LATAR BELAKANG
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan
rangkaian upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia
seluruhnya, yaitu mencakup pembangunan manusia, baik sebagai insan maupun
sebagai sumber daya pembangunan. Pembangunan manusia sebagai insan dan sumber
daya pembangunan adalah menekankan pada harkat, martabat, hak dan kewajiban
manusia. Oleh karena itu, pembangunan manusia sebagai insan tidak terbatas pada
kelompok umur tertentu, tetapi berlangsung dalam seluruh kehidupan manusia.
Dalam buku yang dikritik ini menyajikan konsep teori untuk
memahami perilaku dan proses mental di dalam aktivitas belajar dan
pembelajaran. Secara khusus, diharapkan pembaca dan penulis dapat mengkonstruk
pemahaman baru dari konsep teori yang ada pada buku yang dikritik maupun buku
pembandingnya ini, kemudian menggunakannya untuk membangun sikap dan
keterampilan yang dapat diterapkan dan dibiasakan dalam belajar dan
pembelajaran, sehingga menjadi kebiasaan-kebiasaan yang baik ini perlu
dilakukan secara tulus dan ikhlas agar bermanfaat untuk diri dan lingkungan.
Terbentuknya kompetensi psikologi pendidikan ini diharapkan dapat membantu
pendidik dalam menerapkannya dalam proses belajar dan pembelajaran.
1.2 TUJUAN
Critical Book Report ini bertujuan :
1. Menjelaskan
bagaimana gambaran manusia dalam konteks pendidikan.
2. Pembaca dapat
mengetahui dan memahami konteks pendidikan dalam psikologi pendidikan.
3. Mengkritik sebuah
buku.
1.3 MANFAAT
1. Untuk memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
2. Untuk menambah
pengetahuan tentang bagaimana psikologi pendidikan tersebut dan apa saja yang
menjadi komponennya.
BAB II
2.1
IDENTITAS BUKU
Buku Utama (buku
satu)
Judul Buku : Psikologi
Pendidikan
Edisi : Pertama, Cetakan ke-8
Penulis
: Prof. Dr. H.
Djaali
Penerbit
: PT Bumi Aksara
ISBN : ISBN(13) 978-979-010-002-2
ISBN(10)
979-010-002-7
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : x + 138
Kertas isi : HVS
Cover : Soft
Ukuran
: 14 x 21 cm
Berat : 250 gram
Buku Pembanding
(Buku kedua)
Judul Buku :
Psikologi Pendidikan
Edisi : Pertama, Cetakan ke-8
Penulis : Drs. M. Dalyono
Penerbit : Rineka Cipta
ISBN : 978-979-518-706-6
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : iii + 267
Kertas isi : HVS
Cover : Soft
Ukuran
: 14 x 20 cm
Berat : 300 gram
2.2 RINGKASAN BUKU
Ringkasan Buku Utama
BAB 1
KEPRIBADIAN DALAM
PENDIDIKAN
Pada dasarnya jiwa manusia dibedakan menjadi dua aspek,
yakni aspek kemampuan (ability) dan aspek kepribadian (personality). Ilmu
tentang kepribadian cakupannya sangat luas, yang pada perkembangannya teori ini
sudah sangat maju dalam pengenalan lebih luas tentang kepribadian manusia.
Kepribadian sangat perlu diketahui dan dipelajari karena kepribadian sangat
berkaitan erat dengan pola penerimaan lingkungan social terhadap seseorang.
Jika terdapat kesesuaian antara kepribadian yang dimiliki dengan lingungan
social, akan terjadi keseimbangan diantara keduanya, sebaliknya jika terjadi
ketidaksesuaian ai antara keduanya, maka akan timbul akibat yaitu orang
tersebut akan mencari lingkungan social yang sesuai atau akan mengadakan
penyesuaian terhadap lingkungan sosialnya.
A. PENGERTIAN UMUM
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang
berarti topeng, yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri. Sumber lain
melihat, pribadi adalah akar structural dari kepribadian, sedangkan kepribadian
adalah pola perilau seseorang di dalam dunia. Secara filosofis dapat dikatakan
bahwa pribadi adalah “aku yang sejati” dan kepribadian merupakan “penampakan
sang aku” dalam bentuk perilaku tertentu. G.W.Allport mengatakan bahwa pribadi
adalah organisasi (susunan) dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu
yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan. Sejalan dengan
pengertian tersebut, Bruce Perry menemukan bukti bahwa perilaku buruk juga
disebabkan oleh perubahan struktur dan kerja pada otak. Sebagai organisasi yang
dinamis, artinya kepribadian itu dapat berubah-ubah dan antarberbagai komponen
kepribadian tersebut (sistem psikofisik seperti kebiasaan, sikap, nilai,
keyakinan, emosi, perasaan, dan motif) memiliki hubungan yang erat. Kita dapat
melihat bahwa kepribadian memiliki arti yang sangat khas dan kompleks, karena
mengacu kepada suatu proses yang dapat dilakukan manusia sejak kecil hingga
dewasa. Kepribadian manusia merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep
diri orang.
B. KELOMPOK TEORI KEPRIBADIAN
Beberapa tipe kepribadian akan dikemukakan berikut ini,
dibatasi oleh pendapat yang dianggap cukup banyak diperbincangkan oleh para
ahli:
1. Type Theory
Tokohnya adalah Galen, Ernest Kretschmer, William Sheldon.
1. Sanguine dengan
kekuatan pengaruh zat darah, dicirikan dengan orang aktif, giat, dan atletis
2. Choleric dengan
kekuatan pengaruh zat empedu kuning dicirikan dengan temperamen suka marah
3. Melankolik dengan
kekuatan pengaruh zatempedu hitam dicirikan dengan mudah depresi atau sedih
4. Plegmatik dengan
kekuatan pengaruh cairan lender dengan cepat lelah dan malas
2. Trait Theory
Tokohnya adalah Gordon Allport dan R.B.Cattell.
1. Common versus
unique, artinya terdapat sifat-sifat umum yang dimiliki oleh semua orang dan
orang yang memiliki sifat khusus dan tidak dimiliki orang lain
2. Surface versus
source, artinya suatu sifat ada yang dengan mudah dapat dilihat dan ada yang
harus dilakukan lebih jauh baru dapat kelihatan
3. Constitutional
versus environmental mold, yaitu sifat yang tergantung pada pembawaan (constitutional)
dan yang tergantung pada lingkungan
4. Dynamic versus
ability and temperament, dynamic, artinya sifat yang mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan dan sifat yang menetukan kemampuan untuk mencapai tujuan dan
temperamen adalah aspek-aspek emosional yang mengarahkan kepada aktivitas.
3. Psychoanalysis
Theory
Tokohnya adalah Sigmun Freud yang mengatakan bahwa
kepribadian manusia adalah pertarungan antara id, ego, dan super ego. Freud
mengemukakan bahwa kepribadian manusia dipengaruhi oleh tingkatan psychosexual
yang dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut:
1. Oral stage: umur
0-1/2 tahun dicirikan dengan kesenangan pada bagian mulut dan bibir seperti
ngemut, menggigit, dan menelan
2. Anal stage: umur
1,5-3 tahun dicirikan dengan sering mempermainkan sesuatu yang keluar dari
analnya.
3. Phallic stage:
umur 3-6 tahun sangat tertarik pada bagian-bagian vitalnya.
4. Phenomenology
Theory
Tokohnya adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers. Teori ini
melihat manusia sebagai pribadi unik dan sangat individual sifatnya, artinya
kepribadian seseorang dalam perkembangannya, sangat dipengaruhi oleh
faktorlingkungannya, dalam hal ini orangtua dan orang tang menjadi panutannya.
C. TOKOH KEPRIBADIAN
1. Larry A.Hjelle
dan Daniel J.Ziegler
Teori-teori kepribadian dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori yaitu sebagai berikut:
a. Psikoanalis: yang
menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai naluri dan konflik
batiniah,
b. Prospetif dari
kepribadian psikologi dari behaviorisme: memandang manusia lebih lunak dan
mudah dibentuk, dan korban yang pasif dari kekuatan-kekuatan di dalam
lingkungan
c. Humanic
psychology: yang merupakan perspektif terbaru dalam kepribadian manusia yang
mempersembahkan suatu gambaran yang sangat berbeda tentang manusia yang satu
dengan yang lain
2. Ericson
Tahapan Usia
(dalam tahun) Karakteristik
Sukses >< Gagal
Bayi awal 0-1 Percaya >< tidak percaya
Bayi lanjut 1-3 Otonomi >< malu dan ragu-ragu
Anak-anak awal 4-5 Inisiatif >< merasa bersalah
Anak-anak pertengahan 6-11 Ketekunan >< rasa rendah diri
Masa puber 12-20 Membuktikan kemampuan >< kekacauan
peran
Dewasa awal 20-30 Kekariban >< pengasingan
Dewasa pertengahan 30-65 Menyamaratakan >< tidak aktif
Dewasa lanjut Diatas
65 Menggabungkan >< putus
asa
3. Algyris
Chris Algyris meyakini bahwa orang yang sehat mencoba
mendapatkan atau menuntut situasi yang menawarkan otonomi, perlakuan yang sama,
dan kesempatan untuk menonjolkan kemampuannya dalam masalah yang rumit.
