BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu jiwa pendidkan yang lebih dikenal dengan psikologi pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan pendidikan. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang ber arti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu jiwa pendidkan yang lebih dikenal dengan psikologi pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan pendidikan. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang ber arti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.
Adapun mengenai pendidikan menurut kamus besar bahasa indonesia,
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mende wasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Sedangkan pengertian psikologi pendidikan menurut Alice Crow yaitu study
tentang belajar, pertumbuhan dan kematangan individu serta penerapan prinsip
prinsip ilmiah tenta ng reaksi manusia yang mempengaruhi belajar dan mengajar.
Pengetahuan psikologi pendidikan merupakan salah satu pengetahuan yang
perlu dipelajari dan dipahami oleh seorang guru agar dapat menjalankan tugas
sebagai guru dengan cara yang sebaik-baiknya. Jadi seorang guru harus menguasai
mata pelajaran yang diberikan tetapi perlu juga memahami mereka yang
dipimpinnya dalam prosses pendidikan.
Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua
orang anak (yang kembar sekalipun) tak pernah memiliki respons yang sama persis
terhadap situasi belajar mengajar di sekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda
dalam hal pembawaan, kematangan jasmani, inteligensi, dan keterampilan
motor/jasmaniah. Anak-anak itu seperti juga anak-anak lainnya, relative berbeda
dalam kepribadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan cara berpikir
atau memecahkan masalah mereka masing-masing.
Pendidikan, selain merupakan prosedur juga merupakan lingkungan yang
menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi
antar-individu ini baik antara guru dengan para siswa maupun antara siswa
dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologi. Peristiwa dan
proses psikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh
para guru dalam memperlakukan para siswa secara tepat.
Para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki –
kalau tidak menguasai – pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai
agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar-mengajar yang berdaya
guna dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para
guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Hal
ini disebabkan eratnya hubungan antara psikologi khusus dengan pendidikan,
seerat metodik dengan kegiatan pengajaran.
Karena psikologi pendidikan mendasarkan uraiannya pada metode-metode
ilmiah untuk mendapatkan dan mengaplikasikan pengetahuan di dalam bidang
pendidikan, maka psikologi pendidikan disebut ilmu terapan atau applied
science.
Apa pun yang disimpulkan para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan
bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian
dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan
anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah
pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan penulisan
laporan ini adalah: Bagaimana penjelasan (autokritik) pengarang atas penjabaran
mengenai psikologi pendidikan di era modern ini sehingga pengarang menerbitkan
buku “Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru” ?.
B. Tujuan
Pembahasan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan laporan ini adalah
1. Mengetahui buku “Psikologi
Pendidikan Dalam Perspektif Baru” karangan Purwa Atmaja Prawira memiliki
pembahasan materi yang lengkap dan terperinci mengenai psikologi pendidikan
baik sejarah perkembangannya, ruang lingkupnya, serta yang terkait dengan
psikologi pendidikan seperti kecerdasan.
2. Memenuhi tugas Critical Book
Report Psikologi Pendidikan.
C. Manfaat
Pembahasan
Penulis berharap laporan hasil critical book memiliki manfaat bagi kita
semua. Dimana dengan adanya laporan ini dapat membantu semua kalangan baik itu
mahasiswa calon guru, guru dalam belajar bagaimana menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk pembelajaran, bagaimana perilaku siswa yang bermasalah,
bagaimana memahami gaya belajar dan berpikir siswa, dan bagaimana mendeteksi
kemampuan belajar siswa.
BAB II
ISI BUKU
A. IDENTITAS
BUKU UTAMA
Pengarang : Purwa
Atmaja Prawira
Penerbit : AR-RUZZ MEDIA
Tahun terbit : 2012
Kota Terbit : Yogyakarta
ISBN : 978-979-25-4903-4
Tebal Buku : 448 halaman
Ukuran : 14,8 x 21 cm
Critics : Luth Via Sholli (4142111038)
Tanggal : 4 Maret 2017
B. IDENTITAS
BUKU PEMBANDING
Pengarang : Dr.
Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si.
Penerbit : Rajawali Pers
Tahun terbit : 2014
Kota Terbit : Jakarta
ISBN : 978-979-769-680-1
Tebal Buku : 212 halaman
Ukuran : 21 cm
Critics : Luth Via Sholli (4142111038)
Tanggal : 4 Maret 2017
C. RINGKASAN
BUKU UTAMA
BAB 1
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Umur pendidikan sudah sedemikian tuanya di dunia ini. Umur psikologi
pendidikan ada di dunia ini semenjak Adam dan Hawa ada di dunia ini.
Perkembangan pendidikan dan psikologi pendidikan untuk waktu-waktu
selanjutnya seiring dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi di
muka bumi.
B. Psikologi Cabang Ilmu Filsafat
Psikologi berasal dari bahasa Yunani psyche yang berarti jiwa dan logos
yang berarti ilmu. Dari kedua kata tersebut, psikologi diartikan sebagai ilmu
jiwa. Dalam klasifikasi ilmu pengetahuan, psikologi termasuk dalam cabang ilmu
filsafat. Sebagai cabgan ilmu filsafat yang dipelajari dalam psikologi adalah
hakikat jiwa manusia.
Orang yang berperan enting dalam perkembangan psikologi ini adalah
Demokritus. Menurut teori yang dikemukakan oleh Demokritus, sesuatu terdiri
dari bagian-bagian yang tidak terbagi-bagi lagi yang disebut atom, dan atom
mempunyai gerakan-gerakan yang tetap. Orang atau manusia terdiri dari atom-atom
jiwa dan atom-atom badan (jasmani). Hakikat jiwa tidak didefenisikan dalam
terminologi tertentu sehingga muncullah psikologi sebagai ilmu jiwa (soul).
Plato dan Aristoteles telah mengembangkan sistem pendidikan dan
hubungannya dengan prinsip-prinsip psikologi, serta menulis tentang pendidikan
krakter, profesi, dan metode mengajar, hakikat belajar, pengaruh-pengaruh rumah
dalam pendidikan, dan sebagainya. Perubahan-perubahan dalam pandangan psikologi
dilakukan oleh ahli-ahli berikutnya seperti Thomas Aquino, Descartes,
J.J.Rousseau, John Locke, dan lain-lain.
