BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan anak didik memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Pertumbuhan fisik mereka secara kasat mata mungkin sebagian dapat diamati oleh indra dan kitapun dapat membuat interpretasi-interpretasi terhadapnya. Akan tetapi tidak semua perkembangan jasmasi yang baik juga diikuti dengan kematangan perkembangan psikologinya. Banyak kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan masyarakat orang-orang yang tampak sehat secara lahiriah ternyata secara psikologis dia sakit. Dibutuhkan penanganan yang khusus dan cermat agar seorang guru memperoleh informasi yang lengkap mengenai anak didiknya sehingga akan memudahkannya untuk memberikan treatment.
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan anak didik memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Pertumbuhan fisik mereka secara kasat mata mungkin sebagian dapat diamati oleh indra dan kitapun dapat membuat interpretasi-interpretasi terhadapnya. Akan tetapi tidak semua perkembangan jasmasi yang baik juga diikuti dengan kematangan perkembangan psikologinya. Banyak kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan masyarakat orang-orang yang tampak sehat secara lahiriah ternyata secara psikologis dia sakit. Dibutuhkan penanganan yang khusus dan cermat agar seorang guru memperoleh informasi yang lengkap mengenai anak didiknya sehingga akan memudahkannya untuk memberikan treatment.
Dalam menghadapi siswa yang secara psikologis memiliki masalah, guru
harus hati-hati dan secara bijaksana merangkul mereka untuk dibimbing dan di
arahkan agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Banyak factor
yang melatarbelakangi seorang siswa berprilaku menyimpang dari
kebiasaan-kebiasaan yang normatif. Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan
mengenai psikologi anak pada khususnya dan psikologi pendidikan pada umumnya.
Dalam buku Psikologi Pendidikan karangan M. Dalyono ini yang terdiri dari 8
bab, membahas tentang psikologi dalam ranah pendidikan.
B. TUJUAN
CRITICAL BOOK REPORT
1. Memahami peranan ilmu jiwa
dalam pendidikan.
2. Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi psikologi anak.
3. Mengetahui teori-teori
psikologi pendidikan.
4. Memahami cara mengatasi
kesulitan belajar.
C. MANFAAT
1. Supaya para pembaca memahami
peranan ilmu jiwa dalam dunia pendidikan.
2. Supaya para pembaca mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi psikologi anak.
3. Supaya para pembaca mengetahui
teori-teori tentang psikologi pendidikan.
4. Supaya para pembaca cara
mengatasi kesulitan belajar anak.
Baca Juga Postingan Lain Dari Blog Ini !!
Kumpulan Critical Book Report [Tersedia >50 Jenis CBR]
Critical Journal Report [Tersedia > 40 Jenis]
Contoh Laporan Mini Riset [Tersedia >25 Jenis]
Kumpulan Makalah Berbagai Jenis Tema [Tersedia >100 Jenis]
BAB II
ISI
A. IDENTITAS
BUKU
• Judul Buku : Psikologi
Pendidikan
• Penulis : Drs. M. Dalyono
• Penerbit : Rineka Cipta
• Tahun Penerbit : 2015
• Cetakan Ke- : 8 (delapan)
• ISBN : -
• Jumlah Halaman : 267 Halaman
• Ukuran : 14 x 20 cm
B. RINGKASAN
BUKU
BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU KEJIWAAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan bahwa psikologi berasal dari 2 kata
bahasa yunani, yaitu psyche yang bebarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi
secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa. Pada umumnya para ilmuan
membagi psikologi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Psikologi Metafisika, yang
menyelidiki hakekat jiwa.
2. Psikologi Empiri, yang
menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan
pengamatan, percobaan dan pengumpulan berbagai macam datayang ada hubungannya
dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.
Adapun mengenai pendidikan ada beberapa pendapat yang dituliskan
diantaranya adalah bahwa pendidikan merupakan sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga psikologi
pendidikan dapat didefenisikan ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala-gejala
kejiwaan individu atau tingkah lakunya di dalam situasi pendidikan.