Kesempatan itu cenderung bergerak dari ketidakmatangan menuju kematangan dari :
a. Keadaan pasif ke
pengembangan aktif;
b. Ketergantungan ke
kemandirian;
c. Sejumlah
rata-rata berkelakuan baik ke alternative pilihan yang jelas;
d. Minat yang
dangkal atau sederhana ke minat yang penting atau bermanfaat;
e. Perspektif waktu
yang singkat ke perspektif waktu yang lebih leluasa;
f. Posisi
subordinasi ke cara memandang dirinya sebagai superordinat;
g. Miskinnya
kesadaran terhadap dirinya ke kesadaran tentang dirinya.
4. Sheehy
Perkembangan orang dewasa ditempuh melalui lima tahap
krisis sebagai berikut:
a. Periode pulling
up roots
b. The trying
twenties
c. The cath thirties
d. The deadline
decade
e. Renewal or
regisnation
5. Sheldon
Menurut Sheldon, manusia dilihat dari segi morphology dapat
dibedakan menjadi hal-hal berikut:
a. Endomorph, dengan
ciri-ciri gemuk, suka makan, lamban bereaksi, dan suka berteman
b. Mesomorph, dengan
ciri-ciri atletis, agresif, dan suka hal-hal yang menantang
c. Ectomorph, dengan
ciri-ciri kurus, cepat dalam bereaksi, dan suka hal-hal yang bersifat privacy.
6. Carl Gustav Jung
Menurut Carl Gustav Jung, kepribadian dalam individu dapat
dibedakan antara dua sisi yang introvert serta extrovert. Pada diri individu yang
introvert umumnya memiliki sifat-sifat cenderung menarik diri, suka bekerja
sendiri, tenang, pemalu, tetapi rajin, hati-hati dalam mengambil keputusan, dan
cenderung tertutup secara social. Individu yang extrovert, pada umumnya
memiliki ciri-ciri suka berpandangan atau berorientasi keluar, bebas dan
terbuka secara social, berinat terhadap keanekaan, sigap dan tidak sabar dalam
menghadapi pekerjaan yang lamban, dan suka bekerja kelompok.
7. Eric Berne
Eric Berne memperkenalkan suatu metode untuk menganalisis
kepribadian sesseorang dengan melihat tigkah laku mereka yang dominan pada
suatu saat, dan bila ini menjadi kebiasaan yang terus-menerus dapat dikatakan
manusia memiliki kecenderungan tipe kepribadian tertentu. Dalam cara berpikir
dan berperilaku, dalam oerasaan dan cara menghadapi kenyataan hidup ternyata
terdapat beberapa corak yang berbeda, sehingga didapat konsep ego state yang
menampakkan kepribadian seseorang. Berne membedakan ego state manusia dalam
tiga tipe kepribadian yang berbeda, yakni kanak-kanak (child), orangtua
(parents), dan dewasa (adults).
D. FAKTOR PENENTU PERUBAHAN KEPRIBADIAN
Perubahan dalam kepribadian tidak terjadi secara spontan,
tetapi merupakan hasil dari pematangan, pengalaman, tekanan dari lingkungan
social budaya, dan faktor-faktor dari individu.
1. Pengalaman awal
2. Pengaruh budaya
3. Kondisi fisik
4. Daya tarik
5. Inteligensi
6. Emosi
7. Nama
8. Keberhasilan dan
kegagalan
9. Penerimaan social
10. Pengaruh keluarga
11. Perubahan fisik
BAB II.
PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN MANUSIA
Konsep pertumbuhan dan perkembangan menjadi sumber penting
untuk menjelaskan aspek psikologi pembelajaran.Untuk itu dalam bab ini duraikan
terlebih dahulu tentang konsep pertumbuhan baik secara pribadi,kelompok,maupun
sebagai pribadi yang kompleks.Uraian
berikutnya adalah tentang konsep perkembangan yangmeliputi bagaimana
prinsip dan hukum-hukum perkembangan dan konsep yang lebih penting lagi dalam
konteks pendidikan adalah tahap perkembangan pribadi manusia,serta secara
mendalam diuraikan tentang tugas perkembangan itu sendiri.Dalam konteks inilah
dikaji tentang peran teori perkembangan dalam pendidikan anak dari masa kecil
sampai dengan dewasa.Setelah mengetahui konsep pertumbuhan dan perkembangan
manusia dalam pendidikan,maka diperlukan aksentuasi proses dalam berpendidikan.
Bentuk aksentuasi tersebut antara lain dalam hal emosi,perkembangan interaksi
soaial,dan pembentukan karakter sebagai manusia.
BAB III.
EMOSI, PERKEMBANGAN
SOSIAL DAN PEMBENTUKAN KARAKTER
1. Pengertian Emosi
Menurut Kaplan dan Saddock,emosi adalah keadaan perasaan
yang kompleks yang mengandung komponen kejiwaan,badan,dan perilaku yang
berkaitan dengan affect dan mood.Affect merupakan eksperesi sebagai tampak oleh
orang lain dan affect dapat bervariasi sebagai respon terhadap perubahan
emosi,sedangkan mood adalah suatu perasaan yang meluas,meresapa dan
terus-menerus yang secara subjektif dialami dan dikatakan oleh indidvidu dan
juga dilihat oleh orang lain.
2. Timbulnya Emosi
a) Rangsangan yang
menimbulkan Emosi
Intesitas dan lamanya respon emosional sangat ditentukan
oleh kondisi fisik dan mental dari indidvidu itu sendiri,juga faktor lain yang
sangat menentukan adalah stimulus itu sendiri.dapat dikatakan bahwa emosi akan
berlangsung terus selama stimulusnya ada dan yang menyertainya masih aktif.
b) Perubahan Fisik
dan Fisiologis
Jenis perubahan secara fisik dapat dengan mudah kita amati
pada diri seseorang selama tingkah lakunya dipengaruhi emosi,misalnya dalam
keadaan marah,cemburu,bingung dan lain-lain.Adapun secara fisiologis perubahan
yang terjadi tidak tampak dari luar,biasanya dapat diketahui melalui
pemeriksaan atau tes diagosis dari para ahli ilmu jiwa.
3. Perkembangan Emosional Selama Pertumbuhan
a. Selama Masa Awal
Menurut Bridges,emosi anak akan berkembang melalui
pengalaman,sekalipun masih dangkal dan berubah-ubah.Ketika emosi bayi
diungkapkan dalam bentuk amarah dan takut dengan menangis atau gemetar
b. Fase Selanjutnya
Perkembangan emosi pada masa pertumbuhan anak semakin lama
semakin halus dalam mengekspresikan sampai masa remaja.Peralihan ekspresi emosi
yang tadinya kasar,karena terpengaruh latihan dan kontrol,berangsur-angsur
tingkah laku emosionalnya berubah.
c. Perkembangan
Akhir
Pada akhirnya dia akan mencapai kemampuan untuk
menyesuaikan tingkah lakunya sehubungan dengan apa yang terjadi pada
dirinya.Semakin dewasa,ia akan semakin dapat mengungkapkan dengan jelas
emosinya.
4. Jenis Emosi Khas dan Cara Mengontrol
a. Takut
Rasa takut pada permulaan masa anak-anak itu berpengaruh
kuat pada perkembangan kepribadian individu.akan tetapi,setelah anak tumbuh
dewasa ia dapat menekan secara bertahap rasa takutnya .Rasa takut juga dapat
berguna sebagai tindakan preventif agar risisko atau kerusakan dapat dihindari.
b. Marah
Nilai marah adalah beberapa nilai atau manfaat yang
diberikan oleh rasa marah,karena kemarahan dapat digunakan sebagai serangan
balik dalam usahanya mengatasi rasa takut.Dengan menggunakan kemarahannya
seseorang dapat dikejutkan dan dibangkitkan dari kemalasannya.Kontrol atas
kemarahannnya dilakukan dengan cara mengalihka stimulus sumber kemarahan.
c. Afeksi
Ternyata selama perkembangan menuju
dewasa,rasa kasih sayang dari orang lain untuk mendatangkan rasa aman tetap
dibutuhkan.Dengan demikian,sadarlah dia bahwa kehadirannya memang disukai atau
diinginkan.
d. Simpati
Kemampuan menyatakan simpati ini tidak datang secara
almiah,tetapi memerluka proses latihan yang lama alam kesadaran sosial.Semakin
sama pengalaman seorang simpatisan terhadap orang yang disimpatikan,maka akan
semakin perasaan yang lebih jelas.
