BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945,
bukanlah merupakan sesuatu hal yang mudah. Realitas globalisasi dan modernisasi
dilengkapi dengan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya. Dampak negatif
dari globalisasi, modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu besarnya
terhadap perkembangan generasi-generasi bangsa ini tentunya bukan merupakan
rahasia lagi. Hampir tiap hari kita disuguhi dengan informasi-informasi
mengenai pelajar yang membolos sekolah dan keluyuran di jalanan, pelajar yang
terlibat perkelahian, pelajar yang terlibat perilaku seks bebas, pelajar yang
terlibat penyalahgunaan narkoba dan masih banyak lagi.
Realitas perilaku para pelajar sebagaimana telah digambarkan diatas,
jelas sangat menuntut keterampilan para tenaga pendidik dalam memahami
perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik para pelajar jika menginginkan
para pelajar tersebut tidak gagal di bangku sekolah dan tidak kehilangan masa
depan mereka.
Ilmu psikologi pendidikan adalah ilmu yang sangat penting dikuasai oleh
seorang guru sebagai pendidik dan pengajar. Guru dalam menjalankan perannya
sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang
berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga
dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat
memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Peranan psikologi dalam dunia pendidikan sangatlah penting dalam rangka
mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antara setiap faktor
pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang
sangat penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi
pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang
yang menyadari dirinya sebagai pendidik.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih
psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Disinilah pentingnya penguasaan
psikologi pendidikan bagi para tenaga pendidik dan disinilah pentingnya peran
seorang Psikolog dalam dunia pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, pentinglah
bagi para pendidik tidak terkecuali para calon pendidik untuk memperdalam
pengetahuan mengenai Ilmu Psikologi Pendidikan maka dari itu penulis tertarik
untuk mengkritik buku Psikologi Pendidikan guna menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai Psikolgi Pendidikan dan untuk lebih baik lagi kedepannya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari critical book ini ialah utuk memenuhi tuntutan tugas
mata kuliah “Psikologi Pendidikan”, dan untuk mengetahui apa itu Psikologi
Pendidikan dan peran Psikologi dalam Pendidikan.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan yaitu untuk menambah wawasan bagi mahasiswa dan
pembaca serta utuk mengasah intelektual dalam mendalami isi buku, khususnya
pemahaman mengenai Psikologi Pendidikan. Manfaat lainnya yaitu memberikan
masukan bagi pembaca mengenai isi buku, kelemahan, kelebihan, serta
perbandingan teori dalam buku ini dengan buku lain.
Baca Juga Postingan Lain Dari Blog Ini !!
Kumpulan Critical Book Report [Tersedia >50 Jenis CBR]
Critical Journal Report [Tersedia > 40 Jenis]
Contoh Laporan Mini Riset [Tersedia >25 Jenis]
Kumpulan Makalah Berbagai Jenis Tema [Tersedia >100 Jenis]
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 IDENTITAS BUKU
Judul : Psikologi Pendidikan
Penulis : Samuel Soeiteo
Penerbit : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 1982
Tebal Buku : iii+107
halaman
Judul : Psikologi Belajar
Penulis : Drs. H Abu Ahmad dan Drs. Widodo Supriyono
Penerbit : Rineka Cipta
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2004
Tebal Buku : x+243
halaman
2.2 RINGKASAN ISI BUKU
BAB I Pendahuluan
Istilah 'psikologi' berasal dari kata kata Yunani 'psyche'= jiwa dan
'logos'= ilmu. Perkembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan sosial
dan kemanusiaan banyak tergantung dari perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Menurut sejarah perkembangannya di Eropa, psikologi mula-mula sangat bersifat
filosofis. Pada awal abad XVII Descartes membatasi diri dengan menyelidiki
hanya gejala-gejala kesadaran manusia. Segala sesuatu yang terdapat di luar
kesadaran dianggap tidak ada atau tidak berarti. Pandangan ini akhirnya
ditinggalkan dan daya-daya tadi dianggap proses yang berhubungan satu sama
lain.
Perkembangan psikologi selanjutnya menunjukkan lakuan bahwa Disamping
kesabaran terdapat ketidaksadaran, dan bahwa hal yang tidak disadari itu besar
pengaruhnya atas hal-hal yang disadari. Bidang ketidaksadaran dan bidang di
bawah sadar juga menjadi objek psikologi. Penjelajahan di bidang ini Hingga
kini masih terus dilakukan.
Perumusan perumusan baru yang didasarkan atas hubungan antara psikologi
dan antropologi yang bersama-sama berusaha mencari jawaban atas
pertanyaan:'apakah manusia itu?'. Dalam psikologi lama manusia ada kalanya
dipandang sebagai objek yang tidak berbeda dengan objek ilmu alam dan ilmu
pasti, atau sebagai suatu kumpulan gejala-gejala fisiologis belaka, atau
sebagai suatu'unitas multiplex', tetapi tetap sebagai manusia terisolasi, maka psikologi
dewasa ini berpegang pada kenyataan Hakiki, bahwa manusia adalah makhluk yang
terus menerus aplikasi kan diri dalam suatu alam (lingkungan), usia yang tidak
henti-hentinya dengan alam sekitarnya, manusia yang tidak terisolasi. Manusia
bukan sekedar 'hidup', melainkan adalah suatu eksistensi bukan sekedar 'Sein',
tetapi suatu 'mitsein'.
