak lain adalah berbicara.
c. Psikologi Gestalt, berpendapat
bahwa proses berpikir seperti proses gejala-gejala psikis yang lain merupakan
suatu kebetulan. Psikologi gestalt itu memandang berpikir merupakan keaktifan
psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak kita amati dengan alat indra kita.
4. Beberapa
Macam Berfikir
a. Berpikir induktif ialah suatu
proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke umum. Orang
mencari ciri-ciri atau sifat-sifat yang tertentu dari berbagai fenomena. Contoh
sebagai penjelasan: seorang ahli psikologi mengadakan pendidikan dengan
observasi. Bayi A setelah dilahirkan segera menangis, bayi B juga begitu dan
seterusnya.
b. Berpikir deduktif ialah
prosesnya berlangsung dari yang umum ke khusus. Dalam cara berpikir ini, orang
bertolak dari suatu teori maupun prinsip ataupun kesimpulan yang dianggapnya
benar dan sudah bersifat umum. Contoh sebagai penjelasan:
1. Manusia semua akan mati (kesimpulan umum)
2. Jamilah adalah manusia (kesimpulan khusus)
3. Jamilah akan mati (kesimpulan deduksi)
c. Berpikir analogis ialah
berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena–fenomena yang
biasa atau yang pernah dialami. Contoh: setiap hari kira-kira jam 11.00, udara
di atas kota Bogor kelihatan berawan tebal dan tidak lama sesudah itu hujan
lebat di sore hari.
5. Hasil-Hasil
Penyelidikan Berfikir
a. Oswald Kulpe mendapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
• Bahwa di dalam diri manusia
terdapat adanya gejala-gejala psikis yang tidak dapat digunakan.
• Bahwa pada waktu berpikir, aku
atau pribadi orang itu memang peranan yang penting.
• Bahwa berpikir itu mempunyai
arah tujuan yang tertentu. Arah tujuan berpikir itu ditentukan atau dipengaruhi
oleh soal atau masalah yang harus dipecahkan.
b. Frohn dan kawan-kawannya
berpikir ialah bekerja dengan unsur-unsur yang abstrak dan bergerak ke arah yang
ditentukan oleh soal atau masalah yang dihadapi.
c. Otto Selz dan Willwoll: Selz
berpendapat tanggapan-tanggapan konkrit tidak mempunyai pengaruh sama sekali
atau hanya sedikit sekali pengaruhnya dalam proses berpikir. Willwoll
berpendapat bahwa tanggapan-tanggapan konkrit dapat menunggu jalannya berpikir.
Pendapat atau kesimpulan lain dari Selz dan Willwoll yang terpenting bagi kita
ialah berfikir adalah soal kecakapan yang menggunakan metode-metode (cara-cara)
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
BAB V INTELIGENSI
1. Pengertian
Inteligensi
Inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. William Stern mengemukakan
batasan sebagai berikut: inteligensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri
pada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan
tujuannya. Dari batasan yang dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa :
a. Inteligensi itu ialah faktor
total. Berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan,
fantasi, perasaan, perhatian, minat dan sebagainya turut mempengaruhi
inteligensi seseorang).
b. Kita hanya dapat mengetahui
inteligensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Inteligensi hanya
dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui kelakuan inteligensinya.
c. Bagi suatu perbuatan
inteligensi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejak lahir saja yang penting.
Faktor-faktor dan pendidikan pun memang peranan.
d. Bahwa manusia itu dalam
kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat
memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.
2. Ciri-Ciri
Inteligensi
• Masalah yang dihadapi banyak
sedikitnya merupakan masalah baru yang bersangkutan.
• Perbuatan inteligensi sifatnya
serasi, tujuan dan ekonomis.
• Masalah yang dihadapi harus
mengandung tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan.
• Keterangan pemecahannya harus
dapat diterima oleh masyarakat.
• Dalam berbuat inteligensi
sering kali menggunakan daya mengabstraksi.
• Perbuatan inteligensi
bercirikan kecepatan.
• Membutuhkan pemusatan perhatian
dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang
sedang dihadapi.
3. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Inteligensi Seseorang
a. Pembawaan: pembawaan ditentukan
oleh sifat-sifat dan ciri yang dibawa sejak lahir.
b. Kematangan: tiap manusia
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap orang (fisik maupan psikis) dapat
dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing.
c. Pembentukan: pembentukan ialah
segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi inteligensi.
d. Minat pembawaan yang khas:
minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan pendorong bagi
perbuatan itu.
e. Kebebasan: kebebasan berarti
bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan
masalah-masalah. Semua faktor tersebut diatas bersangkutan satu sama lain.
