BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anak didik memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Pertumbuhan fisik mereka secara kasat mata mungkin sebagian dapat diamati oleh indra dan kitapun dapat membuat interpretasi-interpretasi terhadapnya. Kita terkadang memberikan pendapat bahwa si fulan secara jasmani sehat, cukup gizi dan pertumbuhannya baik dengan hanya mendasarkan pada pengamatan indra sesaat, walaupun tidak seratus persen interpretasi tersebut benar. Akan tetapi tidak semua perkembangan jasmasi yang baik juga diikuti dengan kematangan perkembangan psikologinya. Banyak kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan masyarakat orang-orang yang tampak sehat secara lahiriah ternyata secara psikologis dia sakit. Untuk menginterpretasi bahwa seseorang atau siswa sedang mengalami masalah secara psikologis, tidak cukup hanya dengan pegamatan sesaat. Dibutuhkan penanganan yang khusus dan cermat agar seorang guru memperoleh informasi yang lengkap mengenai anak didiknya sehingga akan memudahkannya untuk memberikan treatment.
Pertumbuhan dan perkembangan anak didik memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Pertumbuhan fisik mereka secara kasat mata mungkin sebagian dapat diamati oleh indra dan kitapun dapat membuat interpretasi-interpretasi terhadapnya. Kita terkadang memberikan pendapat bahwa si fulan secara jasmani sehat, cukup gizi dan pertumbuhannya baik dengan hanya mendasarkan pada pengamatan indra sesaat, walaupun tidak seratus persen interpretasi tersebut benar. Akan tetapi tidak semua perkembangan jasmasi yang baik juga diikuti dengan kematangan perkembangan psikologinya. Banyak kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan masyarakat orang-orang yang tampak sehat secara lahiriah ternyata secara psikologis dia sakit. Untuk menginterpretasi bahwa seseorang atau siswa sedang mengalami masalah secara psikologis, tidak cukup hanya dengan pegamatan sesaat. Dibutuhkan penanganan yang khusus dan cermat agar seorang guru memperoleh informasi yang lengkap mengenai anak didiknya sehingga akan memudahkannya untuk memberikan treatment.
Dalam menghadapi siswa yang secara psikologis memiliki masalah, guru
harus hati-hati dan secara bijaksana merangkul mereka untuk dibimbing dan di
arahkan agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Banyak factor
yang melatarbelakangi seorang siswa berprilaku menyimpang dari
kebiasaan-kebiasaan yang normatif. Penelusuran terhadap factor-faktor penyebab
ini akan membantu guru dalam mendiagnosa masalah yang dihadapi serta langkah
apa yang harus dilakukan dalam membantu siswa keluar dari masalahnya. Untuk
dapat melakukan semua rangkaian kegiatan tersebut, guru harus memiliki
pengetahuan mengenai psikologi anak pada khususnya dan psikologi pendidikan
pada umumnya.
Dalam buku Psikologi Pendidikan karangan M. Dalyono ini yang terdiri dari
8 bab, membahas tentang psikologi dalam ranah pendidikan. Pengetahuan tentang
psikologi pendidikan, pertumbuhan dan perkembangan anak, teori-teori psikologi
tentang belajar, kesulitan anak dalam belajar dan lainnya mengenai dasar
psikologi dijelaskan secara rinci. Pengetahuan ini tentunya sangat diprelukan
bagi guru untuk dikuasai agar dapat melakukan yang terbaik bagi anak dalam
pendidikannya. Muatan isi dari pembahasan ke delapan pokok bahasan tersebut
diuraikan secara singkat pada bagian isi.
2. Tujuan
Adapun tujuan dalam critical book report adalah :
1. Mengetahui Isi dari buku
psikologi
2. Mengetahui kelemahan dan
kelebihan kedua psikologi
3. Manfaat
Hasil dari penulisan makalah critical book report ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada Mahasiswa/Mahasiswi
untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka tentang isi buku psikologi.
Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan di dalam pembelajaran Mata Kuliah
Psikologi pendidikan.
Baca Juga Postingan Lain Dari Blog Ini !!
Kumpulan Critical Book Report [Tersedia >50 Jenis CBR]
Critical Journal Report [Tersedia > 40 Jenis]
Contoh Laporan Mini Riset [Tersedia >25 Jenis]
Kumpulan Makalah Berbagai Jenis Tema [Tersedia >100 Jenis]
BAB II
Identitas
Buka
Judul Buku : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Drs. M. Dalyono
Penerbit : Rineka Cipta
Tebal Buku : 270 halaman
2. Ringkasan Buku
Bab. I Pengertian dan Ruang
Lingkup Ilmu Kejiwaan
Dalam bab ini penulis menjelaskan bahwa psikologi berasal dari 2 kata
bahasa yunani, yaitu psyche yang bebarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi
secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa. Pada umumnya para ilmuan
membagi psikologi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Psikologi Metafisika, yang
menyelidiki hakekat jiwa.