Secara garis besar, banyak ilmuan membatasi materi psikologi pendidikan
dalam 3 pokok bahasan, yaitu pokok bahasan mengenai (1) belajar; (2) proses
belajar; dan (3) situasi belajar. Di sisi lain, Crow and Crow mengemukakan
ruang lingkup psikologi pendidikan antara lain:
(1) Sampai sejauh mana faktor
hereditas dan lingkungan berpengaruh terhadap belajar;
(2) Sifat-sifat dari proses belajar;
(3) Hubungan antara tingkat
kematangan dengan kesiapan belajar;
(4) Signifikansi pendidikan terhadap
perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar;
(5) Perubahan selama dalam belajar;
(6) Hubungan prosedur mengajar
dengan hasil belajar;
(7) Teknik bagi penilaian kemajuan
belajar;
(8) Pengaruh pendidikan formal
dibandingkan informal terhadap individu;
(9) Manfaat nilai ilmiah terhadap
pendidikan bagi personel sekolah;
(10) Pengaruh
psikologi yang ditimbulkan oleh kondisi sosiologi terhadap sikap siswa.
BAB II PERANAN ILMU JIWA PENDIDIKAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Dalam bab ini di jelaskan bahwa para pendidik diharapkan memiliki
pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para
siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna.
Menurut Lindgren, manfaat psikologi pendidikan adalah untuk membantu para guru
dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan
prosesnya.
Sementara itu, Chaplin menitikberatkan manfaat psikologi pendidikan untuk
memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara
menggunakan metode-metode yang telah disusun rapi dan sistematis. Dari dua
macam pendapat tersebut, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu
yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan
pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologi, yaitu :
(1) Seleksi penerimaan siswa baru;
(2) Perencanaan pendidikan;
(3) Penyusunan kurikulum;
(4) Administrasi kependidikan;
(5) Pemilihan materi pelajaran;
(6) Interaksi belajar mengajar;
(7) Pelayanan bimbingan dan
penyuluhan;
(8) Metode mengajar
(9) Pengukuran;
(10) Evaluasi.
Untuk menerapkan prinsip-prinsip psikologi tersebut diperlukan guru-guru
yang berkompeten dan bertanggung jawab. Berkompeten artinya bahwa guru mampu
melaksanakan profesinya dengan baik dan benar. Adapun bertanggung jawab adalah
guru mampu mengelola prose belajar mengajar dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
prinsip-priinsip psikologis.
BAB III TEORI – TEORI PSIKOLOGI BELAJAR
Dalam Bab ini dijelaskan dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan
muncul pula berbagai aliran psikologi pendidikan yaitu (1) psikologi
behavoristik; (2) psikologi kognitif; dan (3) psikologi humansitik. Dalam
setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut, mulcullah teori-teori
tentang belajar, yaitu:
• Teori belajar psikologi
behavioristik, yang berendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi
terhadap lingkunganmereka pada masa lalu dan masa sekarang dan bahwa segenap
tingkah laku merupakan hasil belajar. Bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran (reword) dan penguatan (reinforcement). Teori – teori ini
dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson dan Guthrie.
• Teori belajar psikologi
kognitif, yang berpendapat bahwa tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah
laku itu terjadi. Dalam situasi belajar seseorang terlibat langsung dalm
situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Insight itu
sering dihubungkan dengan pernyataan spontan seperti “aha”, “oh”, “I see now”.
Teori – teori ini dipelopori oleh Gestalt, Mex Wertheimer, Lewin, Kurt Koffka
dan Wolfgang Kohler.
• Teori belajar psikologi
Humanistis, yang orientasinya utamanya tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka
hubungkan dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk
membantu siswa mengembangkan dirinya, mengenal dirinya sendiri sebagai mausia
yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka. Tokoh yang menonjol pada aliran ini adalah Combs Maslov, dan Rogers.
Dalam pembelajaran, harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar yang
meliputi : (1) kematangan jasmani dan rohani; (2) memiliki kesiapan; (3)
memahami tujuan; (4) memiliki kesungguhan; dan (5) ulangan dan latihan.
Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan tentang factor-faktor yang
mempengaruhi belajar, antara lain :
• Faktor internal yang meliputi:
(1) kesehatan; (2) intelegensi dan bakat; (3) minat dan motivasi; serta (4)
cara belajar.