5. Fungsi Emosi dalam Kehidupan
a. Pengaruh Emosi
pada Tingkah Laku
Tekanan emosional juga seringkali disebabkan oleh apa yang
dikerjakan tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan minatnya.
b. Kematangan
Emosional
Sikap adalah keadaan dimana selalu ada kesiapan untuk
bertindak.sikap merupakan hasil akumulasi dari pengalaman yang mempengarhi
kehidupandalam kegiatan langsung.
BAB IV
TEORI KOGNITIF
A. PENDAHULUAN
Psikologi
kognitif mulai diperkenalkan pada akhir abad ke-19, yaitu dengan lahirnya teori
belajar gestalt, dan salah satu tokoh psikologi gestalt adalah Mex Werteimer,
dimana meneliti pengamatan dan problem solving.kemudian dilanjutkan oleh Kurt
Kaffka yang mencoba untuk menguraikan secara teperinci hukum-hukum
pengamatan.Tokoh yang lain adalah Wolfgang Kohler yang meneliti tentang insight
pada simpanse. Hasil penelitian tokoh tersebut telah memunculkan ‘psikologi
gestalt’’ yang mengutamakan pembahasan pada masalah konfigurasi struktur, dan
pemetaan dalam pengalaman.
B. INTELIGENSIA
Perkataan
inteligensi berasal dari kata
intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut
Stern, inteligensi ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan
mempergunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya. Menurut Piaget, inteligensi
adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.
Jalur belajar kegiatan kognitif dapat diuraikan sebagai
berikut.
1) Fase
motivasi:anak sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan
diri.
2) Fase
konsentrasi:anak khusus memperhatikan unsur yang relevan,sehingga terbentuk
pola perseptual tertentu.
3) Fase mengolah:
anak menahan informasi dan mengolah informasi untuk diambil maknanya.
4) Fase menyimpan:
anak menyimpan informasi yang telah diolah ke dalam ingatan.
5) Fase menggali
1:anak menggali informasi yang tersimpan dalam ingatan yang tersimpan dalam
ingatan mereka dan memasukkan kembali ke dalam working memory.
6) Fase menggali 2:
anak menggali informasi yang tersimpan dalam ingatan mereka dan mempersiapkan
sebagai masukan bagi fase prestasi.
7) Fase prestasi:
informasi yang telah disimpan digali kembali untuk memberikan prestasi mereka.
8) Fase umpan balik:
anak mendapat konfirmasi sejauh prestasinya.
C. PERKEMBANGAN INTELIGENSI
Fase-fase jalur
belajar pengaturan kegiatan kognitif adalah sebagai berikut.
1. Fase motivasi:
untuk mendapat motivasi siswa harus memeras otaknya sendiri.
2. Fase konsentrasi:
anak harus mengamati dengan cermat,jika penyelesaian masalah memerlukan
pengamatan.
3. Fase pengolahan:
anak harus menggali dari ingatannya terhadap siasat yang pernah digunakan untuk
mengatasi hal serupa,yang cocok untuk suatu problem.
4. Fase umpan balik:konfirmasi
tepat dan tidaknya penyelesaian yang di tempuh.
a.Tahap
Sensorik-Motorik
Selama
tahap sensorik-motorik (0-2 tahun), bayi mulai menakpilkan perilaku reflektif,
dengan melibatkan perilaku yang inteligen. Dengan demikian, kematangan seseorang
terjadi dari interaksi sosial dengan lingkungan (asimilasi dan
akomodasi).perilaku sensorik-motorik menjadi tambah berbeda,sehingga konstruksi
dan perilaku progresif termasuk dalam kategori perilaku intensional.Bayi
berkembang means-end,perilaku pemecahan masalah.
b.Tahap Berpikir Praoperasional
Selama tahap
praoperasional (2-7 tahun), perilaku intelektual bergerak dari tingkat
sensorik-motorik menuju ke tingkat konseptual.pada tahap ini terjadi
perkembangan yang cepat dari keterampilan representasional termasuk didalamnya
kemakpuan berbahasa, yang menyertai perkembangan konseptual secara cepat dari
proses ini.
c.Tahap Berpikir
Operasional Konkret
Tahap operasional konkret anak (7-11 tahun)
berkembang dengan menggunakan berpikir logis. Anak-anak dapat memecahkan
masalah konservasi dengan maslah yang konkret.
d.Tahap Berpikir
Operasional Formal
Selama tahap
operasional formal (11-15 tahun), struktur kognitif menjadi matang secara
kualitas, anak mulai dapat menerapkan operasi secara konkret untuk semua
masalah yang dihadapi di dalam kelas. Anak dapat menerapkan berpikir dari
masalah hipotesis yang berkaitan dengan masa yang akan datang.
Untuk mengukur
tingkat kecerdasan anak, dapat digunakan tes IQ (Intelligence Quotient)
misalnya dari Binet Simon. Dari hasil Binet Simon, dibuatlah penggolongan
inteligensi sebagai berikut:
1) Genius > 140;
2) Gifted >130;
3) Superior >120;
4) Normal 90-110;
5) Debil 60-79;
6) Imbesil 40-55;
7) Idiot >30.
D. BEBERAPA TEORI
INTELIGENSI
A.Teori Faktor
(Charles Spearman)
Teori faktor
berusaha mendeskripsikan struktur inteligensi, yaitu terdiri atas dua faktor
utama, yakni’’g’’(general) yang mencakup semua kegiatan intelektual yang
dimiliki oleh setiap orang dalam berbagai derajat tertentu,dan
faktor’’s’’(specific) yang mencakup berbagai faktor khusus yang relevan dengan
tugas tertentu.
B.Teori Struktur
Inteligensi (Guilford)
Menurut Guilford
struktur kemampuan intelektual terdiri atas 150 kemampuan dan memiliki tiga
parameter, yaitu operasi,produk, dan konten.
C.Teori Multiple
Intelligence (Gardner)
Menurut Gardner,
inteligensi manusia mamiliki tujuh dimensi semiotonom, yaitu linguistik, musik,
matematik logis, visual spesial, kisnestik fisik, sosial interpersonal, dan
intrapersonal.
D.Teori Uni Factor
(Wilhelm Stern)
Menurut teori ini, inteligensi merupakan kapasitas atau
kemampuan umum.Oleh karena itu, cara kerja inteligensi juga bersifat umum.
E.Teori Multifaktor
(E.L. Thorndike)
Menurut teori
ini inteligensi terdiri atas bentuk hubungan neural antara stimulus dengan
respons.
F.Teori Primary Mental Ability (Thurstone)
Teori mencoba
menjelaskan tentang organisasi inteligensi yang abstrak,dengan membagi
inteligensi menjadi kemampuan primer, yang terdiri atas kemampuan
numerical/matematis, verbal atau bebahasa, abstraksi, berupa visualisasi atau
berpikir, membuat keputusan, induktif maupun deduktif, mengenal atau mengamati,
dan mengingat.
G.Teori sampling
(Godfrey H.Thomsom)
Menurut teori
ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan berbagai
bidang pengalaman dan sebagian terkuasai oleh pikiran manusia.
H. Entity Theory
Menurut teori
ini, inteligensi atau kecerdasan adalah kesatuan yang tetap dan tidak
berubah-ubah.
I. Incremental Theory
Menurut teori ini,
seseorang dapat meningkatkan inteligensi/kecerdasannya melalui belajar.
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELIGENSI
Faktor yang
mempengaruhi inteligensi antara lain sebagai berikut.
1) Faktor pembawaan,
dimana faktor ini di tentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
2) Faktor minat dan
pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
3) Faktor pembentukan, di masa pembentukan adalah segala
keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
4) Faktor
kematangan, di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan.
5) Faktor kebebasan,
yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah
yang dihadapi.
F. TEORI BELAJAR
KOGNITIF
1.Cognitive Field (Kurt Lewin)
Teori
belajar cognitive field menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan
psikologi sosial,karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam
suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis, yang di sebut life
space.Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan.
2.Cognitive Development (Piaget)
Perkembangan intelektual adalah kualitatif, bukan
kuantitatif.Inteligensi itu terdiri atas tiga aspek, yaitu:
1) Struktur atau scheme
ialah pola tingkah laku yang dapat diulang;
2) Isi atau content
ialah pola tingkah laku spesifik, ketika seseorang menghadapi suatu masalah;
3) Fungsi atau
function adalah yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan
intelektual.
3.Teori Benyamin
S.Bloom
Sebuah
metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih
tinggi dari kegiatan mental, dengan enam tahap sebagai berikut.
1) Pengetahuan
(knowledge) ialah kemampuan untuk menghafal, mengingat, atau mengulang
informasi yang pernah di berikan.