2. Psikologi Empiri, yang
menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan
pengamatan, percobaan dan pengumpulan berbagai macam datayang ada hubungannya dengan
gejala-gejala kejiwaan manusia.
Adapun mengenai pendidikan ada beberapa pendapat yang dituliskan
diantaranya adalah bahwa pendidikan merupakan sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga psikologi
pendidikan dapat didefenisikan ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala-gejala
kejiwaan individu atau tingkah lakunya di dalam situasi pendidikan.
Pada dasarnya ilmu jiwa pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang
khusus mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang
terlibat dalam proses pendidikan yang meliputi tingkah laku belajar, tingkah
laku mengajar, dan tingkah laku belajar mengajar. Inti persoalan psikologi pendidikan
dengan tanpa mengabaikan psikologi guru terletak pada siswa. Secara garis besar
psikologi pendidikan banyak ilmuan membatasi dalam 3 pokok bahasan, yaitu pokok
bahasan mengenai (1) belajar, (2) proses belajar dan (3) situasi belajar.
Di sisi lain, Crow and Crow mengemukakan ruang lingkup psikologi
pendidikan antra lain (1) sampai sejauh mana factor hereditas dan lingkungan
berpengaruh terhadap belajar, (2) sifat-sifat dari proses belajar, (3) hubungan
antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar, (4) signifikansi pendidikan
terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan
belajar, (5) perubahan selama dalam belajar, (6) hubungan prosedur mengajar
dengan hasil belajar, (7) teknik bagi penilaian kemajuan belajar, (8) pengaruh
pendidikan formal dibandingkan informal terhadap individu, (9) manfaat nilai
ilmiah terhadap pendidikan bagi personel sekolah, dan (10) pengaruh psikologi
yang ditimbulkan oleh kondisi sosiologi terhadap sikap siswa.
Dari rangkaian pokok di atas tampak jelas bahwa belajar adalah masalah
yang paling vital dalam psikologi pendidikan.
Bab. II Peranan Ilmu Jiwa
Pendidikan Dalam Dunia Pendidikan
Dalam bab ini di jelaskan bahwa para pendidik diharapkan memiliki
pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para
siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna.
Pengetahuan ini akan berguna mempelajari gejala kejiwaan anak, perkembangan
anak, minat dan bakatnya, cara belajar dan membimbingnya serta bagaiman mengawasi
hasil belajarnya yang tepat.
Menurut Lindgren manfaat psikologi pendidikan adalah untuk membantu para
guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan
prosesnya. Sementara itu, Chaplin menitikberatkan manfaat psikologi pendidikan
untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan
cara menggunakan metode-metode yang telah disusun rapi dan sistematis. Dari dua
macam pendapat tersebut, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu
yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan prinsip yang terkandung
dalam psikologi pendidikan dpat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam
mengelola proses belajar mengajar.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerluksn
prinsip-prinsip psikologi, yaitu (1) seleksi penerimaan siswa baru, (2)
perencanaan pendidikan, (3) penyusunan kurikulum, (5) administrasi
kependidikan, (6) pemilihan materi pelajaran, (7) interaksi belajar mengajar,
(8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) metode mengajar, (10) pengukuran
dan evaluasi. Untuk menerapkan prinsip-prinsip psikologi tersebut diperlukan
guru-guru yang berkompeten dan bertanggung jawab. Berkompeten artinya bahwa
guru mampu melaksanakan profesinya dengan baik dan benar. Adapun bertanggung
jawab adalah guru mampu mengelola prose belajar mengajar dengan sebaik-baikny
sesuai dengan prinsip-priinsip psikologis.
Dengan adanya perkembangan teknologi sekarang ini, dampaknya jugasanat
terasa dalam dunia pendidikan. Banyak teknologi yang dikembangkan untuk media
pendidikan yang justru dalam penerapannya jauh dari prinsip-prinsip psikologi.
Untuk mengatasi persoalan ini hendaknya dalam proses belajar siswa dibawa
kepada keaktifan yang tinggi baik secara fisiologi maupun psikologi.