Untuk menentukan inteligensi atau tidaknya seorang anak kita tidak dapat hanya
berpedoman kepada salah satu faktor tersebut di atas. Intelijensi adalah faktor
total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan inteligensi
seseorang.
4. Tes
Inteligensi
Tes biner simon terdiri dari
sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompokkan menurut umur (untuk
anak-anak umur 3-5 tahun). Pertanyaan–pertanyaan itu sengaja dibuat mengenai
segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran sekolah, seperti:
a. Mengulang kalimat-kalimat yang
pendek atau panjang
b. Mengulang deretan angka-angka
c. Memperbandingkan berat
timbangan
d. Menceritakan isi gambar-gambar
e. Menyebutkan nama bermacam-macam
warna
f. Menyebut nama harga mata uang
5. Hasil-Hasil
Penyelidikan Inteligensi
Dari hasil penyelidikan
inteligensi yang dilakukan oleh para ahli psikologi, didapat beberapa
kesimpulan yang sangat penting bagi pendidikan dan pengajaran.
a. Mungkin ada benarnya pendapat
yang mengatakan inteligensi itu bergantung kepada dasar dan keturunann
(hereditas).
b. Tercapai atau tidaknya batas
kecerdasan atau kemampuan pikiran seseorang dipengaruhi pula oleh factor-faktor
dari luar.
c. Adanya kekuatan tumbuhan dari
dalam itu harus kita akui, tiap-tiap anak mengalami perkembangan dalam
pertumbuhan inteligensinya.
d. Mendapatkan sendiri suatu paham
yang baru adalah jauh lebih sukar dari pada pemahaman pendapat-pendapat orang
lain yang sudah ada. Dengan kata lain pada umumnya manusia lebih banyak dan
mudah menggunakan inteligensi eksekutif (kemampuan mengikuti pikiran orang
lain) dari pada inteligensi kreatif atau inteligensi inventifnya.
6. Bagaimana
Hubungan Inteligensi dengan Kehidupan Seseorang
Inteligensi bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya
kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lainnya. Faktor kesehatan dan ada
tidaknya kesempatan tidak dapat kita abaikan. Orang yang sakit-sakitan saja
meskipun inteligensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya
dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas jika ada kesempatan
mengembangkan dirinya dapat gagal pula.
Watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak
di antara orang-orang yang sebenarnya memiliki inteligensi yang cukup tinggi,
tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupan. Ini dibedakan karena kurang
mampunya bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat atau kurang memiliki
cita-cita yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya usaha untuk mencapainya.
Sebagai kesimpulan dapat kita katakan kecerdasan atau inteligensi
seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam
kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung
pula pada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.
BAB VI MOTIVASI
1. Pengertian
Motivasi
Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan,
pengalaman dan motivasi. Kata kerjanya ada to motivate yang berarti mendorong
menyebabkan dan merangsang. Perkataan motivasi berasal dari kata motto yang
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
atau dapat juga dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subyek untuk
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu dan mencapai tujuan.
2. Macam-Macam
Motivasi
Dalam membahas soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dua sudut
pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi sendiri yang
disebut ”motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar seseorang yang
disebut ”motivasi ekstrinsik”.
• Motivasi intrisik
Yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.
• Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrisik adalah
kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar
dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar
faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena ingin mencapai tujuan
yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai angka
tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya.
3. Prinsip-Prinsip
Motivasi
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar
seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada
motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan lebih optimal, maka
prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi
harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip
motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut:
• Motivasi sebagai dasar
penggerak yang mendorong aktivitas belajar
• Motivasi intrinsik lebih utama
dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar
• Motivasi berupa pujian lebih
baik dari pada hukuman
• Motivasi berhubungan erat
dengan kebutuhan dalam belajar
• Motivasi dapat memupuk
optimisme dalam belajar
• Motivasi melahirkan prestasi
dalam belajar
4. Fungsi
Motivasi dalam Belajar
Fungsi dari motivasi adalah
sebagai berikut:
a) Mendorong timbulnya kelakuan
atau suatu perbuatan, seperti timbulnya dorongan untuk belajar.
b) Motivasi berfungsi sebagai
pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
c) Motivasi berfungsi sebagai
penggerak, artinya besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu perbuatan.