Penelitian yang dilakukan J.J Rousseau membuat suatu kesimpulan bahwa
anak dilahirkan ke dunia pada dasarnya mempunyai karakter yang baik. Tetapi,
pada perkembangannya anak dapat mempunyai karakter yang tidak baik (rusak)
disebabkan adanya pengaruh dari masyarakat di sekitarnya.
John Locke berpendapat bahwa teori daya jiwa pada manusia yakni, jiwa
bayi yang baru lahir tidak berdaya melakukan apa-apa dan belum siap berfungsi,
tetapi mempunyai potensi sensitif terhadap impresi dari dunia luar melalui
indra. Jiwa bayi itu masih bersih seperti kertas putih yang belum ditulisi.
Teori daya jiwa terumus dalam trikotomi jiwa, yaitu pikiran, perasaan,
dan kemauan (kognisi, emosi, dan konasi). Pikiran adalah daya penalaran untuk
memahami, daya emosi untuk merasakan, dan daya konasi untuk memauan. Teori daya
jiwa (trikotomi) ini kemudian diteruskan oleh Pestalozi. Pestalozi menempatkan
pentingnya proses pendidikan sebagai a process of drawing out of the
individual.
Wilhelm M. Wundt melakukan eksperimen bahwa jika dua stimulus yang
berbeda diterima indra kita pada waktu yang sama, kita akan menyadari
stimulus-stimulus itu pada saat yang sama pula.
Psikologi disebut juga sebagai ilmu kesadaran atau ilmu tentang
pengalaman. Di antara tokoh-tokoh pembawa perubahan di bidang kajian psikologi
adalah Sigmund Freud (1856-1939). Menurut Freud, psikologi tidak hanya
mempelajari masalah kesadaran jiwa, tetapi juga mempelajari ketidaksadaran
jiwa.
C. Sejarah dan Perkembangan
Psikologi Pendidikan
Menurut Chauchan (1979), pengertian psikologi pendidikan adalah suatu
proses pendidikan yang mencoba membangun tingkah laku manusia semenjak berusia
muda hingga tercapai tujuan akhir dari tujuan nasional. Dalam arti singkat
bahwa pengertian psikologi pendidikan sebagai pembentukan atau modifikasi
tingkah laku individu dalam masyarakat.
Perkembangan psikologi pendidikan pada waktu-waktu berikutnya tampak
begitu pesat. Hal itu ditandai dengan mengemukanya Stanley Hill, Galton, dan
Ebbinghaus dalam percaturan bidang psikologi. Ahli psikologi lain yang turut
berperan penting dalam memajukan psikologi adalah William James. Pada tahun
1890, James berhasil menerbitkan bukunya berjudul Principles of Psychology yang
mengupas panjang lebar tentang psikologi fungsional.
Pada awal abad ke-20 psikologi pendidikan berkembang dengan munculnya
eksperimen-eksperimen belajar, seperti Pavlov yang akhirnya menelurkan Teori
Kondisional Klasik, E.L. Thorndike menghasilkan Teori S-R (Trial and Error),
B.F. Skinner menghasilkan Teori Belajar Operan (Reinforcement). Kohler sendiri
menghasilkan Teori Belajar Insight atau Teori Belajar Kognitif.
Psikologi pendidikan dalam kehidupan manusia sesungguhnya merupakan
proses edukatif yang dipraktikkan semenjak manusia lahir ke dunia sampai meninggal
dunia. Hanya saja, studi ilmiahnya baru muncul pada abad ke-19 dengan
mengemukanya William James sebagai Bapak Psikologi Pendidikan yang telah
menerbitkan karyanya yang berjudul Principles of Psychology (1890) dan Talks to
Teachers.
BAB II
RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN
SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
A. Pendahuluan
Pada hakikatnya guru adalah pembimbing atau pemimpin siswa dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya dalam dan dengan proses belajar.
Oleh karena itu, kehadiran dan penguasaan psikologi pendidikan amat diperlukan
agar pembelajaran pada siswa peserta didik di sekolah dapat berhasil dengan
baik.
Mempelajari ilmu psikologi pendidikan sesungguhnya merupakan suatu proses
studi profesional. Penguasaan terhadap ilmu psikologi pendidikan bukan
merupakan satu-satunya syarat agar guru pandai mengajar.
B. Psikologi
sebagai Proses Studi Profesional
Disebutkan di dalam Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan (SPTK) di
Indonesia bahwa komponen program studi (kurikulum) untuk guru yang kompeten
profesional ialah dasar umum, bidang studi, proses belajar mengajar, dan dasar
kependidikan.
Ilmu psikologi pendidikan (yang selanjutnya disebut psikologi pendidikan
saja) terdiri dari dua suku kata, yaitu psikologi dan pendidikan. Terdapat
hubungan yang saling terikat dari kedua suku kata tersebut. Pertama, psikologi
merupakan suatu ilmu tentang tingkah laku. Tingkah laku berarti aktivitas
organisme (manusia) yang dapat diamati dan diukur secara objektif. Kedua,
pendidikan dalam arti sempit diartikan sebagai pengubahan tingkah laku individu
(anak) dalam lingkungan yang dikontrol. Membentuk tingkah laku atau membawa
perubahan tingkah laku memerlukan studi tentang tingkah laku tersebut.
Guru harus mengetahui dan menguasai psikologi pendidikan agar dapat suskses
dalam menjalankan tugasnya mengajar dan mendidik siswa di sekolah. Apabila guru
tidak mengetahui seluk-beluk tingkah laku peserta didik, guru tidak akan
berhasil mengubah tingkah laku seperti yang diharapkan pada diri anak peserta
didik.
C. Definisi
Psikologi Pendidikan
Berikut ini adalah beberapa definisi psikologi pendidikan yang
dikemukakan oleh para ahli.
1) Chauhan. Psikologi pendidikan
adalah penerapan penemuan-penemuan psikologi dalam bidang pendidikan.
Menurutnya, psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis mengenai
perkembangan individu dalam bidang pendidkan. Psikologi pendidikan membantu
para guru untuk mengajukan perkembangan yang harmonis para siswa untuk menjadi
warga negara yang dapat responsif dan berpartisipasi, manusia yang sensitif dan
reflektif sebagai orang yang produktif dan kreatif.