Bab III Teori – Teori Psikologi
Belajar
Dalam Bab ini dijelaskan dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan
muncul pula berbagai aliran psikologi pendidikan yaitu (1) psikologi
behavoristik, (2) psikologi kognitif, (3) psikologi humansitik. Dalam setiap
periode perkembangan aliran psikologi tersebut, mulcullah teori-teori tentang
belajar, yaitu:
• Teori belajar psikologi
behavioristik, yang berendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi
terhadap lingkunganmereka pada masa lalu dan masa sekarang dan bahwa segenap
tingkah laku merupakan hasil belajar. Bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran (reword) dan penguatan (reinforcement). Teori – teori ini
dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson dan Guthrie.
• Teori belajar psikologi
kognitif, yang berpendapat bahwa tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah
laku itu terjadi. Dalam situasi belajar seseorang terlibat langsung dalm
situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Insight itu
sering dihubungkan dengan pernyataan spontan seperti “aha”, “oh”, “I see now”.
Teori – teori ini dipelopori oleh Gestalt, Mex Wertheimer, Lewin, Kurt Koffka
dan Wolfgang Kohler.
• Teori belajar psikologi
Humanistis, yang orientasinya utamanya tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka
hubungkan dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk
membantu siswa mengembangkan dirinya, mengenal dirinya sendiri sebagai mausia
yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka. Tokoh yang menonjol pada aliran ini adalah Combs Maslov, dan Rogers.
Dengan demikian hal terpenting yang harus diperhatikan adalah tentang
tujuan belajar. Bahwa belajar merupakan suatu usaha atau perbuatan yang
dilakukan sedara bersungguh-sungguh, sistematis, mendayagunakan semu potensi
yang dimiliki baik fisik mental serta dana panca indera, otak dan tubuhserta
aspek-aspek kejiwaan sepertiintelegensi, bakat, minat motivasi dan sebagainya.
Hal ini dilakukan untuk memperbaiki hidup untuk mencapai cita-cita.
Dalam perjalanannya, dalam pembelajaran harus memperhatikan
prinsip-prinsip belajar yang meliputi (1) kematangan jasmani dan rohani, (2)
memiliki kesiapan, (3) memahami tujuan, (4) memiliki kesungguhan, (5) ulangan
dan latihan.
Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan tentang factor-faktor yang
mempengaruhi belajar, antara lain factor internal yang meliputi (1) kesehatan,
(2) intelegensi dan bakat, (3) minat dan motivasi, serta (4) cara belajar, dan
factor eksternal yang mencakup (1) keluarga, (2) sekolah, (3) masyarakat dan
(4) lingkunga sekitar
Bab. IV Pertumbuhan dan
Perkembangan Manusia
Ada dua bagian kondisional pribadi manusia baik secara jasmaniah maupun
secara rohaniah, yaitu (1) bagian pribadi materiil yang kuantitatif dan (2)
bagian pribadi fungsional yang kualitatif. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan, sedangkan bagian pribadi fungsinal yang kualitatif mengalami
perkembangan.
1.
Pertumbuhan
Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia berawal dari peristiwa awal herediter.
Secara genetis manusia terbentuk dari satu sperma dan satu telur. Keduanya
mewakili sifat dari orang tuanya yang pada akhirnya akan turun kepada anaknya
sebagai individu baru. Dalam perjalanannya, pertumbuhan ini diatur oleh
hokum-hukum antara lain (a) pertumbuhan adalah kuantitaif dan kualitatif, (b)
pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan dan teratur, (c) tempo
pertumbuhan adalah tidak sama, (d) taraf
perkembangan dari berbagai aspek pertumbuhan adlah tidak sama, (e) kecepatan
serta pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh kondisi-kondisi di dalam dan di
luar badan, (f) masing-masing individu tumbu menurut caranya sendiri yang unik,
(g) pertumbuhan adalah kompleks, dan semua aspeknya saling berhubungan.
Pertumbuhan yang mengenai tinggi dan berat badan, sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan internal seperti makanan, gizi, perangai, dan lain-lain.
Sedangkan kondisi lingkungan eksternal misalnya suhu udara, aktivitas social,
dan lain-lain. Dalam kondisi pertumbuhan normal tinggi badan anak dapat
ditafsirkan dengan rumus :
• Tinggi badan anak laki-laki
= (tinggi badan ayah + 100% tinggi badan
ibu) / 2
• Tinggi badan anak perempuan =
(tinggi badan ibu + 92% tinggi badan ayah)/ 2
2. Perkembangan
Perkembangan pribadi diartikan sebagai perubahan kualitatif dari setiap
fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Setiap fungsi tersebut
dapat mengalami perubahan.
Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan. Kematangan pada
fungsi jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan fungsi-fungsi kejiwaan.