2) Pemahaman
(comprehension) ialah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi
dengan menggunakan bahasa sendiri.
3) Aplikasi
(application) ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi
baru.
4) Analisis
(analysis) ialah kemampuan mengurai pemikiran yang kompleks, dan mengenai
bagian –bagian serta hubungannya.
5) Sintesis
(synthesis) ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk satu
pola pemikiran yang baru.
6) Evaluasi
(evaluation) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
BAB 5
PSIKOLOGI
BEHAVIORISTIK
A. PENDAHULUAN
Perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik
merupakan massalah penting dalam psikologi pendidikan. Perilaku sebelum
menguasai atau memahami merupakan objek pengamatan dari kelompok behavioris.
Salah satu fungsi psikologi pendidikan adalah dasar perilaku manusia.
B. ALIRAN PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK
Psikologi behavioristik merupakan salah satu dari tiga
aliran psikologi pendidikan yang tumbuh dan berkembang secara beruntun dai
period eke periode. Dalam perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan
teori belajar, yang secara garis besar dikelompokkan pada dua teori belajar,
yang secara garis besar dikelompokkan pada dua teori belajar, yaitu teori
belajar conditioning dan teori belajar connectionism.
C. TEORI BELAJAR CONDITIONING
1. Teori classical
conditioning
a. Ivan Pavlov
Pavlov berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau penguatan dari lingkungan. Guru yang menganut pandangan ini
bahwa masa lalu dan pada masa sekarang dan segenap tingkah laku merupakan
reaksi terhadap lingkungan mereka merupakan hasil belajar.
b. John B.Watson
Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadi
refleks atau respons bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurut teori
conditioning, belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena
adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan reaksi.
c. Teori
Conditioning (Guthrie)
Teori ini mengemukakan bagaimana cara atau metode untuk
mengubah kebiasaan yang kurang baik berdasarkan teoi conditioning ini. Tingkah
laku manusia secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan tingkah laku
yang terdiri atas unit-unit.
2. Teori operant
conditioning (Skinner)
Teori operant conditioning dari Skinner penganut
behaviorisme yang dianggap controversial, dengan teori pembiasaan perilaku
responnya, merupakan teori belajar yang paling mudah dan masih sangat
bepengaruh di kalangan psikologi belajar masa kini. Di dalam karyanya, tingkah
laku terbentuk oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.
Skinner membedakan dua macam respons, yaitu respondent response dan operant
response.
3. Teori Systematic
(Clark C. Hull)
Teori ini menggunakan prinsip-prinsip yang miripdengan yang
dikemukakan behavioris lainnya, yaitu dasar stimulus respons dan adanya
reinforcement. Teori ini juga dalam usahanya mengembangkan teori belajar. Dalam
hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan
keuasan motif yang menyebabkan timbulnya usah belajar oleh respons yang dibuat
individu itu.
4. Teori belajar
connectionism (Thorndike)
Menurut teori ini, proses belajar melalui proses trial and
error (mencoba-coba dan megalami kegagalan), dan law of effect: merupakan
segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok
dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
5. Teori Bandura
Menurut A. Bandura, belajar itu lebih dari sekedar
perubahan perilaku. Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang
didasari oleh pengetahuannya tersebut (teori kognitif social). Prinsip belajar
menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami.
6. Classical
Conditioning
7. Teori
Conditioning
8. Operant
conditioning
9. Teori systematic
behavior
10. Teori connectism
D. FAKTOR DARI DALAM DIRI
1. Kesehatan
2. Inteligensi
3. Minat dan
motivasi
4. Cara belajar
E. FAKTOR DARI LUAR DIRI
1. Keluarga
2. Sekolah
3. Masyarakat
4. Lingkungan
sekitar
BAB 6
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BELAJAR
A. MOTIVASI
Motivasi adalah kondisi
fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan
(kebutuhan). Motivasi berprestasi dapat diartikan dorongan untuk mengerjakan
suatu tugas sebaik-baknya berdasarkan standar keunggulan.
1. Motivasi
Berprestasi
Dalam perjalanan hidupnya, tiap orang akan banyak mengalami
peristiwa, dimana harapannya tidak selamanya terpenuhi. Hal ini mengakibatkan
adanya berbagai kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, dan oleh karena
itu dalam diri seseorang akan terdapat berbagai primary affect yang merupakan
sumber berbagai motif. Ia juga akan banyak mengalami peristiwa, dimana berbagai
isyarat menyertai berbagai situasi afeksi dalam dirinya. Ini berarti, dalam
proses perkembangannya ia mempelajari (dan demikian akan memperoleh) berbagai
motif.
2. Pengertian
Achievment
Suatu prestasi atau achievement berkaitan erat dengan
harapan (expectation). Harapan seseorang terbentuk melalui belajar dalam
lingkungannya. Oleh karena itulah motivasi berprestasi dapat diartikan dorongan
untuk mengerjakan tugas sebaik-baiknya yang mengacu kepada standar keunggulan.
3. Karakteristik
individu yang motivasi berprestasinya tinggi
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Menyukai situasi
atau tugas yang menuntut tanggungjawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan
atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.
2. Memilih tujuan
yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau
terlalu besar resikonya
3. Mencari situasi
atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk
menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya
4. Senang bekerja
sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain
5. Mampu
menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik
6. Tidak tergugah
untuk sekadar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia akan
mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambing prestasi, suatu ukuran keberhasilan.
4. Motivasi
berprestasi dan prestasi belajar
Siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan
mencapai prestasi yang akademis apabila:
1. Rasa takutnya
akan kegagalan lebih rendah daripada keinginannya untuk berhasil;
2. Tugas-tugas di
dalam kelas cukup member tantangan, tidak perlumudah tetapi juga tidak terlalu
sukar, sehingga memberi kesempatan untuk berhasil.
5. Penerapan di
bidang administrasi pendidikan
a. Motivasi
berkarier
Orang-orang yang motivasi berkariernya baik dtandai dengan:
1. Menyukai situasi
kerja yang menuntut tanggung jaawab pribadi, sebagai tantangan untuk maju;
2. Memilih tujuan
yang realistis sebagai upaya untuk mengembangkan karier;
3. Cekatan dalam
menyelesaikan pekerjaan dengan mengharapkan cepat memperoleh umpan balik;
4. Senang bekerja
sendiri dan bersaing untuk menunjukkan kemajuan prestasinya.
b. Motivasi
pelayanan
Seseorang yang motivasi pelayanannya baik memiliki
tanda-tanda:
1. Menyukai
kesungguhan dalam bentuk gairah untuk melayani konsumen;
2. Senang
menciptakan cara-cara baru dan menarik untuk meningkatkan layanan;
3. Memiliki sikap
proaktif, yaitu mengambil inisiatif yang tepat;
4. Menyambut hangat
para konsumendengan keyakinan bahwa pelayanan mampu menemukan penyelesaian
(yang positif);
5. Tidak hanya
menunaikan pekerjaan saja, tetapi juga melibatkan rasa cita dan bangga serta
memberikan pengalaman positif kepada konsumen.
c. Motivasi kerja
Seorang yang motivasi bekerjanya tinggi ditandai dengan:
1. Menyukai tugas
kantor yang menuntut tanggung jawab pribadi;
2. Mencari situasi
dimana pekerja memperoleh umpan balik dengan segera baik dari pimpinan maupun
teman sejawat;
3. Senang bekerja
sendiri, sehingga kemampuan diri dapat dikedepankan;
4. Senang bersaing
mengungguli prestasi bekerja orang lain;
5. Memiliki
kemampuan menangguhkan pemuaan keinginan demi pekerjan;
6. Tidak tergugah
sekadar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya.
B. SIKAP
1. Pengertian sikap
dan belajar
Sikap adalah kecenderungan untuk betindak berkenaan dengan
objek tertentu. Sikap bukan tindakan nyata melainkan masih bersifat tertutup.
Adapun belajar menunjuk kepada suatu cabang belajar yaitu belajar dalam arti
sempit, khusus untuk mendapatkan pengetahuan akademik. Belajar menurut Morgan
dkk. merupakan setiap perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi
sebagai hasil latihan atau pengalaman.
2. Konsep sikap
belajar
Sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan
perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Siakp
belajar penting didasarkan atas peranan guru sebagai leader dalam proses
belajar mengajar. Sikap belajar siswa akan berwujud dalam bentuk perasaan
senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka
terhadap hal-hal tersebut.
3. Peranan sikap belajar
Sikap belajar ikut berperan dalam menemukan aktivitas
belajar siswa. Sikap belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan
motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama, siswayang sikap
belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan memperoleh
hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negative.