5. Bentuk-Bentuk
Motivasi Dalam Belajar
Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain seperti mendorong usaha dan
pencapaian. Penerapan tugas sebagai salah satu bentuk/cara untuk membangkitkan
motivasi belajar siswa. Tentu dibutuhkan kehandalan guru sebagai penggerak
untuk bagaimana siswa itu termotivasi dan maju untuk melakukan tugas-tugas yang
diberikan, yaitu:
• Memberi angka.
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegatan belajarnya. Banyak
siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.
• Hadiah
Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi.
• Saingan
Saingan atau kompensis dapat juga dikatakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun kelompok
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
• Ego-Involment.
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras mempertaruhkan harga diri
adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
• Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan
baik perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang
positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
• Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara
tepat dan bijak bisa jadi alat motivasi.
BAB VII BELAJAR
1. Faktor
yang Mempengaruhi Belajar
a) Kematangan/ pertumbuhan
b) Kecerdasan
c) Latihan dan ulangan
d) Motivasi
e) Sifat-sifat pribadi seseorang.
f) Keadaan keluarga
g) Guru dan cara mengajar
h) Alat-alat pelajaran
i) Motivasi sosial
j) Lingkungan dan kesempatan
2. Faktor
Sosial
Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia
(sesama manusia) baik itu ada (hadir) atau tidak secara langsung hadir.
Misalnya, satu kelas mengerjakan soal ujian dan di luar kelas murid sedang
bercakap-cakap di samping kelas. Faktor sosial seperti ini pada umumnya
bersifat mengganggu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar. Biasanya
faktor-faktor tersebut mengganggu konsentrasi sehingga tidak dapat ditujukan
kepada hal-hal yang dipelajari atau aktivitas belajar itu semakin malas.
3. Faktor
Fisiologis Dalam Belajar
Faktor-faktor fisiologis ini masih lagi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
• Keadaan tonus jasmani
• Keadaan fungsi-fungsi jasmani
tertentu, terutama fungsi-fungsi panca indera.
4. Faktor-Faktor
Psikologis Dalam Belajar
Secara garis besar faktor-faktor ini telah dikemukakan pada halaman
sebelumnya, tetapi masih ada perlunya memberikan perhatian khusus kepada salah
satu hal, yaitu hal yang mendorong aktivitas belajar itu hal yang merupakan
alasan dilakukannya perbuatan belajar itu. Arden N. Frandsen mengatakan bahwa
hal yang mendorong seseorang untuk
belajar itu adalah sebagai berikut:
• Adanya sifat ingin tahu dan
ingin menyelidiki dunia yang luas.
• Adanya sifat yang kreatif yang
ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
• Adanya keinginan untuk
mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.
• Adanya keinginan untuk
memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi
maupun dengan kompetisi.
• Adanya keinginan untuk
mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
• Adanya ganjaran dan hukuman
sebagai akhir daripada belajar. (Frandsen, 1961: 216).
Maslow ( Menurut Frandsen, 1961:
234 ) mengemukakan motif-motif untuk belajar itu ialah:
Adanya kebutuhan fisik.
Adanya kebutuhan akan rasa
aman, bebas dari kekhawatiran.
Adanya kebutuhan untuk mendapat
kehormatan dari masyarakat.
BAB VIII MINAT, SIKAP DAN KEPRIBADIAN
1. Pengertian
Minat
Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu”. Minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat
ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Minat juga dapat
diartikan sebagai suatu tanda kematangan dan kesiapan seseorang untuk bergiat
dalam kegiatan belajar. Minat sebenarnya bersifat subyektif karena
masing-masing orang dapat berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh
keunikan pada setiap orang. Minat erat sekali hubungannya dengan perasaan suka
atau tidak suka, tertarik atau tidak
tertarik, senang atau tidak senang.
2. Pengertian
Sikap
Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, cara merasakan, jalan
pikiran, atau perilaku. Kata ini bisa juga dimaknai sebagai perasaan seseorang
tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep
yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya seseorang pada sesuatu. Sikap
muncul dari berbagai bentuk penilaian, yang dikembangkan dalam tiga model,
yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon
fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan
perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah
pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek. Kebanyakan individu
berperilaku dari hasil belajar sosial dari lingkungannya.
3. Pengertian
Belajar
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil
pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek
pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya
(afektif).