Hokum-hukum dalam perkembangan adalah (1) perkembangan adalah kualitatif, (2)
perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses hasil dari belajar, (3) usia ikut
mempengaruhi perkembangan, (4) masing-masing individu mempunyai tempo
perkembangan yang berbeda, (5) dalam keseluruhan periode perkembangan setiap
spesies perkembangan individu mengikuti pola umum yang sama, (6) perkembangan
dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan, (7) perkembangan yang lambat dapat
dipercepat, (8) perkembangan meliputi proses individuasi dan integrasi
2.1 Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan pribadi manusia meliputi perkembangan fisiologis,
perkembangan psikologis, perkembangan social dan perkembangan didaktis atau
pedagogis.
1. Perkembangan fisiologis
Menurut Sigmund Freud ada 6 tahap perkembangan fisiologis pada manusia
yaitu (a) tahap oral (umur 0 sd sekitar 1 tahun) dimana mulut bayi merupakan
daerah utama dari aktivitas dinamis manusia, (b) tahap anal (umur 1 sd 3 tahun)
yaitu dorongan dan gerak individu lebih banyak terpusat pada fungsi pembuangan
kotoran, (c) tahap falish (umur 3 sd 5 tahun) dimana alat-alat kelamin menjadi
perhatian penting, (d) tahap latent (umur 5 sd 12/13 tahun) dimana anak belajar
bersosialisasi, fungsi imajinasi, ingatan dan pikiran mulai berkembang, mulai
mampu berpikir kritis, (e) tahap pubertas (umur 12/13 sd 20 tahun) dimana
kelenjar-kelenjar indoktrin tumbuh pesat dan berfungsi mempercepat pertumbuhan
kearah kematangan, (f) tahap genital (setelah umur 20 tahun) yaitu pertumbuhan
genital merupakan dorongan penring bagi tingkah laku sesorang.
2. Perkembangan Psikologis
Menurut Jean Jacques Rousseou perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan
manusia berlangsung dalam 5 tahap, yaitu tahap (a) perkembangan masa bayi
(sejak lahir – 2 tahun) dimana perkembangan kepribadian didominasi oleh
perasaan, (b) perkembangan masa kanak-kanak (2 s.d 12 tahun) dimana
perkembangan pribadi anak dimulai dengan berkembangnya fungsi-fungsi indra anak
untuk mengadakan pengmatan, (c) perkembangan pada masa preadolesen (umur 12 s.d
15 tahun) dimana perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat
dominan, (d) perkembangan pada masa adolesen (umur 15 s.d 20 tahun) dimana
perkembangan terhadap kualitas kehidupan yang diwarnai oleh dorongan seksual
yang kuat, (e) masa pematangan diri (setelah umur 20 tahun) dimana perkembangan
fungsi kehendak sangat dominan.
Pada perkembangan psikologis secara umum ada kegoncangan psikologis
dialami oleh individu yaitu pada masa umur 3 atau 4 tahun dimana anak mulai
menemukan “aku”-nya, dan pada masa pubertas.
3. Tahap
perkembangan secara pedagogis
Tahap perkembangan pedagogis dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu
dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan sudut tinjauan
teknis khusus perlakuan pendidikan.
Menurut Hohn Amos Comenius, dari sudut tinjauan teknis umum
penyelenggaraan pendidikan perkembangan pribadi manusia terdiri atas 5 tahap,
yaitu tahap (a) tahap enam tahun pertama, yaitu tahap perkembangan penginderaan
sehingga anak mampu mengenal lingkungannya, (b) enam tahun kedua, yaitu tahap
perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu sehingga mampu menganalisis
lingkungan dengan kemampuan daya pikirnya, (c) enam tahun ketiga, yaitu
perkembangan fungsi intelektual sehingga anak mampu mengevaluasi sifat-sifat
serta menemuka hubungan antar variable di dalam lingkungannya, (d) enam tahun
keempat, tahap perkembangan berdikari, “ self direction” dan “self controle”,
(e) tahap kematangan pribadi, dimana intelek memimpin perkembangan semua aspek
kepribadian menuju kematangan pribadi.
Mengenai perkembangan pribadi dari sudut pandang tinjauan teknis khusus
perlakuan pendidikan secara otomatis dapat diambil dari tinjauan pertama. Di
sini tinggal memberikan perlakuan-perlakuan yangdiperlukan dalam pendidikan,
seperti pemeliharaan makanan, pembiasaan untuk hidup teratur, latihan
mengindra, member latihan berpikir, memupuk rasa tanggung jawab dan lain-lain.