4. Penerapan di
bidang administrasi pendidikan
Di sini akan diberikan tiga contoh variabel bidang
administrasi pendidikan yang berkaitan dengan konsep/variabel sikap, yaitu:
1. Sikap social di
lingkungan kerja,
2. Sikap guru
terhadap kebijaksanaan awal “kepala sekolah baru”, dan
3. Sikap kerja.
C. MINAT
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat dapat diekspresikan
melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal
daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam
suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh keudian.
D. KEBIASAAN BELAJAR
1. Pengertian
Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik
yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku,
mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.
2. Peranan kebiasaan
belajar dalam kegiatan belajar
Mengenai cara belajar yang efisien, belum menjamin
keberhasilan dalam belajar. Yang paling penting, siswa mempraktikkannya dalam
belajar sehari-hari, sehingga lama-kelamaan menjadi kebiasaan, baik di dalam
maupun di luar kelas.
3. Peranan di bidang
administrasi pendidikan
Kebiasaan kerja seseorang ditandai dengan kecenderungan
perilaku yang:
1. Peduli kepada
kosumen, pelanggan, teman, atau teman sejawat,
2. Selain member
perhatian yang cermat terhadap konstituensi, konsumen, pelanggan, atau teman
sejawat, dan
3. Menunjukkan
komitmen tinggi
E. KONSEP DIRI
1. Pengertian
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri
yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi
pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh
terhadap orang lain. Konsep diri terbentuk karena empat faktor, yaitu:
1. Kemampuan
2. Perasaan mempunyai
arti bagi orang lain
3. Kebajikan
4. Kekuatan
2. Penerapannya di
bidang administrasi pendidikan
Konsep diri dari mahasiswa yang baik-baik ditandai oleh
hal-hal sebagai berikut:
1. Pandangan
mahasiswa terhadap kemaampuan sendiri dihubungkan dengan tujuan sebagai manajer
pendidikan
2. Perasaan
mahasiswa tentang kebermaknaan dirinya dan kaitannya dengan calon manajer
pendidikan
3. Pandangan
mahasiswa terhadap kebajikan yang ada dalam dirinya
4. Pandangan
mahasiswa terhadap kekuatan yang dihubungkan dengan proses persiapan menjadi
manajer pendidikan.
Ringkasan Buku
Pembanding
Bab I
Pengertian dan Ruang
Lingkup Ilmu Kejiwaan
Psikologi berasal dari 2 kata bahasa yunani, yaitu psyche
yang bebarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi
berarti ilmu tentang jiwa. Pada umumnya para ilmuan membagi psikologi menjadi 2
golongan, yaitu: Psikologi Metafisika, yang menyelidiki hakekat jiwa. Psikologi
Empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan
menggunakan pengamatan, percobaan dan pengumpulan berbagai macam datayang ada
hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.
Adapun mengenai pendidikan ada beberapa pendapat yang
dituliskan diantaranya adalah bahwa pendidikan merupakan sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga psikologi
pendidikan dapat didefenisikan ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala-gejala
kejiwaan individu atau tingkah lakunya di dalam situasi pendidikan.
Pada dasarnya ilmu jiwa pendidikan adalah sebuah disiplin
psikologi yang khusus mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku
manusia yang terlibat dalam proses pendidikan yang meliputi tingkah laku
belajar, tingkah laku mengajar, dan tingkah laku belajar mengajar. Inti
persoalan psikologi pendidikan dengan tanpa mengabaikan psikologi guru terletak
pada siswa. Secara garis besar psikologi pendidikan banyak ilmuan membatasi
dalam 3 pokok bahasan, yaitu pokok bahasan mengenai (1) belajar, (2) proses
belajar dan (3) situasi belajar.
Di sisi lain, Crow and Crow mengemukakan ruang lingkup psikologi
pendidikan antra lain (1) sampai sejauh mana factor hereditas dan lingkungan
berpengaruh terhadap belajar, (2) sifat-sifat dari proses belajar, (3) hubungan
antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar, (4) signifikansi pendidikan
terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan
belajar, (5) perubahan selama dalam belajar, (6) hubungan prosedur mengajar
dengan hasil belajar, (7) teknik bagi penilaian kemajuan belajar, (8) pengaruh
pendidikan formal dibandingkan informal terhadap individu, (9) manfaat nilai
ilmiah terhadap pendidikan bagi personel sekolah, dan (10) pengaruh psikologi
yang ditimbulkan oleh kondisi sosiologi terhadap sikap siswa.
Bab II
Peranan Ilmu Jiwa
Pendidikan Dalam Dunia Pendidikan
Para pendidik diharapkan memiliki pengetahuan psikologis
pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses
belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan ini akan
berguna mempelajari gejala kejiwaan anak, perkembangan anak, minat dan
bakatnya, cara belajar dan membimbingnya serta bagaiman mengawasi hasil
belajarnya yang tepat.
Menurut Lindgren manfaat psikologi pendidikan adalah untuk
membantu para guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai
kependidikan dan prosesnya. Sementara itu, Chaplin menitikberatkan manfaat
psikologi pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia
pendidikan dengan cara menggunakan metode-metode yang telah disusun rapi dan
sistematis. Dari dua macam pendapat tersebut, secara umum psikologi pendidikan
merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan prinsip
yang terkandung dalam psikologi pendidikan dpat dijadikan landasan berpikir dan
bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang
banyak memerluksn prinsip-prinsip psikologi, yaitu (1) seleksi penerimaan siswa
baru, (2) perencanaan pendidikan, (3) penyusunan kurikulum, (5) administrasi
kependidikan, (6) pemilihan materi pelajaran, (7) interaksi belajar mengajar,
(8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) metode mengajar, (10) pengukuran
dan evaluasi. Untuk menerapkan prinsip-prinsip psikologi tersebut diperlukan
guru-guru yang berkompeten dan bertanggung jawab. Berkompeten artinya bahwa
guru mampu melaksanakan profesinya dengan baik dan benar. Adapun bertanggung
jawab adalah guru mampu mengelola prose belajar mengajar dengan sebaik-baikny
sesuai dengan prinsip-priinsip psikologis.
Dengan adanya perkembangan teknologi sekarang ini,
dampaknya jugasanat terasa dalam dunia pendidikan. Banyak teknologi yang
dikembangkan untuk media pendidikan yang justru dalam penerapannya jauh dari
prinsip-prinsip psikologi. Untuk mengatasi persoalan ini hendaknya dalam proses
belajar siswa dibawa kepada keaktifan yang tinggi baik secara fisiologi maupun
psikologi.
Bab III
Teori – Teori
Psikologi Belajar
Dalam Bab ini dijelaskan dengan berkembangnya psikologi
dalam pendidikan muncul pula berbagai aliran psikologi pendidikan yaitu (1)
psikologi behavoristik, (2) psikologi kognitif, (3) psikologi humansitik. Dalam
setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut, mulcullah teori-teori
tentang belajar, yaitu: Teori belajar psikologi behavioristik, yang berendapat
bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkunganmereka pada
masa lalu dan masa sekarang dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil
belajar. Bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reword) dan penguatan
(reinforcement). Teori – teori ini dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson
dan Guthrie.
Teori belajar psikologi kognitif, yang berpendapat bahwa
tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan
mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi
belajar seseorang terlibat langsung dalm situasi itu dan memperoleh “insight”
untuk pemecahan masalah. Insight itu sering dihubungkan dengan pernyataan
spontan seperti “aha”, “oh”, “I see now”. Teori – teori ini dipelopori oleh
Gestalt, Mex Wertheimer, Lewin, Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler.
Teori belajar psikologi Humanistis, yang orientasinya
utamanya tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan
dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan dengan
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk membantu siswa
mengembangkan dirinya, mengenal dirinya sendiri sebagai mausia yang unik dan
membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Tokoh
yang menonjol pada aliran ini adalah Combs Maslov, dan Rogers.
Dengan demikian hal terpenting yang harus diperhatikan
adalah tentang tujuan belajar. Bahwa belajar merupakan suatu usaha atau
perbuatan yang dilakukan sedara bersungguh-sungguh, sistematis, mendayagunakan
semu potensi yang dimiliki baik fisik mental serta dana panca indera, otak dan
tubuhserta aspek-aspek kejiwaan sepertiintelegensi, bakat, minat motivasi dan
sebagainya. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki hidup untuk mencapai cita-cita.
Dalam perjalanannya, dalam pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip
belajar yang meliputi (1) kematangan jasmani dan rohani, (2) memiliki kesiapan,
(3) memahami tujuan, (4) memiliki kesungguhan, (5) ulangan dan latihan.
Bab IV
Pertumbuhan dan
Perkembangan Manusia
Ada dua bagian kondisional pribadi manusia baik secara
jasmaniah maupun secara rohaniah, yaitu (1) bagian pribadi materil yang
kuantitatif dan (2) bagian pribadi fungsional yang kualitatif. Pertumbuhan
dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai
akibat dari adanya pengaruh lingkungan, sedangkan bagian pribadi fungsinal yang
kualitatif mengalami perkembangan.