2) H.C. Whiterington. Psikologi
pendidikan didefinisikan sebagai studi yang sistematis mengenai proses dan
faktor-faktor kejiwaan yang bersangkut paut dengan pendidikan.
3) Edwin Ray Guthrie. Psikologi
pendidikan diartikan sebagai penggunaan prinsip-prinsip kejiwaan untuk
memecahkan segala macam problema pendidikan.
4) W.S. Winkel. Psikologi
pendidikan merupakan cabang dari psikologi praktis yang mempelajari
prasyarat-prasyarat bagi belajar di sekolah, berbagai jenis belajar dan
fase-fase dalam semua perkembangan anak.
5) Crow dan Crow. Psikologi
pendidikan adalah penerapan prinsip-prinsip ilmiah tentang reaksi tingkah laku
manusia yang memengaruhi proses belajar dan mengajar.
6) B.F. Skinner. Psikologi
pendidikan adalah cabang psikologi yang membahas masalah belajar dan mengajar.
7) Judd. Judd menggambarkan bahwa
psikologi pendidikan sebagai suatu studi ilmiah tentang fase-fase hidup dalam
perkembangan individu mulai bayi lahir sampai menjadi dewasa.
Dapat disimpulan dari definisi yang disusun oleh para ahli psikologi
tersebut bahwa psikologi adalah penerapan psikologi dalam proses
belajar-mengajar (proses pendidikan). Psikologi pendidikan merupakan ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia untuk memahami, meramalkan, dan mengarahkan
dengan pendidikan untuk mencapai tujuan hidup.
D. Ruang
Lingkup Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan telah memenuhi persyaratan
sebagaimana yang telah ditetapkan berikut ini.
1) Objek penelitiannya adalah
sejumlah fakta dan masalah-masalah pendidikan yang ditinjau dari dasar dan
aplikasi pendidikan.
2) Sistematika, yaitu telah
memiliki suatu kerangka prinsip atau kebenaran dasar yang tersusun secara
teratur dan merupakan suatu kebetulan konseptual.
3) Metode atau teknik penelitian
yang memadai, termasuk metode eksperimen.
4) Medan kerja atau aplikasi yang
pasti, yaitu di bidang pendidikan.
5) Pencipta dan pendukung
keilmuannya, yaitu para psikagog (ahli psikologi pendidikan), psikolog, dan
pedagog.
Adapun sasaran studi psikologi pendidikan yang paling mendasar yaitu:
Individu-individu kelompok
siswa,
Kapasitas atau kemampuan dasar
individu dan perlengkapannya,
Lingkungan sekitar dari
individu, dan
Kegiatan-kegiatan individu dan
hasilnya berkaitan dengan pendidikan.
Ruang lingkup psikologi pendidikan, menurut Fudyartanto (2002), ada lima
cakupan besar.
1. Tinjauan mengenai pertumbuhan
dan perkembangan anak.
2. Dasar dan potensi anak didik.
3. Proses dan teori belajar.
4. Evaluasi potensi dan hasil
belajar.
5. Membina kesehatan mental dan
fisik siswa.
E. Psikologi Pendidikan sebagai
Ilmu Pengetahuan
Psikologi pendidikan dikelompokkan ke dalam tinjauan ilmu pengetahuan
karena telah memenuhi segala apa yang dipersyaratkan sebagai ilmu pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan yang disistematisasikan sehingga menghasilkan
dalil-dalil atau hukum yang berguna untuk pedoman berbuat. Dalil-dalil itu
dapat dibuat teori-teori.
Berikut ini adalah ciri-ciri ilmu pengetahuan.
1) Pernyataan-pernyataan ilmiah
menyatakan penemuan-penemuan atau mengenai kebenaran-kebenaran. Misalnya:
Apabila didinginkan air dapat
berubah menjadi es.
Apabila dipanaskan logam
lama-kelamaan meleleh.
Bentuk air berubah-ubah sesuai
dengan bentuk wadahnya.
2) Pada setiap pernyataan ilmiah
selalu ada bukti-buktinya.
3) Pernyataan ilmiah bersifat
umum.
4) Pernyataan ilmiah bersifat
teratur (sistematis), dan disusun atas pemikiran yang logis dari hasil
penelitian.
5) Pernyataan ilmiah mengarah
kepada pembuktian empiris. Ia menafsirkan data dan menyimpulkan hal-hal antara
benda-benda yang dapat diobservasi dan peristiwa-peristiwa.
6) Saling adanya hubungan dalam
problema ilmiah dipresentasikan dalam suatu sistem yang disebut hipotesis.
7) Dalil-dalil ilmiah membimbing
untuk prediksi yang benar dan perkembangan seterusnya.
8) Pernyataan ilmiah dapat dipakai
untuk riset yang akan datang dan pada praktik hidup sehari-hari.
9) Semua ilmu mempunyai dasar
empiris.
F. Metode
yang Digunakan dalam Psikologi Pendidikan
Dalam penelitian-penelitian ilmiah digunakan metode ilmiah. Di antara
metode ilmiah yang telah digunakan dalam penelitian psikologi pendidikan yaitu
metode angket, metode klinis, metode kasus (studi kasus), metode eksperimen,
metode tes, teknik bimbingan dan konseling, dan lain-lain.
Metode kuesioner adalah metode
penelitian dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis. Kuesioner
sebelum diberikan atau dikirim kepada responden sebaiknya telah diujicobakan
terlebih dahulu kepada responden dan dilakukan perbaikan-perbaikan atau
penyempurnaan-penyempurnaan seperlunya.
Metode klinis dipakai untuk
meneliti kejadian-kejadian atau kasus-kasus yang tidak normal yang disebabkan
oleh hal-hal tertentu. Metode klinis, misalnya, dipakai unutk meneliti kasus
pada anak yang mengalami kesulitan belajar, anak yang mengalami kesulitan
penyesuaian diri dengan lingkungannya, dan lain-lain. Studi klinis berupaya
untuk dapat mendiagnosis sebab-sebab suatu keadaan atau penyebab terjadinya
kelainan-kelainan tadi dan berupaya untuk dapat memperbaikinya.
Metode kasus diterpkan dengan
cara mengikuti terus-menerus perkembangan objek yang sedang diteliti dalam
kurun waktu yang cukup lama. Misalnya, studi kasus mengenai pertumbuhan dan
perkembangan individu mulai dari usia kanak-kanak hingga lulus SMA. Jumlah
objek yang diteliti bisa seorang saja atau dapat pula beberapa orang. Diketahui
kurun waktu yang diperlukan untuk menuntaskan studi kasus tersebut cukup lama,
yaitu kurang lebih 14 tahun.