Di dalam bab ini juga di jelaskan secara singkat tentang teori – teori
yang mempunyai pengaruh terhadap parktek-praktek pendidikan di sekolah antara
lain teori nativisme, teori konvergensi, teori naturalism, teori rekapitulasi
dan teori empirisme.
Bab V. Pembawaan dan lingkungan
5.1 Pembawaan
Setiap individu lahir dengan membawa hereditas tertentu, ini berarti
bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang
tuanya dan selebihnya dari nenek dan moyangnya. Warisan atau keturunan memiliki
peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Para ahli meyakini bahwa hokum
mendel mengenai pewarisan sifat berlaku juga untuk manusia. Warisan atau
pembawaan yang terpenting adalah:
1. Bentuk tubuh dan warna kulit
2. Sifat – sifat
Sifat dan kebiasaan merupakan cora (warna) dari kepribadian seseorang
atau suku bangsa. Para ahli telah membagi tipe-tipe manusia berdasarkan sifat
yang dimilikinya. Salah satunya dikemukakan oleh Edward Sparanger yaitu (a)
manusia ekonomi, yang memiliki sifat hemat, rajin bekerja, (b) manusia teori
yang memiliki sifat suka berpikr, meneliti, (c) manusia politik yang suka
menguasai dan memerintah, (d) manusia seni yang suka keindahan, (e) manusia
agamis yang suka mengabdi dan taat ibadah
1. Intelegensi, yaitu kemampuan
yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau
masalah. Dalam bab ini dijelaskan beberapa teori untuk mengetahui tingkat
intelegensi seseorang. Salah satunya adalah tes intelegensi Binert-Simon yang
menggunakan persamaan:
,Ket: MA adalah Mental Age, CA adalah Chronological Age.
Interval angka kecerdasannya adalah:
140 – ke atas = luar biasa
cerdas (genius)
120 – 139 = sangat
cerdas (superior)
110 – 119 = di atas
normal
90 – 109 =
normal
80 – 89 = di bawah
normal
70 – 79 = borderline
(garis batas)
50 – 69 = debile
26 – 49 = embicile
0 – 25 = idiot
Selain itu masih ada lagi instrument tes intelegensi yang dikembangkan
para ahli seperti tes wechler, tes progressive matrics dan tes arny alpha dan
beta.
1. Bakat, yaitu kemampuan khusus
yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang.
2. Penyakit atau cacat tubuh,
penyakit yang dibawa sejak lahir oleh anak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak.
5.2 Lingkungan
Secara fisiologis, lingkugan meliputi segala kondisi dan material
jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, system
saraf, darah, kelenjar-kelenjer indoktrin dan lain-lain.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima
individumulai sejak dalam konsesi kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu
misalnya berupa sifat-sifat gen, selera, keinginan, minat, emosi, perasaan,
kebutuhan, kapasitas intelektual, dan lain-lain.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan
rohaninya. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan (a) keluarga, (b) sekolah,
(c) masyarakat dan (d) keadaan alam sekitar.
Bab VI. Ciri – Ciri Kematangan
Pada bab ini penulis kembali menjelaskan beberapa prinsip dan teori-teori
perkembangan menurut para ahli. Diantaranya teori perkembangan menurut
Airstoteles, Charlotte Buchler, Johan Amos Comenius, H.C Witherington dan Masrun,MA. Khusus tentang prinsip kematangan, bahwa yang
dimaksud dengan kematangan adalah kemampuan seseorang untuk berbuat sesuatu
dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah memiliki intelegensi. Kecerdasan
atau intelegensi seseorang member kemungkinan bergerak dan berkembang dalam
bidang tertentu dalam kehidupannya.
Perubahan jasmani memerlukan bantuan “motor learning” agar pertumbuhan
itu mencapai kematangan. Kematangan atau kondisi fisik baru akan memperoleh
pengakuan social apabila individu yang bersangkutan mengusahakan “social
learning” ( belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta minat-minat kelompok). Dengan
demikian diharapkan individu mencapai tingkat-tingkat kematangannya sesuai dengan
tahap-tahap pertumbuhannya, belajarnya dan lingkungan sosialnya.
Kesadaran individu terhadap stimulus di alam sekitar maupun di dalam
tubuh di pimpin oleh aktivitas sel-sel khusus di dalam system saraf yang
disebut “receptor”. Tingkah laku manusia dapat terbagi atas dua macam, yaitu:
1. “Responden behavior”, yaitu tingkah laku bersarat dan tidak disengaja,
selalu tergantung kepada stimulus.
2. “Operan behavior”, yaitu tingkah laku disengaja dan tidak selalu
tergantung kepada stimulus.