1. Pertumbuhan
Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia berawal dari
peristiwa awal herediter. Secara genetis manusia terbentuk dari satu sperma dan
satu telur. Keduanya mewakili sifat dari orang tuanya yang pada akhirnya akan
turun kepada anaknya sebagai individu baru. Dalam perjalanannya, pertumbuhan
ini diatur oleh hokum-hukum antara lain (a) pertumbuhan adalah kuantitaif dan
kualitatif, (b) pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan dan teratur,
(c) tempo pertumbuhan adalah tidak sama, (d)
taraf perkembangan dari berbagai aspek pertumbuhan adlah tidak sama, (e)
kecepatan serta pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh kondisi-kondisi di
dalam dan di luar badan, (f) masing-masing individu tumbu menurut caranya
sendiri yang unik, (g) pertumbuhan adalah kompleks, dan semua aspeknya saling
berhubungan.
Pertumbuhan yang mengenai tinggi dan berat badan, sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan internal seperti makanan, gizi, perangai,
dan lain-lain. Sedangkan kondisi lingkungan eksternal misalnya suhu udara,
aktivitas social, dan lain-lain. Dalam kondisi pertumbuhan normal tinggi badan
anak dapat ditafsirkan dengan rumus :
Tinggi badan anak laki-laki = (tinggi badan ayah + 100% tinggi badan ibu) /
2
Tinggi badan anak perempuan = (tinggi badan ibu + 92%
tinggi badan ayah)/ 2
2. Perkembangan
Perkembangan pribadi diartikan sebagai perubahan kualitatif
dari setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Setiap
fungsi tersebut dapat mengalami perubahan. Perkembangan tidak dapat dipisahkan
dari pertumbuhan. Kematangan pada fungsi jasmaniah sangat mempengaruhi
perubahan fungsi-fungsi kejiwaan. Hokum-hukum dalam perkembangan adalah (1)
perkembangan adalah kualitatif, (2) perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses
hasil dari belajar, (3) usia ikut mempengaruhi perkembangan, (4) masing-masing
individu mempunyai tempo perkembangan yang berbeda, (5) dalam keseluruhan
periode perkembangan setiap spesies perkembangan individu mengikuti pola umum
yang sama, (6) perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan, (7)
perkembangan yang lambat dapat dipercepat, (8) perkembangan meliputi proses
individuasi dan integrasi
2.1 Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan pribadi manusia meliputi perkembangan
fisiologis, perkembangan psikologis, perkembangan social dan perkembangan
didaktis atau pedagogis.
Perkembangan
fisiologis
Menurut Sigmund Freud ada 6 tahap perkembangan fisiologis
pada manusia yaitu (a) tahap oral (umur 0 sd sekitar 1 tahun) dimana mulut bayi
merupakan daerah utama dari aktivitas dinamis manusia, (b) tahap anal (umur 1
sd 3 tahun) yaitu dorongan dan gerak individu lebih banyak terpusat pada fungsi
pembuangan kotoran, (c) tahap falish (umur 3 sd 5 tahun) dimana alat-alat
kelamin menjadi perhatian penting, (d) tahap latent (umur 5 sd 12/13 tahun)
dimana anak belajar bersosialisasi, fungsi imajinasi, ingatan dan pikiran mulai
berkembang, mulai mampu berpikir kritis, (e) tahap pubertas (umur 12/13 sd 20
tahun) dimana kelenjar-kelenjar indoktrin tumbuh pesat dan berfungsi
mempercepat pertumbuhan kearah kematangan, (f) tahap genital (setelah umur 20
tahun) yaitu pertumbuhan genital merupakan dorongan penring bagi tingkah laku
sesorang.
Perkembangan
Psikologis
Menurut Jean Jacques Rousseou perkembangan fungsi dan
kapasitas kejiwaan manusia berlangsung dalam 5 tahap, yaitu tahap (a)
perkembangan masa bayi (sejak lahir – 2 tahun) dimana perkembangan kepribadian
didominasi oleh perasaan, (b) perkembangan masa kanak-kanak (2 s.d 12 tahun)
dimana perkembangan pribadi anak dimulai dengan berkembangnya fungsi-fungsi
indra anak untuk mengadakan pengmatan, (c) perkembangan pada masa preadolesen
(umur 12 s.d 15 tahun) dimana perkembangan fungsi penalaran intelektual pada
anak sangat dominan, (d) perkembangan pada masa adolesen (umur 15 s.d 20 tahun)
dimana perkembangan terhadap kualitas kehidupan yang diwarnai oleh dorongan
seksual yang kuat, (e) masa pematangan diri (setelah umur 20 tahun) dimana
perkembangan fungsi kehendak sangat dominan. Pada perkembangan psikologis
secara umum ada kegoncangan psikologis dialami oleh individu yaitu pada masa
umur 3 atau 4 tahun dimana anak mulai menemukan “aku”-nya, dan pada masa
pubertas.
Tahap perkembangan
secara pedagogis
Tahap perkembangan pedagogis dapat ditinjau dari dua sudut
pandang yaitu dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan
sudut tinjauan teknis khusus perlakuan pendidikan. Menurut Hohn Amos Comenius,
dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan perkembangan pribadi
manusia terdiri atas 5 tahap, yaitu tahap (a) tahap enam tahun pertama, yaitu
tahap perkembangan penginderaan sehingga anak mampu mengenal lingkungannya, (b)
enam tahun kedua, yaitu tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi
individu sehingga mampu menganalisis lingkungan dengan kemampuan daya pikirnya,
(c) enam tahun ketiga, yaitu perkembangan fungsi intelektual sehingga anak
mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemuka hubungan antar variable di dalam
lingkungannya, (d) enam tahun keempat, tahap perkembangan berdikari, “ self
direction” dan “self controle”, (e) tahap kematangan pribadi, dimana intelek memimpin
perkembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan pribadi.
Mengenai perkembangan pribadi dari sudut pandang tinjauan
teknis khusus perlakuan pendidikan secara otomatis dapat diambil dari tinjauan
pertama. Di sini tinggal memberikan perlakuan-perlakuan yangdiperlukan dalam
pendidikan, seperti pemeliharaan makanan, pembiasaan untuk hidup teratur,
latihan mengindra, member latihan berpikir, memupuk rasa tanggung jawab dan
lain-lain.
Bab V
Pembawaan dan
lingkungan
5.1 Pembawaan
Setiap individu lahir dengan membawa hereditas tertentu,
ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak
orang tuanya dan selebihnya dari nenek dan moyangnya. Warisan atau keturunan
memiliki peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Para ahli meyakini
bahwa hokum mendel mengenai pewarisan sifat berlaku juga untuk manusia. Warisan
atau pembawaan yang terpenting adalah:
• Bentuk tubuh dan
warna kulit
Sifat – sifat
Sifat dan kebiasaan merupakan cora (warna) dari kepribadian
seseorang atau suku bangsa. Para ahli telah membagi tipe-tipe manusia
berdasarkan sifat yang dimilikinya. Salah satunya dikemukakan oleh Edward
Sparanger yaitu (a) manusia ekonomi, yang memiliki sifat hemat, rajin bekerja,
(b) manusia teori yang memiliki sifat suka berpikr, meneliti, (c) manusia
politik yang suka menguasai dan memerintah, (d) manusia seni yang suka
keindahan, (e) manusia agamis yang suka mengabdi dan taat ibadah.
Intelegensi, yaitu kemampuan yang bersifat umum untuk
mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Dalam bab ini
dijelaskan beberapa teori untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang.
Interval angka kecerdasannya adalah:
140 – ke atas
= luar biasa cerdas (genius)
120 – 139
= sangat cerdas (superior)
110 – 119
= di atas normal
90 – 109
= normal
80 – 89
= di bawah normal
70 – 79
= borderline (garis batas)
50 – 69
= debile
26 – 49
= embicile
0 – 25 = idiot
5.2 Lingkungan
Secara fisiologis, lingkugan meliputi segala kondisi dan
material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu,
system saraf, darah, kelenjar-kelenjer indoktrin dan lain-lain. Secara
psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima individumulai
sejak dalam konsesi kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya berupa
sifat-sifat gen, selera, keinginan, minat, emosi, perasaan, kebutuhan,
kapasitas intelektual, dan lain-lain.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta
jasmani dan rohaninya. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan (a) keluarga,
(b) sekolah, (c) masyarakat dan (d) keadaan alam sekitar.