Metode eksperimen dilakukan
dengan mengadakan percobaan-percobaan. Penerapan metode ini dalam psikologi
pendidikan memerlukan laboraturium yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan
dan teknologi tinggi (laboraturium modern). Misalnya, hal yang diteliti
mengenai penyelidikan masalah pendengaran, penglihatan, keterampilan, gerakan
mata sewaktu membaca buku, gerakan tangan sewaktu menulis, kelainan-kelainan
sewaktu membaca, dan sebagainya.
Metode tes. Pelaksanaan metode
tes dalam penelitian psikologi dan pendidikan memerlukan kerja yang sangat
teliti dan ketekunan sebab metode tes tidak mudah dilaksanakan. Disamping itu,
metode tes mempunyai standar aturan tertentu. Demikian juga analisis dari data
yang diperoleh harus dilakukan secara teliti dan ilmiah untuk mendapatkan hasil
yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Metode atau teknik bimbingan
dan konseling dipakai dalam penelitian psikologi dan pendidikan terutama dalam
menanggulangi kesukaran-kesukaran belajar dan kelainan-kelainan anak didik.
G. Sumbangan Psikologi Pendidikan
terhadap Kemajuan Dunia Pendidikan
Kiprah nyata para psikagog (ahli psikologi pendidikan) adalah
mempelajari, menganalisis, menerangkan, dan memimpin kegiatan dan proses
pendidikan sedemikian rupa sehingga timbullah suatu sistem pendidikan yang
integral, mantap, dan tepat guna, mangkus, sangkil atau efektif, dan efisien.
Sumbangan psikologi pendidikan dalam kemajuan bidang pendidikan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu dalam teori pendidikan dan dalam praktik
pendidikan. Sumbangan psikologi pendidikan menurut Fudyartanto (2002)
dituliskan sebagai berikut.
1) Sumbangan psikologi pendidikan
dalam teori pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
a. Untuk memahami karakteristik
perkembangan anak,
b. Untuk memahami hakikat belajar
siswa dalam kelas,
c. Untuk memahami adanya perbedaan
individual,
d. Untuk memahami metode mengajar
yang efektif,
e. Untuk memahami problem
anak-anak,
f. Memberi pengetahuan kesehatan
mental,
g. Membantu penyusunan kurikulum
pendidikan berdasarkan pada tingkatan perkembangan anak-anak,
h. Memberi pengetahuan dalam usaha
pengukuran hasil belajar siswa,
i. Berguna untuk melakukan
penelitian,
j. Memberi bimbingan kepada
kelainan-kelainan anak,
k. Membantu pengembangan
sikap-sikap anak yang baik,
l. Untuk mengetahui dinamika
kelompok anak-anak
2) Sumbangan psikologi pendidikan
dalam praktik pendidikan, antara lain:
a. Metode atau cara yang
diterapkan kepada anak bernilai edukatif dan lebih bijaksana
b. Penggunaan alat-alat pendidikan
modern
c. Pelaksanaan administrasi
sekolah secara modern
d. Penyusunan daftar pelajaran
sekolah secara baik
e. Mengatur kegiatan kokurikuler,
berupa kesenian, pramuka, kerajinan tangan, olah raga
f. Penggunaan penemuan metode
baru dalam psikologi pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan proses
belajar mengajar di sekolah. Misalnya, metode diskusi, pengajaran mikro,
pengajaran berprogram, kelas terbuka, pengajaran modul, dan sebagainya
g. Menyusun buku teks dan buku
pegangan guru sampai pembuatan lembar kerja untuk siswa. Dengan begitu,
psikologi pendidikan memiliki peran penting dalam andilnya membuat kisaran
materi pelajaran bagi siswa sesuai dengan tingkatan kelas atau disesuaikan
dengan tingkat perkembangan siswa di sekolah.
BAB III
PRINSIP SISTEM PSIKOLOGI DAN
SUMBANGSIHNYA DALAM PENDIDIKAN
Sistem psikologi adalah teori atau aliran psikologi yang mempunyai
pandangan tersendiri mengenai jiwa manusia. Jadi, satu sistem psikologi dapat
dipandang sebagai suatu paham, aliran, atau teori psikologi. Suatu sistem
psikologi mempunyai model pendekatan tertentu dalam mempelajari tingkah laku
manusia sehingga hal ini sangat penting untuk diketahui oleh para guru.
Di antara sistem-sistem psikologi yang akan diuraikan adalah sistem
psikologi daya, sistem psikologi strukturalisme, sistem psikologi
fungsionalisme, sistem psikologi behaviorisme, sistem psikologi dalam
(psikoanalisis), dan sistem psikologi Gestalt.
A. Sistem
Psikologi Daya
Psikologi daya dimulai sejak zaman kuno, saat psikologi masih merupakan
bagian dari filsafat. Menurut tokoh psikologi daya, Plato, jiwa berasal dari
alam idea, yaitu dunia yang tinggi.
1) Prinsip sistem psikologi daya
menurut Plato adalah adanya daya-daya dalam jiwa manusia. Untuk menajamkan atau
memperkuat daya jiwa dilakukan pengasahan dengan cara dilatih secara formal dan
disiplin yang tinggi. Artinya, latihan tersebut dilakukan secara berulang-ulang
sampai yang dilatih menguasai betul.
2) Prinsip sistem psikologi daya
menurut Aristoteles yakni melibatkan adanya pengalaman-pengalaman atau adanya
prinsip asosiasi pada cara kerjanya pengetahuan-pengetahuan dalam jiwa manusia.
3) Sumbangan Psikologi Daya dalam
bidang pendidikan, antara lain:
a. Implementasi ranah jiwa
(kemampuan cipta, rasa, dan karsa, atau kognitif, afektif, dan psikomotor yang
dituangkan ke dalam penyusunan bahan-bahan kurikulum pendidikan dapat
mengembangkan semua potensi jiwa anak.
b. Metode atau cara belajar dengan
drill hingga sekarang masih tetap relevan diterapkan, misalnya, dalam
pembelajaran bahasa asing.
c. Penerapan hukum asosiasi masih
dapat dikuasai oleh siswa dan diingatnya lagi saat diperlukan kembali.