A. Teknik
Membangkitkan Minat dan Sikap dalam Belajar
a) Perhatian
b) Perasaan
c) Motivasi
B. Fungsi
Minat dan Sikap dalam belajar
Fungsi minat dan sikap bagi
kehidupan peserta didik sebagai berikut :
a) Minat dan sikap mempengaruhi
bentuk intensitas (kemauan dan kemampuan) cita-cita.
b) Minat dan sikap sebagai tenaga
pendorong yang kuat.
c) Prestasi selalu dipengaruhi
oleh jenis dan intensitas (kemauan dan kemampuan).
d) Minat dan sikap yang terbentuk
sejak kecil
C. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Minat dan Sikap Belajar
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar siswa, secara garis besar dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
1) Faktor Intern
Faktor ini meliputi :
Kondisi fisik/jasmani siswa
saat mengikuti pelajaran
Pengalaman belajar di jenjang
pendidikan sebelumnya
2) Faktor Ekstern
Metode dan gaya mengajar
Situasi dan kondisi lingkungan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Keunggulan Buku
1) Buku Psikologi Pendidikan
karangan Drs. M. Ngalim Purwanto, MP
berisi penjelasan yang rinci bagaimana psikologi sangat dibutuhkan dalam
pendidikan, bahkan dalam bidang lain sedangkan pada buku Psikologi Pendidikan
karangan Drs. H. Mustaqim sudah rinci dijelaskan tetapi tidak dijelaskan dalam
bidang lain.
2) Aspek-aspek pengetahuan
psikologi pendidikan dijelaskan secara detail di dalam buku Psikologi
Pendidikan karangan Drs. M. Ngalim
Purwanto, MP. Mulai dari pengertian psikologi pendidikan itu sendiri, belajar
serta hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik psikologi anak. Sedangkan
pada buku Psikologi Pendidikan karangan Drs. H. Mustaqim ada
pembahasan-pembahasan yang tidak termuat.
3.2 Kelemahan Buku
1) Terdapat beberapa pembahasan
yang kurang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan pada umumnya sehingga
menimbulkan kebosanan bagi para pembaca. Sedangkan pada buku Psikologi
Pendidikan karangan Drs. H. Mustaqim semua bahasan berhubungan dengan psikologi
pendidikan.
2) Buku Psikologi Pendidikan
karangan Drs. M. Ngalim Purwanto, MP
menggunakan bahasa yang sulit dimengerti, khususnya bagi para kaum awam.
Sedangkan pada buku Psikologi Pendidikan karangan Drs. H. Mustaqim bahasa yang digunakan
mudah dimengerti oleh semua orang.
3) Di dalam Buku Psikologi
Pendidikan karangan Drs. M. Ngalim
Purwanto, MP terdapat banyak kata-kata yang diulang dalam paragraf. Sedangkan
pada buku Psikologi Pendidikan karangan Drs. H. Mustaqim tidak ada kata-kata yg
diulang.
4) Tidak terdapat catatan kaki di
setiap bab dalam buku Psikologi Pendidikan karangan Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. Sedangkan pada
buku Psikologi Pendidikan karangan Drs. H. Mustaqim ada sehingga pembaca
memiliki banyak referensi bacaan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Dengan membaca buku ini, maka
pemahaman tentang psikologi pendidikan pembaca akan bertambah sehingga lebih
mampu mengkritisi kasus-kasus dalam kehidupan nyata yang berkaitan dengan
pendidikan maupun peserta didik. Buku Psikologi Pendidikan yang ditulis oleh
Drs. M. Ngalim Purwanto, MP cocok untuk para calon pendidik. Bukan hanya bagi
para calon pendidik melainkan juga oleh kalangan luas, terutama oleh para
pendidik umumnya, baik guru maupun orang tua yang ingin menambah pengetahuannya
dalam usaha membina atau membimbing anak didik serta putra-putrinya.
2) Buku Psikologi Pendidikan yang
ditulis oleh Drs. M. Ngalim Purwanto, MP sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam
mengikuti mata kuliah Psikologi Pendidikan karena buku ini berisi pengetahuan
mengenai psikologi anak pada khususnya dan psikologi pendidikan pada umumnya.
3) Pada setiap bab telah disajikan
secara detail dan sangat lengkap mengenai psikologi pendidikan.
4.2 Saran
1) Sebagai sumber belajar, saya
menyarankan buku ini dimiliki oleh setiap mahasiswa calon pendidik.
2) Untuk lebih memperjelas
pemahaman mengenai psikologi pendidikan, disarankan untuk membaca buku
Psikologi Pendidikan karangan lain serta membandingkannya. Sehingga pembaca
mengetahui kelemahan dan kelebihan buku, dan diharapkan antar buku saling
melengkapi.
3) Mahasiswa lebih rajin untuk
membaca buku-buku Psikologi Pendidikan sehingga mahasiswa sebagai calon
pendidik dapat memahami dan mempraktekkannya dalam permasalahan nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Purwanto, Ngalim. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya