BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Pada tahun
pelajaran 2014/2015 kurikulum 2013 akan serentak dilaksanakan di seluruh
sekolah di Indonesia. Segala sesuatunya telah disiapkan untuk pelaksanaan itu.
Mulai dari pelatihan guru, pelatihan pengawas, penyiapan silabus, dan pembuatan
buku teks pembelajaran. Beberapa sekolah telah dijadikan pilot project
implementasi kurikulum 2013 mulai dari awal tahun ajaran 2013/2014 lalu.
Salah satu
persoalan yang masih perlu disiasati adalah tidak semua guru mendapatkan
kesempatan untuk mendapatkan sosiolisasi/pelatihan tentang kurikulum 2013.
Bahkan seakan – akan diperoleh kesan bahwa guru yang diberi kesempatan untuk
mengikuti pelatihan khusus tentang Kurikulum 2013 tidak dapat menyampaikan
dengan baik kepada teman-teman sejawat mereka tentang apa itu kurikulum 2013.
Bahkan ada guru yang sudah mendapatkan pelatihan tersebut tidak mengerti betul
akan kurikum 2013 setelah ditanya apa itu kurikulum 2013.
Mulyasa (2013:
15) mengatakan bahwa perubahan kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 itu harus
dilakukan karena memandang berbagai macam perubahan yang telah terjadi dalam
kehidupan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan, dan perkembangan
teknologi.Itu artinya perubahan kurikulum memang harus sudah dilaksanakan saat
ini dan diterima agar bangsa dan Negara kita tidak kelimpungan dalam menghadapi
perkembangan dan tantangan zaman.
Berdasarkan
problemetika diatas pada kajian ini akan dibahas mengenai apakah yang menjadi
landasan filosofis kurikulum 2013. Mengapa harus aliran filsafat yang di bahas
karena landasan filosofis adalah titik awal dalam memutuskan suatu kurikulum
dan menjadi basis untuk semua bagian kurikulum (Ella dalam Sudrajat, 2008).
Filsafat menjadi kriteria untuk menentukan tujuan, alat dan hasil dari
kurikulum itu serta diharapkan dengan menjelaskan mengenai apa aliran filsafat
kurikulum 2013 dapat nantinya dipahami alsan mengapa kurikulum 2013 itu harus
ada.
RUMUSAN
MASALAH
Bedasarkan latar
belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut : “Jenis aliran apakah yang diterapkan di SMA NEGERI 15 MEDAN ?” ;
1.
Kegiatan belajar yang dilakukan guru
2.
Sikap atau respons yang diberikan guru
3.
Perencanaan yang dilakukan sebelum pembelajaran dilakukan oleh guru
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari
penelitian ini adalah :
Tujuan dari
observasi ini adalha untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan “Jenis aliran
apakah yang diterapkan di SMA NEGERI 15 MEDAN”
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat
dari penelitian ini adalah :
1. Dewan
guru mengetahui keluh kesah yang dihadapi oleh siswa-siswi dan juga mengubah
hal yang belum sesuai dengan lingkungan sekolah
2. Memenuhi
tugas (tanggung jawab) dan mendapatkan nilai terhadapat tugas yang telah dibuat
ini
3. Menambah
wawasan dalam mengerjakan laporan ini
4. Menjadi
pengalaman untuk obeservasi selanjutnya
Baca Juga Postingan Lain Dari Blog Ini !!
Kumpulan Critical Book Report [Tersedia >50 Jenis CBR]
Critical Journal Report [Tersedia > 40 Jenis]
Contoh Laporan Mini Riset [Tersedia >25 Jenis]
Kumpulan Makalah Berbagai Jenis Tema [Tersedia >100 Jenis]
BAB
II
LANDASAN
TEORI
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Aliran-aliran yang berkembang
saat ini sangat dipengaruhi oleh pandangan dan teori-teori yang dikemukan oleh
para filosofi-filosofi dunia. Aliran-aliran dalam Filsafat yang berkembang saat
ini antara lain:
1.
Filsafat Pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan
materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah
tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan
tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara
fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran
ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali
2.
Filsafat Pendidikan Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia
fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu
subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah
adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius,
Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart
Mill.
3.
Filsafat Pendidikan Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi,
bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran
materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach
4.
Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun
sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa
manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut
filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey,
Heracleitos.
5.
Filsafat Pendidikan
Eksistensialisme memfokuskan
pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankan
pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari
keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau
realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard,
Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
6.
Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran
filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan
perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa
pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan
harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest
Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff
7.
Filsafat Pendidikan Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang
pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di
sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak
standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam
aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L.
Kandell.
8.
Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir
pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap
pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa
ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam
kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha
untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan
kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah:
Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
9. Filsafat
Pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir
didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan
melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang.
Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun
1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.
Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.
LANDASAN FILOSOFIS KURIKULUM 2013
Untuk mempermudah pemahaman
tentang aliran apa yang dianut oleh kurikulum 2013 akan di tinjau landasan
filosofis kurikulum 2013 berdasarkan Buku dokumen kurikulum 2013 yang
dikeluarkan oleh Kemdikbud RI tahun 2012.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi
peserta didik “menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional). Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional maka pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa,
kehidupan bangsa masa kini, dankehidupan bangsa di masa mendatang.
PENDIDIKAN
BERAKAR PADA BUDAYA BANGSA.
Proses pendidikan adalah
suatu proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu menjadi
pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan
keunggulan budaya di masa lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan
menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana
peserta didik tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan menjadi pewaris
dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan,
kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial memberikan
dasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota
masyarakat, warganegara, dan anggota umat manusia. Pendidikan juga harus
memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek
kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini. Oleh karena itu,
konten pendidikan yang mereka pelajari tidak semata berupa prestasi besar
bangsa di masa lalu tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan akan
berkelanjutan ke masa mendatang.
Peserta didik yang mengikuti
pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang diperolehnya dari pendidikan
ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh
sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang
dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk
memberi kemampuan bagi peserta didik menggunakannya bagi kehidupan masa depan
terutama masa dimana dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan
demikian sikap, keterampilan dan pengetahuan yang menjadi konten pendidikan
harus dapat digunakan untuk kehidupan paling tidak satu sampai dua dekade dari
sekarang. Artinya, konten pendidikan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi
Lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik
untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di
masa mendatang.
HAMBATAN DALAM
PENGAJARAN
Fakor internal
Kurangnya
motivasi, minat, perhatian, kepercayaan diri serta kebiasaan belajar dari siswa
itu sendiri, sehingga guru sulit untuk memahai satu persatu latar belakang
siswa yang berbeda dan juga cara belajar yang sesuai.
Fakor eksternal
Tidak adanya
dukungan dari orang terdekat, tidak adanya dukungan dari bawahan, terlalu
banyak tekanan. Faktor tersebut mempengaruhi siswa sehingga guru kesulitan dalam
proses belajar mengajar.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
Pendekatan
Penelitian
Pada penelitian
ini kami menggunakan pendekatan kualitatif. Yaitu pendekatan yang berusaha
menangkap kenyataan sosial secara keseluruhan, utuh, dan tuntas sebagai suatu
kesatuan kenyataan. Menurut pendekatan ini, objek penelitian dilihat sebagai
kenyataan hidup yang dinamis. Sehingga dengan penelitian ini data yang
diperoleh tidak berupa angka-angka, tetapi lebih banyak deskripsi, ungkapan,
atau makna-makna tertentu yang ingin disampaikan. Adapun penambahan sedikit
tabel hanya kami gunakan sebagai pelengkap data deskriptif saja.
Metode
Pengumpulan Data
Data yang kami
gunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Yaitu data yang didapat
langsung dari lapangan. Dalam penelitian ini data primer didapat dengan cara
observasi dan wawancara (interview).
1. Metode
Interview, adalah wawancara atau dialog
yang dilakukan oleh peneliti dan subjek penelitian yang bersifat dua arah,
adapun pertanyaan telah terlebih dahulu disistematisasi sesuai dengan tema
penelitian, pertanyaan secara fleksibel dapat berubah sesuai dengan arah
pembicaraan agar tidak menimbulkan kecanggungan subjek kajian.
2. Metode
observasi, Observasi adalah teknik penelitian dengan melakukan pengamatan
subjek kajian secara langsung turun kelapangan, untuk mengkaji subjek kajian
dengan menelaah perilaku dan interaksi subjek kajian secara spontan dan alamiah.