• Faktor eksternal yang meliputi:
(1) keluarga; (2) sekolah; (3) masyarakat; dan (4) lingkunga sekitar
BAB IV PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA
Ada dua bagian kondisional pribadi manusia baik secara jasmaniah maupun
secara rohaniah, yaitu (1) bagian pribadi materiil yang kuantitatif dan (2)
bagian pribadi fungsional yang kualitatif. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan, sedangkan bagian pribadi fungsinal yang kualitatif mengalami
perkembangan.
1. PERTUMBUHAN
Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia berawal dari peristiwa awal
herediter. Secara genetis manusia terbentuk dari satu sperma dan satu telur.
Keduanya mewakili sifat dari orang tuanya yang pada akhirnya akan turun kepada
anaknya sebagai individu baru. Dalam perjalanannya, pertumbuhan ini diatur oleh
hukum-hukum antara lain :
(a) Pertumbuhan adalah kuantitaif
dan kualitatif;
(b) Pertumbuhan merupakan proses
yang berkesinambungan dan teratur;
(c) Tempo pertumbuhan adalah tidak
sama;
(d) Taraf perkembangan dari berbagai
aspek pertumbuhan adlah tidak sama;
(e) Kecepatan serta pola pertumbuhan
dapat dimodifikasi oleh kondisi-kondisi di dalam dan di luar badan;
(f) Masing-masing individu tumbu
menurut caranya sendiri yang unik;
(g) Pertumbuhan adalah kompleks, dan
semua aspeknya saling berhubungan.
Dalam kondisi pertumbuhan normal tinggi badan anak dapat ditafsirkan
dengan rumus :
• Tinggi badan anak laki-laki
= (tinggi badan ayah + 100% tinggi badan
ibu) / 2
• Tinggi badan anak perempuan =
(tinggi badan ibu + 92% tinggi badan ayah)/ 2
2. PERKEMBANGAN
Perkembangan pribadi diartikan sebagai perubahan kualitatif dari setiap
fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Perkembangan tidak
dapat dipisahkan dari pertumbuhan. Kematangan pada fungsi jasmaniah sangat
mempengaruhi perubahan fungsi-fungsi kejiwaan. Hukum-hukum dalam perkembangan
adalah :
(1) Perkembangan adalah kualitatif;
(2) Perkembangan sangat dipengaruhi
oleh proses hasil dari belajar;
(3) Usia ikut mempengaruhi
perkembangan;
(4) Masing-masing individu mempunyai
tempo perkembangan yang berbeda;
(5) Dalam keseluruhan periode
perkembangan setiap spesies perkembangan individu mengikuti pola umum yang
sama;
(6) Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas
dan lingkungan;
(7) Perkembangan yang lambat dapat
dipercepat;
(8) Perkembangan meliputi proses
individuasi dan integrasi.
Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia meliputi perkembangan
fisiologis, perkembangan psikologis, perkembangan social dan perkembangan
didaktis atau pedagogis.
1. Perkembangan
fisiologis
Menurut Sigmund Freud ada 6 tahap perkembangan fisiologis pada manusia
yaitu :
(a) Tahap oral (umur 0 sd sekitar 1
tahun) dimana mulut bayi merupakan daerah utama dari aktivitas dinamis manusia;
(b) Tahap anal (umur 1 sd 3 tahun)
yaitu dorongan dan gerak individu lebih banyak terpusat pada fungsi pembuangan
kotoran
(c) Tahap falish (umur 3 sd 5 tahun)
dimana alat-alat kelamin menjadi perhatian penting
(d) Tahap latent (umur 5 sd 12/13
tahun) dimana anak belajar bersosialisasi, fungsi imajinasi, ingatan dan
pikiran mulai berkembang, mulai mampu berpikir kritis
(e) Tahap pubertas (umur 12/13 sd 20
tahun) dimana kelenjar-kelenjar indoktrin tumbuh pesat dan berfungsi
mempercepat pertumbuhan kearah kematangan
(f) Tahap genital (setelah umur 20
tahun) yaitu pertumbuhan genital merupakan dorongan penting bagi tingkah laku
sesorang.