B. Sistem
Psikologi Strukturalisme
Tugas utama psikolog menurut paham psikologi strukturalisme adalah
mencari elemen atau unsur-unsur jiwa dan bagaimana cara membentuk
keseluruhannya. Menurut psikolog strukturalisme sistematika dan penjelasan
mengenai unsur-unsur jiwa dapat ditunjukkan melalui sistem persarafan (neuron).
Jadi, hal itu merupakan pendekatan mentalistik murni pada permasalahan tingkah
laku dan pengalaman manusia.
1) Prinsip sistem psikologi
strukturalisme adalah adanya anggapan bahwa jiwa (mind) manusia terdiri atas
gabungan unsur-unsur jiwa, seperti persepsi, ingatan, pengertian, pikiran,
kemauan, perasaan, dan lain-lain.
2) Sumbangan sistem psikologi
strukturalisme pada pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
a. Paham psikologi strukturalisme
mendorong lepasnya psikologi sehingga berdiri sendiri sebagai ilmu psikologi
lepas dari metafisika atau filsafat.
b. Melahirkan metode eksperimen
dalam psikologi, yaitu metode eksperimen introspeksi.
c. Mendorong berdirinya beberapa
laboratorium psikologi di berbagai negara seperti di Eropa dan Amerika.
d. Mendorong gerakan
eksperimentasi pada psikologi pendidikan.
e. Kemajuan eksperimen pada
psikologi pendidikan juga ikut andil memberikan sumbangan kemajuan pada
pendidikan misalnya dalam bidang belajar.
f. Psikologi strukturalisme
memberikan sumbagan dalam metode mengajar unsur atau metode elemen.
C. Sistem
Psikologi Fungsionalisme
Sistem psikologi fungsionalisme pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat
oleh psikolog William James (1842-1910).
1) Prinsip psikologi
fungsionalisme
Fungsi psikologi fungsionalisme mempelajari kesadaran mental sebagai
lawan dari unsur-unsur mental dan strukturalisme. Psikologi fungsionalisme
menekuni hakikat dan fungsi proses-proses mental dengan menekankan bagaimana
proses-proses itu bekerja.
Menurut Robert S.Woodworth, merumuskan persoalan psikologi sebagai What
men do and why men do it (Apakah yang diperbuat manusia dan mengapa berbuat
begitu).
Menurut Carr, setiap tingkah laku mesti bermotif. Bentuk penting dari
psikologi fungsionalisme. Pertama, menghadapi masalah mengapa dan bagaimana
isi-isi dalam pengertian relasinya pada isi lingkungan sekitarnya. Kedua,
konteks yang mencakup proses biologis adaptasi atau penyesuaian. Ketiga,
menerjemahkan proses mental ke dalam fakta psikologis dan sebaliknya.
Menurut Woodworth memandang bahwa tingkah laku itu bersifat dinamis.
Psikolog tidak hanya mengobservasi tingkah laku, tetapi juga meneliti dinamika
tingkah laku tersebut dengan mengubah rumus S (Stimulus) - R (Responsi) menjadi
S - O (proses fisiologis, neurologis, dan psikis) - R.
2) Sumbangsih sistem psikologi
fungsionalisme dalam pendidikan, antara lain:
a. Ajaran psikologi fungsionalisme
menekankan bahwa tingkah laku adalah adaptasi individu pada situasi hidup yang
baru.
b. Ajaran psikologi fungsionalisme
pada pendidikan adalah Learning by doing. Dengan demikian, kurikulum pendidikan
yang semula lebih banyak bersifat teori kemudian diubah menjadi kurikulum
bersifat praktis.
c. Penelitian-penelitian yang
dilakukan bidang pendidikan, seperti penelitian tentang berbagai problem siswa.
d. Melayani perbedaan-perbedaan
kebutuhan pada anak-anak untuk melaksanakan pendidikan berdasarkan pada
perbedaan individual.
e. Mendorong semangat ingin tahu
pada anak-anak guru membangkitkan semangat belajarnya.
D. Sistem
Psikologi Behaviorisme
Psikologi behaviorisme pertama kali dipopulerkan di Amerika Serikat oleh
John Broadus Watson (1878-1958). Behaviorisme artinya serba tingkah laku. Psikologi
behaviorisme adalah psikologi tingkah laku dan menekankan pada tingkah laku.
1) Prinsip psikologi behaviorisme
Menurut Watson tujuan psikologi behaviorisme dengan meramalkan responsi
dan mengendalikan tingkah laku manusia (dan hewan). Namanya kesadaran bukan
masalah pokok penelitian sedangkan unit tingkah laku berupa refleks atau
hubungan S - R. Tingkah laku tersusun atau unsur-unsur respons dan dapat
dianalisis secara tuntas dengan metode ilmiah objektif. Metode penting dalam
psikologi behaviorisme adalah pengondisian. Setiap respons mempunyai
stimulusnya yang efektif dan setiap tingkah laku ada sebab-sebab tertentunya
atau ada determinisme efektifnya.
2) Sumbangan sistem psikologi
behaviorisme dalam pendidikan, antara lain:
a. Psikologi behaviorisme telah
memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam perkembangan dunia pendidikan
dalam hal belajar dan motivasi.
b. Psikologi berhaviorisme
berhasil menyelesaikan perdebatan kontroversial antara pendekatan-pendekatan
mentalistik dan mekanistik terhadap tingkah laku manusia.
c. Psikologi behaviorisme banyak
memberikan perhatian kepada semua bidang psikologi, misalnya pada masalah emosi
dan perilaku kanak-kanak.
d. Psikologi behaviorisme telah
memberikan metode baru dalam pengajaran yang terkenal dengan belajar berprogram
dan mencapai suskes di berbagai negara.
e. Psikologi behaviorisme
memandang penting pada lingkungan sekitar dan dampaknya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan manusia.
f. Psikologi behaviorisme percaya
bahwa semua perilaku dipelajari dalam proses interaksi yang konstan dengan
lingkungan sekitarnya.
g. Psikologi behaviorisme telah
mengembangkan metode baru dalam teknik-teknik pelayanan pada para penderita
penyesuaian yang salah atau yang disebut dengan maladaptasi.