Setiap jenis tingkah laku, baik yang sengaja atau tidak, memerlukan
kematangan fungsi jasmaniah, terutama fungsi-fungsi system saraf, dan
fungsi-fungsi vital jasmaniah. Perkembangan struktur dan fungsi otak tampak
sempurna atau hamper sempurna pada saat anak tiba masuk pada sekolah dasar.
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan
perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga
semua itu memungkinkan individu matangmengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap
stimulus lingkungan. Menurut English & English, kematangan adalah keadaan
atau kondisi bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu
organism, baik terhadap satu sifat bahkan seringkali semua sifat. Kematangan
membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu
yang disebut dengan “readiness”, yaitu untuk bertingkah laku baik tingkah laku
yang instingtif atau tingkah laku yang dipelajari. Cronbach memberikan
readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membaut seseorang dapat bereaksi
dengan cara tertentu.
Pembentukan readiness anak dipengaruhi oleh lingkungan atau kultur di
sekelilingnya. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu
mempegaruhi perkembangan mental, kebutuhan, minat, tujuan, perasaan dan
karakterindividu yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena setiap anak
mempunyai perbedaan individual dan sejarah atau latar belakang yang berbeda.
Selain itu, kematangan emosional orang tua juga sangat berpengaruh serta
menentukan taraf pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang penting pada anak
dalam kehidupannya di keluarga.
Emosi orang tua yang telah mencapai kedewasaan menyebabkan perkembangan
yang sehat pada anak-anaknya. Sebaliknya emosi orang tua yang belum stabil akan
menimbulkan kesukaran-kesukaran dalam usaha anak untuk mendewasakan diri secara
emosional atau membebaskan dirinya secara emosional dari orang tuanya.
Bab VII Kemampuan dan Intelegensi
1. Kemampuan
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan
potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat menguntungkan
bagi anak maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat
untuk mencari sumber “bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua
memandang sekolah sebagai tempat dimana anaknyaakan mengembangkan kemampuannya.
Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan yang menolong anak mengenal diri
serta kemampuannya dan juga dunia di sekitarnya.
Agar dapat menolong anak dalam mengembangkan potensi kepribadian dan
kemampuannya, anak harus dikenal dalam segala aspeknya dan dalam konteks
(situasi) hidupnya dimana ia hidup. Kita harus mengenal hal-hal yang umum dan
khusus pada diri anak. Factor-faktor umum yang harus dikenal adalah (1) hakekat
anak, (2) kebutuhan pokok anak dan (3) langkah-langkah perkembangan anak. Ada
motto yang berbunyi “ makin kita mengenal diri sendiri, makin kita mengenal
orang lain. Makin kita terampil mengembangkan dan mengubah diri sendiri, makin
kita berhasil menolong orang mengembangkan diri.
Dalam bab ini juga dijelaskan kembali tentang hokum-hukum perkembangan
antara lain (1) hukum konvergensi, yaitu perkembangan manusia pada dasarnya
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, (2) hukum pertahanan dan
pengembangan diri, yaitu bahwa manusia atau organisme lainnya memiliki dorongan
hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negative, (3) hukum masa peka,
yaitu terdapat masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan
fungsi-fungsi tertentu seperti fungsi mulut untuk berbicara, (4) hukum
keperluan belajar, yaitu pada dasarnya anak berkembang karena belajar, (5)
hukum tempo perkembangan, yaitu lambat atau cepatnya proses perkembangangan
seseorang tidak sama dengan orag lain, (6) hukum irama perkembangan, yaitu
bahwa perkembangan manusia tidak tetap terkadang naik terkadang turun, (7)
hukum rekapitulasi yaitu bahwa perkembangan individu mencerminkan evolusi
kehidupn jenis mahluk hidup dari tingkat yag paling sederhana ke tingkt yang
paling kompleks.
2. Inteligensi
Pada sub ini diuraikan beberapa defenisi tentang inteligensi antara lain
yang dikemukakan oleh Super dan Cites, Garret, Bischof, dan Heidentich. Dari
beberapa pendapat tentang inteligensi maka dapat ditarik kesimpulan inteligensi
merupakan kemampuan untuk dapat memecahkan suatu masalah dalam segala situasi
yang baru atau yang mengandung masalah.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang inteligensi yaitu (1)
teori “uni-factor”, yaitu yang memandang bahwa inteligensi merupakan kapasitas
atau kemampuan umum, (2) teori “two factor”, yaitu teori inteligensi yang
dikembangkan berdasarkan suatu factor mental umum yang diberi kode “g” serta
factor-faktor spesifik yang diberi tanda “s”, (3) teori “multi-factor”, yaitu
bahwa inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus
dan respon, (4) teori “ primary-mental-abilities”, yang menjelaskan bahwa
inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan pribadi / kemampuan primer (5)
teori “sampling”, yaitu teori yang menjelaskan bahwa inteligensi merupakan
berbagai kemampuan sampel.