Bab VI
Ciri – Ciri
Kematangan
Pada bab ini penulis kembali menjelaskan beberapa prinsip
dan teori-teori perkembangan menurut para ahli. Diantaranya teori perkembangan
menurut Airstoteles, Charlotte Buchler, Johan Amos Comenius, H.C Witherington
dan Masrun,MA. Khusus tentang prinsip
kematangan, bahwa yang dimaksud dengan kematangan adalah kemampuan seseorang
untuk berbuat sesuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah memiliki
intelegensi. Kecerdasan atau intelegensi seseorang member kemungkinan bergerak
dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya.
Perubahan jasmani memerlukan bantuan “motor learning” agar
pertumbuhan itu mencapai kematangan. Kematangan atau kondisi fisik baru akan
memperoleh pengakuan social apabila individu yang bersangkutan mengusahakan
“social learning” (belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta minat-minat kelompok). Dengan
demikian diharapkan individu mencapai tingkat-tingkat kematangannya sesuai
dengan tahap-tahap pertumbuhannya, belajarnya dan lingkungan sosialnya.
Kesadaran individu terhadap stimulus di alam sekitar maupun
di dalam tubuh di pimpin oleh aktivitas sel-sel khusus di dalam system saraf
yang disebut “receptor”. Tingkah laku manusia dapat terbagi atas dua macam,
yaitu:
1. “Responden behavior”, yaitu tingkah laku bersarat dan
tidak disengaja, selalu tergantung kepada stimulus.
2. “Operan behavior”, yaitu tingkah laku disengaja dan
tidak selalu tergantung kepada stimulus.
Setiap jenis tingkah laku, baik yang sengaja atau tidak,
memerlukan kematangan fungsi jasmaniah, terutama fungsi-fungsi system saraf,
dan fungsi-fungsi vital jasmaniah. Perkembangan struktur dan fungsi otak tampak
sempurna atau hamper sempurna pada saat anak tiba masuk pada sekolah dasar.
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang
menentukan perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra
sehingga semua itu memungkinkan individu matangmengadakan reaksi-reaksi
terhadap setiap stimulus lingkungan. Menurut English & English, kematangan
adalah keadaan atau kondisi bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau
dewasa pada suatu organism, baik terhadap satu sifat bahkan seringkali semua
sifat. Kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan
cara tertentu yang disebut dengan “readiness”, yaitu untuk bertingkah laku baik
tingkah laku yang instingtif atau tingkah laku yang dipelajari. Cronbach
memberikan readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membaut seseorang
dapat bereaksi dengan cara tertentu.
Pembentukan readiness anak dipengaruhi oleh lingkungan atau
kultur di sekelilingnya. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental
individu mempegaruhi perkembangan mental, kebutuhan, minat, tujuan, perasaan
dan karakterindividu yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena setiap anak
mempunyai perbedaan individual dan sejarah atau latar belakang yang berbeda.
Selain itu, kematangan emosional orang tua juga sangat berpengaruh serta
menentukan taraf pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang penting pada anak
dalam kehidupannya di keluar Emosi
orang tua yang telah mencapai kedewasaan menyebabkan perkembangan yang sehat
pada anak-anaknya. Sebaliknya emosi orang tua yang belum stabil akan
menimbulkan kesukaran-kesukaran dalam usaha anak untuk mendewasakan diri secara
emosional atau membebaskan dirinya secara emosional dari orang tuanya.
Bab VII
Kemampuan dan
Intelegensi
1. Kemampuan
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat
menguntungkan bagi anak maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah
sebagai tempat untuk mencari sumber “bekal” yang akan membuka dunia bagi
mereka. Orang tua memandang sekolah sebagai tempat dimana anaknyaakan
mengembangkan kemampuannya. Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan yang
menolong anak mengenal diri serta kemampuannya dan juga dunia di sekitarnya.
Agar dapat menolong anak dalam mengembangkan potensi
kepribadian dan kemampuannya, anak harus dikenal dalam segala aspeknya dan
dalam konteks (situasi) hidupnya dimana ia hidup. Kita harus mengenal hal-hal
yang umum dan khusus pada diri anak. Factor-faktor umum yang harus dikenal
adalah (1) hakekat anak, (2) kebutuhan pokok anak dan (3) langkah-langkah
perkembangan anak. Ada motto yang berbunyi “ makin kita mengenal diri sendiri,
makin kita mengenal orang lain. Makin kita terampil mengembangkan dan mengubah
diri sendiri, makin kita berhasil menolong orang mengembangkan diri.
Dalam bab ini juga dijelaskan kembali tentang hukum-hukum
perkembangan antara lain (1) hukum konvergensi, yaitu perkembangan manusia pada
dasarnya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, (2) hukum pertahanan dan
pengembangan diri, yaitu bahwa manusia atau organisme lainnya memiliki dorongan
hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negative, (3) hukum masa peka,
yaitu terdapat masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan
fungsi-fungsi tertentu seperti fungsi mulut untuk berbicara, (4) hukum
keperluan belajar, yaitu pada dasarnya anak berkembang karena belajar, (5)
hukum tempo perkembangan, yaitu lambat atau cepatnya proses perkembangangan
seseorang tidak sama dengan orag lain, (6) hukum irama perkembangan, yaitu
bahwa perkembangan manusia tidak tetap terkadang naik terkadang turun, (7)
hukum rekapitulasi yaitu bahwa perkembangan individu mencerminkan evolusi
kehidupn jenis mahluk hidup dari tingkat yag paling sederhana ke tingkt yang
paling kompleks.
Inteligensi
Pada sub ini diuraikan beberapa defenisi tentang
inteligensi antara lain yang dikemukakan oleh Super dan Cites, Garret, Bischof,
dan Heidentich. Dari beberapa pendapat tentang inteligensi maka dapat ditarik
kesimpulan inteligensi merupakan kemampuan untuk dapat memecahkan suatu masalah
dalam segala situasi yang baru atau yang mengandung masalah.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang
inteligensi yaitu (1) teori “uni-factor”, yaitu yang memandang bahwa
inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum, (2) teori “two factor”,
yaitu teori inteligensi yang dikembangkan berdasarkan suatu factor mental umum
yang diberi kode “g” serta factor-faktor spesifik yang diberi tanda “s”, (3)
teori “multi-factor”, yaitu bahwa inteligensi terdiri dari bentuk
hubungan-hubungan neural antara stimulus dan respon, (4) teori “ primary-mental-abilities”,
yang menjelaskan bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan pribadi
/ kemampuan primer (5) teori “sampling”, yaitu teori yang menjelaskan bahwa
inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel.
Setiap orang memiliki inteligensi yang berbeda, hal ini
dipengaruhi oleh pembawaan, kematangan, pembentukan, minta dan pembawaan yang
khas serta kebebasan. Dan dari banyak penelitian yang dilakukan membuktikan
tidak adanya perbedaan yang signifikan antara inteligensi pria dan wanita.
Walaupun antara pria dan wanita masing-masing memiliki kelebihan. Sampai saat
ini ilmu pengetahuan belum dapat menjelaskan tentang pewarisan intelegensi.
CBSA
Dalam bab ini juga dijelaskan tentang Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA), yaitu suatu proses kegitan belajar mengajar yang subyek didiknya
terlibat secara intelektual dan emosional sehingga benar-benar berpartisipasi
aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Indicator untuk menilai cara belajar
siswa aktif dalam KBM adalah dapat dilihat dari sudut pandang (1) siswa, (2)
guru, (3) program, (4) stuasi belajar, dan (5) sarana belajar.
Penerapan CBSA dalam KBM melalui tahap perencanaan dan
pelaksanaan termasuk penilaian. Agar pelaksanaannya menjadi optimal, maka dalam
KBM perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar antara lain: (1) stimulasi
belajar, (2) perhatian dan motivasi, (3) respon yang dipelajari, (4) penguatan
dan (5) pemakaian dan pemindahan.
Bab VIII
Tipe-Tipe Dan
Kesulitan Belajar
Dari uraian pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa belajar merupakan perubahan; dalam tingkah laku, yang terjadi melalui
latihan atau pengalaman, relative mantap, dan perubahan dalam pengertian
pemecahan suatu masalah/berpikir keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau
sikap.Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama
yang bertalian dengan pemecahan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
(1) sikap, (2) inhibisi, (3) apresiasi, (5)tingkah laku afektif. Selain itu
juga dijelaskan tentang aktivitas belajar yang meliputi mendengarkan, memandang,
meraba, membau dan mencicipi, menulis dan mencatatnya, (6) membaca, (7) membuat
iktisar atau ragkuma, (7) mengamati table-tabel, digram dan bagan, (8) menysun
kertas kerja,paper danlain-lain.
Keanekaragaman jenis belajar muncul dalam dunia pendidikan
sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan kehidupan manusia yang bermacam-macam.