E. Sistem
Psikologi Analisis
Seorang psikoterapi bernama Sigmund Freud (1856-1939) menemukan paham
baru tentang psikologi yakni analisis asosiasi bebas atau psikoanalisis.
Psikoanalisis dalam perkembangannya dipandang sebagai suatu sistem psikologi
tersendiri dengan nama sistem psikoanalisis.
1) Prinsip sistem psikoanalisis
Penemuan Freud yang penting adalah analisis kehidupan jiwa yang tidak
disadari dan penyajian struktur jiwa secara topografis untuk menggambarkan
kepribadian manusia. Bagian yang tidak sadar itu pun merupakan bagian
kepribadian yang amat penting.
Freud membagi kualitas proses kejiwaan menjadi tiga macam, yaitu
proses-proses kesadaran, proses-proses prasadar, dan proses-proses tidak sadar.
Proses kesadaran berhubungan dengan gejala-gejala dari luar yang
sungguh-sungguh disadari. Proses prasadar terletak di antara proses sadar dan
proses tidak sadar. Proses prasadar merupakan kumpulan pengalaman-pengalaman
yang dapat atau sanggup disadari jika kita inginkan. Sedangkan proses tidak
sadar, merupakan fenomena yang tidak kita sadari dan tidak dapat ditembus
kecuali dengan kondisi tertentu, misalnya dengan teknik hipnosis.
Menurut teori psikoanalisis,
struktur kejiwaan manusia terdiri dari Id, Ego, dan Super Ego. Struktur
kejiwaan menurut Freud adalah kepribadian. Isi lapisan Id berupa
dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu yang sangat kuat dan bersifat pembawaan yang
secara hakiki tidak disadari oleh individu manusia yang bersangkutan. Lapisan
prasadar dapat menjadi sadar jika ditarik ke atas menjadi sadar (diinginkan),
tetapi jika tidak ingin dimunculkan ke kesadaran lama-kelamaan masuk ke alam
tidak sadar. Lapisan ego hanya merupakan bagian yang sangat kecil, sifatnya
yakni: semuanya disadari, bersifat logis, rasional, bertugas menghadapi
kenyataan dalam lingkungan sekitar yang nyata.
F. Sistem
Psikologi Gestalt
Teori gestalt dikemukakan oleh Max Wertheimer dari temuannya yang sangat
terkenal phy phenomenon. Ini merupakan ilusi yang dialami langsung oleh manusia
dan dapat terjadi di setiap saat dan sembarang tempat.
Teori gestalt berangkat dari asumsi dasar manusis sebagai pemroses
informasi. Contohnya, ketika seorang sedang berada di stasiun kereta api
seorang duduk di dalam kereta api yang diam. Sesaat ketika di samping kita
terdapat kereta api lain sedang bergerak cepat, maka seolah-olah kereta api
yang kita tumpangi juga ikut bergerak.
Dalam teori gestalt, adanya kemampuan memproses informasi merupakan
penanda harkat kemanusiaan yang tertinggi. Descartes mengatakan bahwa “Saya
berpikir karena itu saya ada”. Ajaran ini memotivasi seseorang untuk berpikir
yang baik tentang dirinya sendiri, di samping mendorong orang memilih
lingkungan yang pas dengan dirinya.
BAB IV
PRINSIP DASAR PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN MANUSIA
A. Pertumbuhan
dan Perkembangan Manusia
Pertumbuhan pada manusia berhubungan dengan adanya perubahan-perubahan
yang terjadi pada aspek biologis (jasmani), meliputi anatomi dan fisiologi.
Seiring dengan pertumbuhan jasmani pada fetus juga mengalami
perubahan-perubahan ke arah kejiwaan (nonjasmaniah). Perubahan-perubahan yang
berkisar pada kejiwaan seseorang sering disebut perkembangan manusia.
Perkembangan anak didasarkan pada usia anak mempunyai tahapan-tahapan
sebagai berikut.
Perkembangan anak usia 1 tahun
dicirikan keadaan fisik dan motorik kasar, anak mampu berjalan beberapa langkah
dengan dititah bagian 1 tangannya. Perkembangan keadaan kognitig dan bahasa,
anak telah mempunyai kosakata lebih selain “mama”, “papa”, dan “dada”.
Perkembangan kemampuan sosial dan emosional anak dapat menyesuaikan diri saat
mengenakan pakaian.
Perkembangan anak usia 2 tahun
dicirikan keadaan fisik dan motorik kasar anak telah mampu berlari dengan jarak
dekat dengan baik, berjalan mundur tanpa kehilangan keseimbangan, mampu
menendang bola tanpa jatuh, mampu berdiri dan menangkap bola. Perkembangan
keadaan fisik dan motorik halus anak mampu menumpuk 7 kubus, coretan sirkuler,
meniru garis horizontal, dan melipat kertas. Perkembangan keadaan kognitif dan
bahasa anak mampu membuat kalimat dengan subjek, predikat, dan objek.
Perkembangan anak yang baik ditentukan oleh keadaan otak anak.
Perkembangan otak merupakan sebuah interaksi yang sangat kompleks antara faktor
genetik dan stimulasi dari lingkungan. Perkembangan otak meliputi perkembangan
sinaps yang menghubungkan sel-sel sarag yang membangun sirkuit di otak,
peningkatan ukuran sel-sel saraf, peningkatan jumlah sel-sel penunjang serta
pembentukan selubung saraf.
Orangtua dapat memberikan asupan nutrrisi yang cukup kepada anak berupa
makanan dan atau minuman dengan kandungan zat-zat Docosahecaenoic Acid (DHA),
Linoleic Acid (LA), Frukto-oligosakarida (FOS), dan Galakto-oligosakarida
(GOS). DHA adalah komponen yang sangat dibutuhkan pada otak pada saat mengalami
perkembangan.
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh hereditas (faktor keturunan) dan
lingkungan tempat tinggalnya. Hereditas merupakan kekuatan yang terbawa atau
diturunkan dari generasi tua kepada generasi muda melalui perantara sel-sel
benih, bukan melalui sel-sel somatis atau sel-sel badan.