2. Perkembangan
Psikologis
Menurut Jean Jacques Rousseou perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan
manusia berlangsung dalam 5 tahap, yaitu: tahap
(a) Perkembangan masa bayi (sejak
lahir – 2 tahun) dimana perkembangan kepribadian didominasi oleh perasaan;
(b) Perkembangan masa kanak-kanak (2
s.d 12 tahun) dimana perkembangan pribadi anak dimulai dengan berkembangnya
fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan pengamatan;
(c) Perkembangan pada masa
preadolesen (umur 12 s.d 15 tahun) dimana perkembangan fungsi penalaran
intelektual pada anak sangat dominan;
(d) Perkembangan pada masa adolesen
(umur 15 s.d 20 tahun) dimana perkembangan terhadap kualitas kehidupan yang
diwarnai oleh dorongan seksual yang kuat;
(e) Masa pematangan diri (setelah
umur 20 tahun) dimana perkembangan fungsi kehendak sangat dominan.
3. Tahap
Perkembangan secara Pedagogis
Tahap perkembangan pedagogis dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu
dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan sudut tinjauan
teknis khusus perlakuan pendidikan. Menurut Hohn Amos Comenius, dari sudut
tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan perkembangan pribadi manusia
terdiri atas 5 tahap, yaitu :
(a) Tahap enam tahun pertama, yaitu
tahap perkembangan penginderaan sehingga anak mampu mengenal lingkungannya;
(b) Enam tahun kedua, yaitu tahap
perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu sehingga mampu menganalisis
lingkungan dengan kemampuan daya pikirnya;
(c) Enam tahun ketiga, yaitu
perkembangan fungsi intelektual sehingga anak mampu mengevaluasi sifat-sifat
serta menemuka hubungan antar variable di dalam lingkungannya;
(d) Enam tahun keempat, tahap
perkembangan berdikari, “ self direction” dan “self controle”;
(e) Tahap kematangan pribadi, dimana
intelek memimpin perkembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan
pribadi.
Di dalam bab ini juga di jelaskan secara singkat tentang teori – teori
yang mempunyai pengaruh terhadap parktek-praktek pendidikan di sekolah antara
lain teori nativisme, teori konvergensi, teori naturalism, teori rekapitulasi
dan teori empirisme.
BAB V PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN
1. PEMBAWAAN
Setiap individu lahir dengan membawa hereditas tertentu, ini berarti
bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang
tuanya dan selebihnya dari nenek dan moyangnya. Para ahli meyakini bahwa hukum
mendel mengenai pewarisan sifat berlaku juga untuk manusia. Warisan atau
pembawaan yang terpenting adalah:
1. Bentuk tubuh dan warna kulit
2. Sifat – sifat
Salah satunya dikemukakan oleh Edward Sparanger yaitu :
(a) Manusia ekonomi, yang memiliki
sifat hemat, rajin bekerja;
(b) Manusia teori yang memiliki
sifat suka berpikr, meneliti;
(c) Manusia politik yang suka
menguasai dan memerintah;
(d) Manusia seni yang suka
keindahan;
(e) Manusia agamis yang suka
mengabdi dan taat ibadah
2. LINGKUNGAN
Secara fisiologis, lingkugan meliputi segala kondisi dan material
jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, system
saraf, darah, kelenjar-kelenjer indoktrin dan lain-lain.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima
individu mulai sejak dalam konsesi kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu
misalnya berupa sifat-sifat gen, selera, keinginan, minat, emosi, perasaan,
kebutuhan, kapasitas intelektual, dan lain-lain.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan
rohaninya. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan (a) keluarga; (b) sekolah;
(c) masyarakat; dan (d) keadaan alam sekitar.
BAB VI CIRI - CIRI KEMATANGAN
Pada bab ini penulis kembali menjelaskan beberapa prinsip dan teori-teori
perkembangan menurut para ahli. Diantaranya teori perkembangan menurut
Airstoteles, Charlotte Buchler, Johan Amos Comenius, H.C Witherington dan
Masrun,MA. Khusus tentang prinsip
kematangan, bahwa yang dimaksud dengan kematangan adalah kemampuan seseorang
untuk berbuat sesuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah memiliki
intelegensi. Kecerdasan atau intelegensi seseorang member kemungkinan bergerak
dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya.
Perubahan jasmani memerlukan bantuan “motor learning” agar pertumbuhan
itu mencapai kematangan. Kematangan atau kondisi fisik baru akan memperoleh
pengakuan sosial apabila individu yang bersangkutan mengusahakan “social
learning” ( belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta minat-minat kelompok).