Setiap orang memiliki inteligensi yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
pembawaan, kematangan, pembentukan, minta dan pembawaan yang khas serta
kebebasan. Dan dari banyak penelitian yang dilakukan membuktikan tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara inteligensi pria dan wanita. Walaupun antara
pria dan wanita masing-masing memiliki kelebihan. Sampai saat ini ilmu
pengetahuan belum dapat menjelaskan tentang pewarisan intelegensi.
3. CBSA
Dalam bab ini juga dijelaskan tentang Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA),
yaitu suatu proses kegitan belajar mengajar yang subyek didiknya terlibat
secara intelektual dan emosional sehingga benar-benar berpartisipasi aktif
dalam melakukan kegiatan belajar. Indicator untuk menilai cara belajar siswa
aktif dalam KBM adalah dapat dilihat dari sudut pandang (1) siswa, (2) guru,
(3) program, (4) stuasi belajar, dan (5) sarana belajar.
Penerapan CBSA dalam KBM melalui tahap perencanaan dan pelaksanaan
termasuk penilaian. Agar pelaksanaannya menjadi optimal, maka dalam KBM perlu memperhatikan
prinsip-prinsip belajar antara lain: (1) stimulasi belajar, (2) perhatian dan
motivasi, (3) respon yang dipelajari, (4) penguatan dan (5) pemakaian dan
pemindahan.
Bab VIII Tipe-Tipe Dan Kesulitan Belajar
Mengawali pembahasan pada bab ini, dijelaskanterlebih dahulu tentang
definisi belajar dari beberapa ahli. Dari uraian pendapat tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan perubahan; dalam tingkah laku, yang
terjadi melalui latihan atau pengalaman, relative mantap, dan perubahan dalam
pengertian pemecahan suatu masalah/berpikir keterampilan, kecakapan, kebiasaan
atau sikap.
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama
yang bertalian dengan pemecahan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
(1) sikap, (2) inhibisi, (3) apresiasi, (5)tingkah laku afektif. Selain itu
juga dijelaskan tentang aktivitas belajar yang meliputi mendengarkan,
memandang, meraba, membau dan mencicipi, menulis dan mencatatnya, (6) membaca,
(7) membuat iktisar atau ragkuma, (7) mengamati table-tabel, digram dan bagan,
(8) menysun kertas kerja,paper danlain-lain.
Keanekaragaman jenis belajar muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan
kebutuhan-kebutuhan kehidupan manusia yang bermacam-macam. Tipe-tipe belajar
tersebut antara laian: (1) belajar abstrak, (2) belajar keterampilan, (3)
belajar social, (4) belajar pemecahan masalah, (5) belajar rasional, (6)
belajar kebisaan, (7) belajar apresiasi dan (8) belajar pengetahuan
Aktivitas belajar setiap individu tidak selamanya berlangsung secara
wajar. Dalamm keadaan siswa tidak dapat belajar sebagimana mestinya disebut
sebagai kesulitan belajar. Kesulitan belajar dipengaruhi oleh: (1) factor dari
diri manusia sendiri (fisiologi dan psikologi), (2) factor eksternal (factor
nonssial, dan (3) factor karena cacat tubuh, (4) factor keluarga
Beberapa gejala sebagai pertanda ada kesulitan belajar pada diri siswa
adalah:
1. Menunjukkan prestasi yang
rendah/dibawah rat-rata.
2. Hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilaukan.
3. Lamban dalam melakukan
tugas-tugas belajar.
4. Menunjukkan sikap yang kurang
wajar,
5. Menunjukkan tingkah laku yang
berlainan
Di samping gejala-gejala yang tampak tersebut, guru juga dapat melakukan
penyelidikan melalui (1) observasi, (2) interview, (3) tes diagnostic dan (4)
dokumentasi. Setelah itu dilakukan usaha untuk mengatasi masalah melalui
langkah (1) pengumpulan data, (2) pengolahan data, (3) diagnosis, (4)
prognosis, (5) treatment dan (6) evaluasi.
BAB III
PEMBAHASAN
1. KEUNGGULAN
BUKU
Buku karangan M Dalyono ini memiliki kelebihan antara lain:
1. Materi dijelaskan secara runtut
sehingga Nampak keterkaitan yang jelas antara materi pada bab berikut dengan
bab sebelumnya.