POPULASI DAN SAMPEL
Dalam penelitian
ini, kami mengambil data dari guru mata pelajaran, di sekolah. Dari beliau lah penulis
mendapat penjelasan mengenai tenaga pendidik yang layak dilakukan di lingkungan
sekolah. Penulis menggunakan metode wawancara agar lancarnya observasi yang
dilaksanakan.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL
PENELITIAN
Penelitian ini
dilaksanakan untuk mengetahui aliran pendidikan yang diterapkan di SMA NEGERI
15 Medan dengan melihat kinerja tenaga pendidik dewan guru di dalam sekolah
serta mengetahui apakah cara mengajar, sikap, serta perencanaan sesuai dengan
peraturan dan apakah yang dilakukan itu efektif dilaksanakan di sekolah.
ISI PENTANYAAN
WAWANCARA
§ Pertanyaan
ke-1
: Apakah setiap mengajar bapak mempersiapkan diri dalam penguasaan materi?
§ Pertanyaan
ke-2
: Apakah bapak mengoptimalkan dan mengelola proses pembelajaran di kelas untuk
menghasilkan output yang bermanfaat?
§ Pertanyaan
ke-3
: Apakah bapak membantu siswa yang kesulitan dalam belajar?
§ Pertanyaan
ke-4
: Apakah bapak mengoptimalkan penggunaan alat/sarana pembelajaran dalam
kegiatan belajar mengajar?
§ Pertanyaan
ke-5
: Bagaimana keadaan kelas dan siswa tempat bapak mengajar?
§ Pertanyaan
ke-6
: Ketika melakukan PBM di kelas, apakah bapak menerapkan model pembelajaran? Bila ya, model pembelajaran
apa yang bapak terapkan?
§ Pertanyaan
ke-7
: Kesulitan atau kendala-kendala apa saja yang sering bapak temui saat pelajaran berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran?
§ Pertanyaan
ke-8
: Bagaimana dukungan orang tua dan media pengajaran terhadap pembelajaran
siswa?
Lihat Juga!
Lihat Juga!
HASIL WAWANCARA
§ Pertanyaan
ke-1
: Saya sering mempersiapkan diri dalam penguasaan materi pelajaran sebelum
pembelajaran dimulai agar siwa-siswa mampu aktif dalam proses belajar mengajar
dan dapat mengembangkan potensialnya.
§ Pertanyaan
ke-2
: Saya kadang-kadang mengelola proses pembelajaran, dikarenakan banyaknya kelas
untuk mata pelajaran yang berada di sekolah tersebut. Mereka melakukan itu
hanya sesekali, sesuai dengan KTSP 2006 (masih menggunakan KTSP 2006).
§ Pertanyaan
ke-3
: Saya sering membantu siswa yang kesulitan dalam belajar, dengan melakukan
pendekatan dengan individu tersebut dan memberikan bimbingan sesuai dengan
latar belakang siswa.
§ Pertanyaan
ke-4
: Saya kadang-kadang menggunakan sarana prasana yang berada di sekolah
tersebut, dikarenakan padatnya aktivitas yang dilakukan oleh siswa-siswi di
sana. Sehingga lebih kurang, mereka melakukan hal-hal yang sesuai dengan
peraturan.
§ Pertanyaan
ke-5
: Berdasarkan sistem kurikulum baru yang ditetapkan pemerintah, maka jumlah
murid disekolah kami masing-masing berjumlah 30 orang per kelas dan suasana
pembelajaran dikelas tergolong kondusif ketika PBM berlangsung.
§ Pertanyaan
ke-6
: Penerapan model-model pembelajaran yang saya lakukan dikelas seperti yang
saya katakan tadi bergantung pada materi yang saya ajarkan dan tentunya
langkah-langkahnya pun bergantung pada model pembelajarannya.
Langkah-langkahnya harus sesuai dengan modelnya. Misalnya model jigsaw, saya
pertama sekali membentuk dan membagi kelompok yang heterogen dulu yang mana
nantinya ada kelompok ahli dan ada kelompok asal, saya mengkombinasikan antara
siswa yang pandai, sedang dan kurang. Setelah itu saya berikan materi pelajaran
bagi masing-masing kelompok untuk didiskusikan kemudian, masing-masing siswa
dari dari kelompok asal saya gabungkan menjadi kelompok ahli yang akan
menjelaskan materi yang ia pelajari. Begitu seterusnya sampai semua siswa
benar-benar mengerti materi yang saya berikan.