Kesadaran individu terhadap stimulus di alam sekitar maupun di dalam
tubuh di pimpin oleh aktivitas sel-sel khusus di dalam system saraf yang
disebut “receptor”. Tingkah laku manusia dapat terbagi atas dua macam, yaitu:
1. “Responden behavior”, yaitu
tingkah laku bersarat dan tidak disengaja, selalu tergantung kepada stimulus.
2. “Operan behavior”, yaitu
tingkah laku disengaja dan tidak selalu tergantung kepada stimulus.
Kematangan disebabkan karena perubahan “gen” yang menentukan perkembangan
struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga semua itu
memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus
lingkungan. Menurut English & English, kematangan adalah keadaan atau
kondisi bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu
organism, baik terhadap satu sifat bahkan seringkali semua sifat.
Kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan
cara tertentu yang disebut dengan “readiness”, yaitu untuk bertingkah laku baik
tingkah laku yang instingtif atau tingkah laku yang dipelajari. Cronbach
memberikan readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membaut seseorang
dapat bereaksi dengan cara tertentu.
Pembentukan readiness anak dipengaruhi oleh lingkungan atau kultur di
sekelilingnya. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu
mempegaruhi perkembangan mental, kebutuhan, minat, tujuan, perasaan dan
karakterindividu yang bersangkutan.
BAB VII KEMAMPUAN DAN INTELEGENSI
1. KEMAMPUAN
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan
potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat menguntungkan
bagi anak maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat
untuk mencari sumber “bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua
memandang sekolah sebagai tempat dimana anaknya akan mengembangkan
kemampuannya. Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan yang menolong anak
mengenal diri serta kemampuannya dan juga dunia di sekitarnya.
Agar dapat menolong anak dalam mengembangkan potensi kepribadian dan
kemampuannya, anak harus dikenal dalam segala aspeknya dan dalam konteks
(situasi) hidupnya dimana ia hidup. Faktor-faktor umum yang harus dikenal
adalah (1) hakekat anak; (2) kebutuhan pokok anak; dan (3) langkah-langkah
perkembangan anak.
Ada motto yang berbunyi “ makin kita mengenal diri sendiri, makin kita
mengenal orang lain. Makin kita terampil mengembangkan dan mengubah diri
sendiri, makin kita berhasil menolong orang mengembangkan diri.”
Dalam bab ini juga dijelaskan kembali tentang hukum-hukum perkembangan
antara lain :
(1) Hukum konvergensi, yaitu
perkembangan manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan;
(2) Hukum pertahanan dan
pengembangan diri, yaitu bahwa manusia atau organisme lainnya memiliki dorongan
hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negative;
(3) Hukum masa peka, yaitu terdapat
masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi-fungsi
tertentu seperti fungsi mulut untuk berbicara;
(4) Hukum keperluan belajar, yaitu
pada dasarnya anak berkembang karena belajar;
(5) Hukum tempo perkembangan, yaitu
lambat atau cepatnya proses perkembangangan seseorang tidak sama dengan orag
lain
(6) Hukum irama perkembangan, yaitu
bahwa perkembangan manusia tidak tetap terkadang naik terkadang turun
(7) Hukum rekapitulasi yaitu bahwa
perkembangan individu mencerminkan evolusi kehidupan jenis mahluk hidup dari
tingkat yag paling sederhana ke tingkt yang paling kompleks.
2. INTELIGENSI
Pada sub ini diuraikan beberapa teori yang menjelaskan tentang
inteligensi yaitu :
(1) Teori “uni-factor”, yaitu yang
memandang bahwa inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum;
(2) Teori “two factor”, yaitu teori
inteligensi yang dikembangkan berdasarkan suatu factor mental umum yang diberi
kode “g” serta factor-faktor spesifik yang diberi tanda “s”;
(3) Teori “multi-factor”, yaitu
bahwa inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus
dan respon;
(4) Teori “
primary-mental-abilities”, yang menjelaskan bahwa inteligensi merupakan
penjelmaan dari kemampuan pribadi / kemampuan primer;
(5) Teori “sampling”, yaitu teori
yang menjelaskan bahwa inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel.
Setiap orang memiliki inteligensi yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
pembawaan, kematangan, pembentukan, minta dan pembawaan yang khas serta
kebebasan. Dan dari banyak penelitian yang dilakukan membuktikan tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara inteligensi pria dan wanita. Sampai saat ini
ilmu pengetahuan belum dapat menjelaskan tentang pewarisan intelegensi.