B. Hukum
Perkembangan Manusia
Hukum-hukum perkembangan manusia yang telah dikenal dalam pembahasan
psikologi pendidikan ada delapan hukum, yaitu (1) hukum tempo perkembangan,
yakni setiap anak mempunyai masa atau waktu tertentu untuk mengembangkan suatu
kemampuan, (2) hukum irama perkembangan, yakni waktu yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu fungsi jiwa ada yang panjang dan pendek, (3) hukum atau
teori masa peka dalam perkembangan, yakni fungsi-fungsi tumbuh dan berkembang
pada saat-saat tertentu dengan menunjukkan keistimewaan, (4) hukum atau teori
rekapitulasi perkembangan, yakni perkembangan anak mengulang generasi
sebelumnya, (5) hukum atau teori masa menentang, yakni perkembangan anak pada
masa-masa tertentu bersikap melawan, membandel, pada orangtuanya, (6) hukum
atau teori eksplorasi, yakni dalam permainan anak-anak terdapat sifat
mencari-cari dan menemukan sesuatu, (7) hukum atau teori tentang batas-batas
perkembangan, yakni perkembangan anak memiliki batas-batas tertentu, seperti
dibatasi oleh pembawaan, pengaruh lingkungan yang kuat, dan lain sebagainya,
(8) hukum atau teori konvergensi, yakni mengatasi permasalahan yang diajukan
oleh teori nativisme dan teori empirisme. Teori nativisme mengatakan bahwa
perkembangan anak tergantung dari pembawaan si anak yang bersangkutan.
Pembahasan hukum atau teori perkembangan anak dalam bidang pendidikan
antara lain sebagai berikut.
1) Mendidik dan mengajar anak
(siswa) harus memerhatikan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Mendidik anak (siswa) harus
dilakukan saat anak dalam masa peka.
3) Sewaktu pendidik menjalankan
tugas mendidik anak agar efektif perlu diciptakan kondisi-kondisi luar yang
efektif dan kondusif.
4) Mendidik anak perlu
memerhatikan keadaan di luar diri anak untuk lebih mendukung pertumbuhan dan
perkembangannya.
Dalam berbicara mengenai kapasitas seorang anak dan merealisasikannya,
yakni jika seseorang mempunyai kapasitas tinggi tetapi lingkungannya buruk,
realisasinya akan rendah. Kebalikannya, jika seseorang dengan kapasitas rendah
tetapi ia dididik dalam lingkungan yang baik, ia akan merealisasi potensinya
secara optimum.
Implementasi pendagogis dari warisan hereditas dan kapasitas dasar anak
harus dipertimbagankan dengan potensi dasar yang dimiliki oleh anak atau
individu yang bersangkutan. Setelah mengetahui potensi-potensi dasar yang
dimiliki oleh anak yang bersangkutan baru kemudian pendidik menciptakan
lingkungan yang cocok untuk tumbuh kembang anak yang bersangkutan agar mereka
dapat merealisasinya secara optimum.
C. Manfaat
Bermain untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Dunia anak tidak dapat dilepaskan begitu saja dengan dunia bermain.
Bermain bagi anak tidak selamanya berdampak negatif bagi perkembangan jiwa
anak. Menurut Khairudin Bashori (2005), cara bermain yang paling baik adalah
bermain yang bersifat tradisional seperti permainan dulu terdapat di pedesaan.
Selain itu, anak menjadi lebih baik jika dikembangkan pola “umbaran” atau anak
diberikan waktu bermain atau diminta untuk bermain pada saat-saat yang tepat di
luar jam sekolah atau di luar jam belajar di rumah. Jadi, anak tidak harus
diketati, dikurung karena adanya kekhawatiran pada anak oleh adanya salah gaul
(Idrus, 2005).
Seto Mulyadi (1999), dalam Krisdyatmiko (Ed.), memaparkan berbagai jenis
bermain aktif dan pasif dari anak. Menurut catatannya, beragam jenis bermain
aktif itu antara lain bersifat bebas dan spontan, bermain drama, berkhayal, dan
bermain konstruktif. Berbeda dengan kegiatan bermain aktif, pada kegiatan
bermain pasif atau hiburan merupakan jenis bermain dengan anak memperoleh
kegembiraan melalui usaha yang dilakukan oleh orang lain seperti menonton
televisi, mendengarkan dongeng, dan sebagainya.
Dalam menyajikan dan memberikan permainan kepada anak, agar permainan
anak sebagai satucmetode yang baik dan efektif bagi pengembangan potensi dan
kreativitas anak tidak terlepas dari peran bimbingan orangtua atau guru secara
optimal. Selain itu, ketekunan memberikan sesuatu yang sifatnya terbaik bagi
anak oleh orangtua unggul sedikit banyak akan berpengaruh pada pembentukan sifat
anak.
Orangtua unggul hendaknya bisa mengambil sikap bijak dalam menilai
kegiatan bermain bagi anak. Tidak selamanya bermain akan membodohkan anak kita.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keunggulan
Buku
Buku “Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru” karangan Purwa Atmaja
Prawira sebagai media sumber pembelajaran memiliki beberapa keunggulan yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemanfaatannya. Keunggulan
tersebut diantaranya yaitu:
1. Keterkaitan antara bab dalam
penjelasan materi, yakni :
Penjelasan materi disusun
secara kompleks yakni pengarang menjabarkan terlebih dahulu sejarah dan
perkembangan psikologi pendidikan, selanjutnya ruang lingkup psikologi
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan, prinsip psikoogi pendidikan, kecerdasan,
perbedaan individu dari aspek fisik kemudian menjelaskan mengenai belajar dan
teori untuk memotovasi belajar tersebut, dan penjelasan terakhir mengenai
pengukuran dan penilaian (evaluasi) kemampuan psikis individu.
Penulisan bahasa yang digunakan
sesuai EYD.
Penyusunan isi setiap bab
terstruktur, dan menarik serta menggunakan ukuran tulisan yang sesuai sehingga
memudahkan seseorang membaca buku tersebut.
Pada setiap akhir penjelasan
suatu materi, pengarang menuliskan beberapa kesimpulan, tetapi penulisan pada
kesimpulan tersebut tidak secara langsung bisa kita ketahui.
Terdapat beberapa penulisan
kata dari bahasa Inggris yang dapat menambah kosa kata bagi pembaca seperti
individual, drill, Psysiologische, psychology is the science of behavior,
counscious attention, dan lainnya.