Tipe-tipe belajar tersebut antara laian: (1) belajar abstrak, (2) belajar
keterampilan, (3) belajar social, (4) belajar pemecahan masalah, (5) belajar
rasional, (6) belajar kebisaan, (7) belajar apresiasi dan (8) belajar
pengetahuan
Aktivitas belajar setiap individu tidak selamanya
berlangsung secara wajar. Dalamm keadaan siswa tidak dapat belajar sebagimana
mestinya disebut sebagai kesulitan belajar. Kesulitan belajar dipengaruhi oleh:
(1) factor dari diri manusia sendiri (fisiologi dan psikologi), (2) factor
eksternal (factor nonssial, dan (3) factor karena cacat tubuh, (4) factor
keluarga
Beberapa gejala sebagai pertanda ada kesulitan belajar pada
diri siswa adalah:
• Menunjukkan prestasi
yang rendah/dibawah rat-rata,
• Hasil yang
dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilaukan,
• Lamban dalam
melakukan tugas-tugas belajar,
• Menunjukkan sikap
yang kurang wajar,
• Menunjukkan
tingkah laku yang berlainan.
Di samping gejala-gejala yang tampak tersebut, guru juga
dapat melakukan penyelidikan melalui (1) observasi, (2) interview, (3) tes
diagnostic dan (4) dokumentasi. Setelah itu dilakukan usaha untuk mengatasi
masalah melalui langkah (1) pengumpulan data, (2) pengolahan data, (3) diagnosis,
(4) prognosis, (5) treatment dan (6) evaluasi.
BAB III
KEUNGGULAN
DAN KELEMAHAN BUKU
3.1 Kemutakhiran Isi Buku
Buku ini dicetak oleh penulis pada tahun 2014, jika dilihat
dari tahun terbit buku ini berarti konsep teori ataupun permasalahan yang
terdapat di dalam pembahasan buku tersebut masih menyangkut dengan permasalahan
yang sekarang ini sedang terjadi. Di dalam buku ini menyangkut bagian-bagian
psikologi pendidikan tersebut dimana menjelaskan bagaimana karakteristik
pribadi seseorang tersebut sehingga pengetahuan ini sebenarnya akan tetap
berlaku meskipun buku tersebut sudah lam diterbitkan karena terkait dengan
tingkah laku atau perilaku manusia dalam lingkungannya.
Untuk kemutakhiran buku ini sebenarnya masih berlaku sampai
sekarang tetapi hanya saja masih sangat sederhana dimana belum menganalisis
pada bagian yang lebih kompleks lagi. Sebagai ilmu pengetahuan yang baik dan
bagus seharusnya ilmu pengetahuan tersebut harus berkembang seiring dengan
perkembangan zaman dan manusianya sehingga menghasilkan pengetahuan yang
berguna bagi para pengguna termasuk guru dalam membantu kegiatan guru sebagai
pengolah dan pelaksana pembelajaran di sekolah.
3.2 Keunggulan Buku
1. Pendahuluan yang
diberikan sangat bagus dimana menimbulkan rasa ingin tahu pembaca karena
disajikan dengan perkataan yang memotivasi pembaca.
2. Penjelasan materi
terlihat singkat dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat dan mudah
untuk dibawa kemana-mana.
3. Pejelasan materi
juga dilengkapi dengan pendapat-pendapat para ahli yang memperkuat keakuratan
materi tersebut.
4. Materi yang
diberikan juga berdasarkan hal-hal yang umum dialami semua orang sehingga
pembaca dapat langsung mengilustrasikan dirinya sendiri.
5. Materi yang
diberikan memiliki keterkaitan antara bab pertama sampai bab terakhir sehingga
memiliki sinkronisasi dalam materi yang diterima oleh pembaca.
6. Bahasa yang
digunakan mudah dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat.
7. Tampilan buku
terlihat sederhana tapi menarik tampak dari cover buku tersebut.
3.3 Kelemahan Buku
1. Penjelasan materi
yang diberikan dalam bentuk umum bukan secara spesifik (meluas) pada peserta
didik dalam konteks pendidikan.
2. Pejelasan materi
yang diberikan terlalu singkat.
3. Penjabaran materi
hanya berdasarkan hal-hal yang bersifat umum yang dialami oleh seorang individu
tanpa menambahkan hal yang lebih khusus dalam materi tersebut.
3.4 Analisis Mahasiswa
Secara umum kedua buku ini membahas entang psikologi
pendidikan pada seorang indivdu dan perkembangannya dimana yang dapat kita
lihat secara ringkas dari beberapa yang terdapat dalam buku. Di dalam
masing-masing buku memiliki cara penjabaran yang berbeda dimana pada buku utama
(buku pertama) penjelasannya lebih singkat dan lebih kepada bagaimana proses
tersebut berlangsung secara umum dalam masyarakat terkhusus yang telah
disampaikan pada latar belakang bahwa buku ini lebih menjelaskan bagaimana
gambaran manusia dalam konteks pendidikan.
Sedangkan pada buku pembanding (buku kedua) penjabaran yang
diberikan lebih spesifik, lengkap dan berfokus pada peserta didik di dalam
konteks pendidikan. Dapat dilihat bahwa buku tersebut memang dirancang bagi pembaca
yang memerlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara memahami peserta didik
dalam proses kehidupannya yang memiliki tahap-tahap perkembangan yang memang
harus dipahami dan diketahui oleh pendidik.
Dari masing-masing buku ini memiliki kelebihan dan kekurangan
dimana tergantung bagi pembaca yang memerlukannya karena pada saat ini penulis
berfokus pada materi mengenai perkembangan peserta didik di konteks pendidikan
sehingga berdasarkan kedua buku tersebut penulis lebih memilih pada buku
pendamping (buku kedua) dimana sebagai pendidik yang akan menghadapi
beranekaragam perilaku peserta didik dibutuhkannya pengetahuan yang meluas
mengenai perkembangan yang di alami peserta didik baik dalam jasmaniah maupun
psikis sehingga sebagai pendidik dapat menempatkan diri dengan baik ketika
permasalahan tersebut muncul tanpa mengalami hal-hal yang akan mengganggu
proses pembelajaran.
Serta interaksi antara pendidik dan peserta didik akan
selaras dalam proses pembelajaran.Hal tersebut akan menciptakan hubungan yang
harmonis dan keselarasan dalam dunia pendidikan terkhusus di Indonesia dimana
kita tahu bahwa saat ini sedang difokuskan pada Pembentukan Mental peserta
didik.
Ditambah buku pembanding (buku kedua) tersebut merupakan
hasil dari penyusunan oleh suatu tim yang memiliki keahlian di bidang
pendidikan.Hal ini lebih memperkuat keakuratan materi yang dijabarkan dalam
buku tersebut dan ditampilkan beberapa buku acuan yang mendukung dalam
penyusunan buku tersebut sehingga pembaca dapat mengetahui sumber-sumber buku lainnya
yang berkaitan dengan materi tersebut.
Lihat Juga!
Lihat Juga!
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Manusia sebagai makhluk paling sempurna di muka bumi ini
memiliki banyak aspek-aspek yang berlangsung dalam kehidupannya.Hal tersebut
berkaitan pula dalam konteks pendidikan dimana peserta didik memiliki berbagai
aspek-aspek yang harus dipahami oleh pendidik sehingga dapat menciptakan proses
pembelajaran yang harmonis dan baik dan menciptakan interaksi yang baik daaml
lingkungan sosial peserta didik tersebut.
Dalam memgkritik buku utama diharapkan penulis dapat
menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca dalam konteks psikologi
pendidikan baik secara umum maupun pada peserta didik karena disini penulis
diposisikan sebagai pendidik sehingga lebih berfokus pada peserta didiknyan.
Dalam memgkritik
buku utama yang dibandingkan dengan buku pembanding (buku kedua),masing-masing
buku tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan dalam materi yang
disajikan.Tetapi dengan membaca salah satu buku tersebut kita dapat mengambil
sebuah pemahaman bahwa dalam pemahaman karakteristik seseorang yang terkhusus
pada peserta didik memiliki cara dan proses bagi pendidik tersebut sehingga
dapat melakukan proses pembelajaran yang meningkatkan potensi para peserta
didik bukan hanya pada bagian kognitif nya saja tetapi afektif dan psikomotorik
juga.
4.2 SARAN
Berdasarkan
kekurangan-kekurangan yang telah ditelaah, maka terdapat saran yang disampaikan
untuk penulis. Karena buku ini adalah terbitan tiga tahun yang lalu, seharuanya
buku ini diterbitkan lagi namun dengan perbaikan-perbaikan seperti menambah
materi yang lebih spesifik dan menyangkut permasalahan sekarang ini yang sedang
dialami oleh pendidik, memaparkan tujuan yang lebih menarik lagi dalam
pemaparan materi. Selain itu, dengan menerbitkan kembali buku yang lebih
berwarna, maka akan lebih merangsang pembaca untuk membaca dan memahaminya.