2. Aspek-aspek pengetahuan
psikologi pendidikan dijelaskan secara detail, mulai dari pengertian psikologi
pendidikan itu sendiri, teori-teori psikologi belajar, perkembangan dan
pertumbuhan serta hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik psikologi anak
serta kesulitan-kesulitan dalam belajarnya.
3. Bahasa yang digunakan dalam
buku ini mudah dimengerti sehingga bagi siapa saja yag membacanya akan mudah
memahami maksudnya.
4. Dan lain – lain.
2. KELEMAHAN
BUKU
Sangat sulit sekali bagi kami untuk menguraikan kelemahan bagi buku
psikologi karangan M Dalyono ini, karena memang jika ditinjau dari segi konten
dan cara penyajiannya menurut kami sudah sangat baik. Namun secara praktis kami
menilai dari sudut pandang kami bahwa kekurangan buku ini antara lain:
1. Tidak disajikan contoh dalam
buku ini dalam menjelaskan materi tentang sesuatu yang aplikatif sehingga tidak
tampak efek dari pengetahuan psikologi itu. Sebagai contoh tentang kesulitan
belajar, akan lebih baik jika diiringi dengan contoh sekaligus beberapa
alternative pemecahannya.
2. Tidak diberikan contoh
instrument untuk menyelidiki siswa yang mengalami kesulitan belajar, misalnya
instrument untuk observasi, interview dan lain-lain.
3.
PENDAPAT / KOMENTAR
Buku psikologi pendidikan karangan M Dalyono ini sangat baik dimiliki
oleh calon guru, guru dan dosen untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman yang
jelas mengenai pentingnya psikologi pendidikan dalam upaya membantu siswa untuk
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dari seluruh aspek psikologi. Dengan
mempelajari buku ini kita akan dapat memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar
psikologi dalam pendidikan. Dengan demikian segala upaya yang dilakukan
terhadap siswa merupakan tindakan yang didasari dengan penuh cinta.
Oleh karena dari segi konten dan cara penyajiannya cukup baik, maka buku
ini banyak memberikan manfaat bagi
pengajar sehingga dicari. Hal ini dibuktikan bahwa buku ini telah mengalami
beberapa kali cetak ulang untuk memenuhi permintaan pembaca. Pada tahun 2009
buku ini dicatak ulang untuk yang kelima kalinya.
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, mengenai pembahasan isi dalam buku psikologi
karangan M Dalyono ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. Psikologi pendidikan adalah
sebuah pengetahuan tentang kejiwaan peserta didik dalam mengikuti proses
belajar mengajar. Ilmu jiwa pendidikan menitikberatkan kepada proses pendidikan
yang efisien, dimana aspek-aspek psikologi di perhatikan.
2. Sudah tiba masanya sekarang
pendidikan di Indonesia hendaknya lebih melayani kebutuhan dan hakekat
psikologis anak didik. Pendidikan harus mempunyai kreasi-kreasi baru yang
berorientasi kepada sifat dan hakekat anak didik.
3. Pengetahuan tentang teori-teori
psikologi belajar akan sangat bermanfaat bagi guru dalam membantu anak didik
dalam menemukan cara yang terbaik bagi dirinya unruk melakukan pembelajaran
yang lebih baik.
4. Pertumbuhan pada manusia dapat
diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil sebagai suatu akibat
adanya pengaruh lingkungan. Sedangkan perkembangan merujuk pada perubahan
secara kualitatif pada segi fungsional. Pertumbuhan dan perkembangan anak didik
berbeda natara yang satu dengan yang lain. Hal ini sangat tergantung oleh
factor-faktor yang mempengaruhiya.
5. Inteligensi anak didik sangat
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di kelas. Inteligensi itu sendiri
sangat dipengaruhi oleh pembawaan, kematangan, pembentukan, minta dan pembawaan
yang khas dan kebebasan. Inteligensi antara pria dan wanita pada umumnya tidak
meiliki perbedaan secara signifikan.
6. Pada dasarnya anak didik sering
mengalami kesulitan dalam belajarnya. Kesulitan belajar antara yang satu dengan
yang lain tidak sama. Hal ini sangat tergantung dari factor-faktor yang
mempengaruhinya. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik dan optimal, guru
harus membantu anak didik keluar dari masalahnya dan bahkan dapat mengatasi
masalahnya sendiri jika terjadi kembali. Dengan pengetahuan psikologi, guru
harus memberikan bantuan yang terbaik bagi mereka melalui metode yang tepat dan
penuh dengan cinta.