3. CBSA
Dalam bab ini juga dijelaskan tentang Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA),
yaitu suatu proses kegitan belajar mengajar yang subyek didiknya terlibat
secara intelektual dan emosional sehingga benar-benar berpartisipasi aktif
dalam melakukan kegiatan belajar. Indicator untuk menilai cara belajar siswa
aktif dalam KBM adalah dapat dilihat dari sudut pandang (1) siswa, (2) guru,
(3) program, (4) stuasi belajar, dan (5) sarana belajar.
Penerapan CBSA dalam KBM melalui tahap perencanaan dan pelaksanaan
termasuk penilaian. Agar pelaksanaannya menjadi optimal, maka dalam KBM perlu
memperhatikan prinsip-prinsip belajar antara lain: (1) stimulasi belajar, (2)
perhatian dan motivasi, (3) respon yang dipelajari, (4) penguatan dan (5)
pemakaian dan pemindahan.
BAB VIII TIPE-TIPE DAN KESULITAN BELAJAR
Mengawali pembahasan pada bab ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar
merupakan perubahan; dalam tingkah laku, yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, relative mantap, dan perubahan dalam pengertian pemecahan suatu
masalah/berpikir keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap.
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama
yang bertalian dengan pemecahan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
(1) sikap; (2) imbisi; (3) apresiasi; dan (4) tingkah laku afektif. Selain itu
juga dijelaskan tentang aktivitas belajar yang meliputi: (1) mendengarkan; (2)
memandang; (3) meraba; (4) membau dan mencicipi; (5) menulis dan mencatatnya;
(6) membaca; (7) membuat iktisar atau rangkuman; (8) mengamati table-tabel; (9)
diagram dan bagan; (10) menyusun kertas kerja, paper dan lain-lain.
Keanekaragaman jenis belajar muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan
kebutuhan-kebutuhan kehidupan manusia yang bermacam-macam. Tipe-tipe belajar
tersebut antara laian: (1) belajar abstrak; (2) belajar keterampilan; (3)
belajar sosial; (4) belajar pemecahan masalah; (5) belajar rasional; (6) belajar
kebisaan; (7) belajar apresiasi; dan (8) belajar pengetahuan.
Aktivitas belajar setiap individu tidak selamanya berlangsung secara
wajar. Dalam keadaan siswa tidak dapat belajar sebagimana mestinya disebut
sebagai kesulitan belajar. Kesulitan belajar dipengaruhi oleh: (1) faktor dari
diri manusia sendiri (fisiologi dan psikologi); (2) faktor eksternal (factor
nonsial); (3) faktor karena cacat tubuh; dan (4) faktor keluarga.
Beberapa gejala sebagai pertanda ada kesulitan belajar pada diri siswa
adalah:
1. Menunjukkan prestasi yang
rendah/dibawah rat-rata.
2. Hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilaukan.
3. Lamban dalam melakukan
tugas-tugas belajar.
4. Menunjukkan sikap yang kurang
wajar,
5. Menunjukkan tingkah laku yang
berlainan
Di samping gejala-gejala yang tampak tersebut, guru juga dapat melakukan
penyelidikan melalui : (1) observasi; (2) interview; (3) tes diagnostik; dan
(4) dokumentasi. Setelah itu dilakukan usaha untuk mengatasi masalah melalui
langkah : (1) pengumpulan data; (2) pengolahan data; (3) diagnosis; (4)
prognosis; (5) treatment; dan (6) evaluasi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PERBANDINGAN
: BUKU UTAMA DAN BUKU PEMBANDING
Dalam hal ini ada dua buku, dimana buku utama (buku Psikologi Pendidikan
cetakan ke-8 karangan Drs. M. Dalyono) dan buku pembanding (buku Psikologi
Pendidikan cetakan ke-20 karangan Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S.,
Ph.D). Kedua buku ini membahas tentang bagaimana proses guru memahami
perkembangan psikologi peserta didik dan bagaimana peran guru dalam membantu
mengatasi permasalahan psikologi peserta didik. Berdasarkan isi, kedua buku
lebih banyak mengutarakan pendapat-pendapat para ahli. Perbedaan kedua buku terletak dari materi
yang dijabarkan dan bagaimana caranya menjabarkan isi materi tersebut, dimana:
Dalam buku Psikologi Pendidikan cetakan ke-8 karangan Drs. M. Dalyono
dijelaskan mulai dari pengertian dan ruang lingkup ilmu jiwa pendidikan,
peranan ilmu jiwa pendidikan dalam dunia pendidikan, teori-teori psikologi
belajar, pertumbuhan dan perkembangan manusia, pengaruh pembawaan dan
lingkungan terhadap perkembangan individu, ciri-ciri kematangan, kemampuan dan
inteligensi, hingga menjabarkan tentang tips-tips dan kesulitan belajar anak.