Banyak ditemukan
penjelasan-penjelasan teori yang diambil dari pendapat ahli atau buku dan
dituliskan dalam bentuk bahasa Inggris. Seperti, dalam penjelasan materi dalam
bab Hakikat Belajar: menurut Arthur J. Gates, dalam belajar adalah suatu proses
aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan
(dipertimbangkan). Belajar adalah penguasaan kebiasaan-kebiasaan (habitual),
pengetahuan, dan sikap-sikap (learning is an active process that need to be
stimulated and guided toward desirable outcome. Learning is the acquisition of
habits, knowledge, and attitudes).
2. Kemutakhiran
isi buku
Penjabaran materi yang terkait
dengan psikologi pendidikan di dalam buku utama, dapat dipakai untuk mendukung
pengetahuan mengenai perilaku dan cara belajar peserta didik di zaman sekarang.
Banyaknya permasalahan yang dijelaskan dalam buku ini sesuai dengan keadaan
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan peserta didik di Indonesia sekarang.
Pada bab akhir mengenai pengukuran dan penilaian psikis individu, dapat dilihat
bahwa, pengarang berusaha memberikan apa saja bentuk penilaian dan pepengukuran
psikis peseta didik berupa tes seperti tes kecerdasan, tes kemampuan dasar, tes
bakat khusus, tes bakat seni, tes kepribadian, tes sikap, dan tes verbal dimana
setiap tesnya pengarang memberikan indikaor dari tes yang bersangkutan guna
mengetahui seberapa besar dan bagaimana kemampuan peserta didik tersebut.
B. Kelemahan
Buku
Selain mempunyai keuggulan, Buku “Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif
Baru” karangan Purwa Atmaja Prawira memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan
tersebut diantaranya yaitu:
Tidak terdapat indikator yang
harus dicapai oleh pembaca yang biasanya dituliskan pada setiap awal bab.
Hanya terdapat beberapa gambar
dalam buku ini sehingga agak membosan kan ketika dibaca dan karena dengan
memberi gambar akam memberikan penjelasan yang lebih.
Pada perbandingan antara buku,
ditemukan bahwa dalam buku utama penjabaran teori belajar dijelaskan melalui
pendapat ahli seperti teori belajar menurut pavlov dan Hull sehingga penjabaran
teori belajar tersebut tidak terstruktur jika dikaitkan dalam penjabaran teori
belajar berdasarkan buku pembanding yaitu macam-macam teori belajar seperti
teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivitis.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini ialah
Studi ilmiah dalam psikologi
pendidikan muncul pada abad ke-19 dengan mengemukanya William James sebagai
Bapak Psikologi Pendidikan yang telah menerbitkan karyanya berjudul Principles
of Psychology (1890) dan Talks to Teachers. Kemudian pada 1914 E.L.Thorndike
menulis dan menerbitkan bukunya berjudul Educational Psychology (3 jilid).
Sumbangan psikologi pendidikan
dalam teori pendidikan sangat banyak, diantaranya sebagai berikut: (1) untuk
memahami karakteristik perkembangan anak, (2) untuk memahami hakikat belajar
siswa dalam kelas, (3) untuk memahami adanya perbedaan individual, (4) untuk
memahami metode mengajar yang efektif, (5) untuk memahami problem anak-anak,
(6) memberi pengetahuan kesehatan mental, (7) membantu penyusunan kurikulum
pendidikan berdasarkan pada tingkatan perkembangan anak-anak, (8)memberi
pengetahuan dalam usaha pengukuran hasil belajar siswa, (9) berguna melakukan
penelitian, (10) memberi bimbingan kepada kelainan-kelainan anak, (11) membantu
pengembangan sikap-sikap anak yang baik, (12) untuk mengetahui dinamika
kelompok anak-anak.
Sumbangan psikologi pendidikan
dalam praktik pendidikan sebagai berikut: (1) metode atau cara yang diterapkan
kepada anak bernilai edukatif dan lebih bijaksana, (2) penggunaan alat-alat
pendidikan modern, (3) pelaksanaan administrasi sekolah secara modern, (4)
penyusunan daftar pelajaran sekolah secara baik, (5) mengatur kegiatan
kokurikuler, (6) penggunaan penemuan metode baru dalam psikologi pendidikan,
(7) menyusun buku teks dan buku pegangan guru sampai pembuatan lembar kerja
siswa.
Suatu sistem psikologi
pendidikan adalah suatu konsep tertentu mengenai psikologi dan mempunyai
prinsip-prinsip tertentu yang berbeda dengan sistem psikologi lainnya. Banyak
sistem psikologi pendidikan, diantaranya sistem psikologi pendidikan daya,
psikologi strukturalisme, sistem psikologi fungsionalisme, sistem psikologi
behaviorisme, sistem psikologi dalam (psikoanalisis), dan sistem psikologi
Gestalt.
Menurut Seto Mulyadi (1999),
dalam Krisdyatmiko (Ed.), memaparkan berbagai jenis bermain aktif dan pasif
dari anak. Beragam jenis bermain aktif itu antara lain bersifat bebas dan
spontan, bermain drama, berkhayal, dan bermain konstruktif. Berbeda dengan kegiatan
bermain aktif, pada kegiatan bermain pasif atau hiburan merupakan jenis bermain
dengan anak memperoleh kegembiraan melalui usaha yang dilakukan oleh orang lain
seperti menonton televisi, mendengarkan dongeng, dan sebagainya..
B. Saran
Dalam laporan ini penulis memiliki harapan agar pembaca memberikan kritik
dan saran yang membangun. Karena penulis sadar dalam penulisan laporan ini
terdapat begitu banyak kekurangan. Dan sejalan dengan kesimpulan diatas,
penulis merumuskan saran sebagai berikut.
Dengan adanya laporan hasil
kritikan buku ini dalam penerapan disiplin dua ilmu yang berbeda, yakni
pendidikan dan psikologi ini, diharapkan pembaca sebagai mahasiswa calon guru,
guru dan sekolah-sekolah sebagai lembaga pendidikan atau berperan penting dalam
pendidikan mampu menggodok para pelajar bisa menjadi manusia yang benar-benar
berkualitas, dan rangkaian proses pembelajaran tersebut seyogianya dilakukan
tidak hanya untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menggali, menemukan,
dan menempa potensi yang dimiliki, tetapi juga dapat mengembangkannya tanpa
menghilangkan karakteristik masing-masing sebagai pribadi.