§ Pertanyaan
ke-7
: Kesulitan yang sering saya temui adalah ada dari dua sisi. Yang pertama itu
dari siswanya dan kemudian dari sarana dari sekolah yang kurang memadai. Dari
sisi siswa misalnya masih ada beberapa siswa yang masih kurang percaya diri
ketika mengikuti pembelajaran atau malu-malu kalau misalnya bergabung dengan
teman-temannya yang lain, mungkin karena tidak terbiasa dengan diskusi diluar
kelas sehingga ada beberapa siswa yang agak canggung dan kebingungan ketika
saya menerapkan model pembelajaran tertentu. Pola pikir siswanya masih banyak
yang terlalu monoton atau kurang cepat menangkap pelajaran sehingga
kadang-kadang membutuhkan waktu lama untuk menerapkannya karena waktu
pembelajarannya rata-rata hanya 2x45 menit, dengan kata lain, waktu untuk
menerapkan model itu saya rasa kurang karena memang membutuhkan waktu yang agak
lama. Kalau dari segi sarana dan prasaran mungkin karena sekolah kami belum
termasuk ditengah kota besar sehingga fasilitasnya pun masih kurang memadai
sehingga cukup menyulitkan ketika saya ingin menerapkan beberapa model
pembelajaran tertentu. Misalnya kurang tersedianya infokus ketika ingin
mendemonstrasikan mata pelajaran yang saya bawakan.
§ Pertanyaan
ke-8
: Itu yang paling penting nak. Jadi dukungan orang tua itu sangatlah penting
dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar. Jadi maksudnya
bagaimana kita bisa membina komunikasi antara pihak pendidik atau pihak sekolah
dengan wali murid untuk menciptakam kekeluargaan.
PEMBAHASAN
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan
kurikulum yang dikenalkan berbagai aliran filsafat. dalam kajian filsafat
pendidikan pada umumnya, setiap aliran diatas memiliki orientasi yang
berbeda-beda sehingga dalam pengembangan kurikulum senantiasa berpijak pada
aliran – aliran filsafat tertentu. Tetapi, nampaknya SMAN 15
menggunakan 5 aliran filsafat yaitu, Perenialisme, essensialisme, eksistensialisme,
progresivisme, dan rekonstrutivisme dan menerapkannya dengan cara menggabungkan
kelima aliran pendidikan tersebut
“Tak ada gading yang tak retak”, itu adalah ungkapan terakhir
dari sebuah pengembangan kurikulum. Artinya, selama kita hidup tentunya akan
selalu berupaya mencari dan memperbaiki diri, begitu juga “kurikulum”.
Kurikulum memang harus dinamis menghadapi perkembangan zaman. Inti dari upaya
pemerintah dalam merubah kurikulum, mau memperbaiki dan_melakukan_perubahan_menuju_ke_arah_yang_lebih_baik.
Penerapan kurikulum 2013 akan tergantung kepada pelaksana di
lapangan, baik itu pendidik, kepala sekolah, maupun pengawas satuan pendidikan
dan atau pengawas mata pelajaran. Yang tidak kalah pentingnya juga dinas
pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan pemangku jabatan lainnya yang terkait
dengan kebijakan masalah pendidikan, karena ketika semua unsur yang terlibat
tidak mampu melakukan komitmen dan konsisten dalam pelaksanaannya, lagi – lagi
kurikulum 2013 ini hanya akan kembali sebagai dokumen semata. Semoga itu tidak
terjadi pada kurikulum 2013.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa, SMAN 15 menggunakan 5 aliran filsafat yaitu, Perenialisme, essensialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan
rekonstrutivisme.
SARAN
Berdasarkan
kesimpulan yang diperoleh di atas maka dapat diberikan saya menyarankan kepada
dewan guru untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana di sekolah untuk meningkatkan
pendidikan yang berkualitas, dan supaya dapat menerapkan aliran pendidikan
secara bijaksana sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik
dan efektif.
Video Berikut adalah Contoh Rekaman Penelitian Sederhana/Mini Riset Bertemakan Matapencaharian Para Nelayan.