Dalam buku Psikologi Pendidikan cetakan ke-20 karangan Drs. Sumadi
Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D, dijelaskan mulai dari sifat-sifat umum
aktifitas manusia, sifat-sifat khas kepribadian manusia, sifat-sifat khas
individu yang lain (masalah intelegensi), perbedaan-perbedaan dalam bakat,
perkembangan individu, perubahan individu karena belajar, hingga menjabarkan
tentang penilaian hasil-hasil pendidikan.
B. KELEBIHAN
Dalam buku Psikologi Pendidikan cetakan ke-8 karangan Drs. M. Dalyono,
terdapat beberapa kelebihan berdasarkan buku pembanding, yaitu :
Cover buku yang menarik,
membuat adanya ketertarikan pembaca untuk membaca buku tersebut.
Materi dalam buku ini
dijelaskan aspek-aspek pengetahuan psikologi pendidikan dijelaskan secara
detail.
Materi dalam buku ini
dijelaskan secara beruntut sehingga terlihat keterikatan yang jelas antara
materi pada bab berikut dengan bab sebelumnya.
Materi yang dijabarkan dalam
setiap bab merupakan materi yang cukup banyak dan lengkap.
Bahasa yang digunakan dalam
buku ini mudah dimengerti sehingga bagi siapa saja yag membacanya akan mudah
memahami maksudnya.
Penulisan dalam buku sesuai
dengan aturan EYD.
C. KELEMAHAN
Dalam buku Psikologi Pendidikan cetakan ke-8 karangan Drs. M. Dalyono,
terdapat beberapa kelemahan berdasarkan buku pembanding, yaitu :
Tidak disajikan contoh dalam
buku ini dalam menjelaskan materi tentang sesuatu yang aplikatif sehingga tidak
tampak efek dari pengetahuan psikologi itu.
Tidak diberikan contoh
instrument untuk menyelidiki siswa yang mengalami kesulitan belajar, misalnya
instrument untuk observasi, interview dan lain-lain.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, mengenai pembahasan isi dalam buku Psikologi
Pendidikan cetakan ke-8 karangan Drs. M. Dalyono, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan
tentang kejiwaan peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Ilmu
jiwa pendidikan menitikberatkan kepada proses pendidikan yang efisien, dimana
aspek-aspek psikologi di perhatikan. Pengetahuan tentang teori-teori psikologi
belajar akan sangat bermanfaat bagi guru dalam membantu anak didik dalam
menemukan cara yang terbaik bagi dirinya untuk melakukan pembelajaran yang
lebih baik.
Pada dasarnya anak didik sering mengalami kesulitan dalam belajarnya
dikarenakan psikologinya. Kesulitan belajar antara yang satu dengan yang lain
tidak sama. Hal ini sangat tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik dan optimal, guru harus membantu
anak didik keluar dari masalahnya dan bahkan dapat mengatasi masalahnya sendiri
jika terjadi kembali. Dengan pengetahuan psikologi, guru harus memberikan
bantuan yang terbaik bagi mereka melalui metode yang tepat dan penuh dengan
cinta.
B. SARAN
Buku Psikologi Pendidikan cetakan ke-8 karangan Drs. M. Dalyono ini
sangat baik dimiliki oleh calon guru, guru dan dosen untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman yang jelas mengenai pentingnya psikologi pendidikan
dalam upaya membantu siswa untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dari
seluruh aspek psikologi. Dengan mempelajari buku ini kita akan dapat memiliki
pengetahuan tentang dasar-dasar psikologi dalam pendidikan. Dengan demikian
segala upaya yang dilakukan terhadap siswa merupakan tindakan yang didasari
dengan penuh cinta.