Dengan demikian, manusia tunggal terisolasi seperti yang ada dalam
bayangan atau khayalan para ahli psikologi sebelumnya abad XX sama sekali tidak
mendapat tempat lagi dalam pikiran para ahli psikologi modern.
Akhirnya psikologi menjadi:'The study of interpersonal relations'. Objek
penelitian psikologi ialah: Tingkah laku dan penghayatan manusia dalam
hubungannya dengan situasinya. Disamping psikologi umum, timbul psikologi
khusus: Psikologi Anak,(ilmu tentang tingkah laku dan penghayatan manusia dalam
relasinya sebagai anak dan dalam relasinya dengan alam sekitarnya), Psikologi
Pendidikan,(ilmu tentang tingkah laku dan penghayatan manusia dalam situasi
pendidikan) dst.
Pembagian Psikologi
Titcherner memberikan pembagian yang berikut:
I. Psikologi hidup kejiwaan yang
normal:
A. Psikologi individu
1. Psikologi Manusia
a. Psikologi Umum : Tentang manusia berbudaya yang
normal.
b. Psikologi Khusus : Psikologi anak dsb.
c. Psikologi Diferensial : Tentang perbedaan individual
d. Psikologi Genetis :Tentang
perkembangan psikhis sepanjang hidup manusia.
2. Psikologi hewan (dapat
mengikuti pembagian pada A.1)
3. Psikologi perbandingan :
Tentang perbandingan berbagai taraf perkembangan: Anak, orang primitif, orang
gila, hewan.
B. Psikologi kolektif
1. Psikologi bangsa-bangsa :
Tentang hidup suatu bangsa yang nampak pada bangsa, dongeng-dongeng, hukum
adat, kebiasaan dan tradisi.
2. Psikologi ethnologis :
Psikologi diferensial berbagai bahasa
3. Psikologi kelas : Psikologi
diferensial berbagai suku, kelas/ kelompok masyarakat dsb.
II. Psikologi hidup kejiwaan yang abnormal
Metode Penelitian Dalam Psikologi
Penelitian dapat dilakukan:
a. Di dalam diri manusia: Hanya
dapat diselami oleh manusia itu sendiri: Intropeksi, retrospeksi
b. Di luar diri manusia: Dapat
diselami oleh orang lain yang ada hubungannya dengan langsung: Ekstropeksi,
deskripsi, eksperimen, observasi.
c. Diluar subyeknya: Dapat
diselami oleh orang lain dengan perantaraan atau melalui tulisan dsb: Angket,
biografi, buku harian, karangan-karangan dll.
BAB II Sedikit Tentang Psikologi
Terapan
Psikologi Dalam Kehidupan
Sehari-Hari
psikologi terapanpan tidak dapat ditambahkan pada deretan strukturalisme,
dinamisme, behaviorisme, gestalt dsb. Psikologi terapan tidak dapat Menyusun
data-data hasil penyelidikan secara sistematis dalam suatu uraian yang memadai
tetapi setiap saat psikologi terapan dapat disajikan sebagai jumlah keseluruhan
pengetrpan dalam bidang tertentu yang sudah, sedang dan akan dilakukan. Itu
sebabnya, sehingga Alangkah baiknya bila digunakan istilah psikologi yang
diterapkan daripada psikologi terapan. Jadi, bidang psikologi murni dan bidang
psikologi terapan tidak dapat dipisahkan secara tajam.
Tes psikologi terapan ialah problem penyesuaian pada individu maupun
kelompok individu terhadap situasi hidup. Penyesuaian itu dapat berlaku bagi
individu tertentu terhadap lingkungan tertentu atau sebaliknya. Penyesuaian itu
juga diperlukan bila terjadi perubahan baik pada individu maupun pada
lingkungan. Dasar penyesuaian ini terletak pada kenyataan bahwa individu yang
satu berbeda dengan individu yang lain. Individu yang berbeda satu sama lain
dapat diberi kemungkinan dan kesempatan menyesuaikan diri dengan jalan
Memberikan latihan kepadanya, jalan memilihkan lingkungan yang sesuai baginya,
agar individu dapat mencapai secara maksimal produktivitas sosial dan
kesejahteraan Individual.
Psikologi Dalam Pendidikan
Antara kedua bidang Psikologi dan Pendidikan telah lama terdapat
kerjasama yang erat, sehingga psikologi umum telah dipercaya oleh hasil
penyelidikan penyelidikan yang menyangkut pertama-tama dan terutama bidang
pendidikan, yang kemudian merupakan bagian-bagian penting dalam Psikologi
Pendidikan.
Proses Pendidikan
Pada mulanya pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses tunggal yang
meliputi latihan 'akal budi','pembentukan watak' dan 'penyerahan kebudayaan'.
Pada tahap berikutnya 'akal budi' analisis menjadi 'kemampuan' yang
terpisah-pisah dan efektivitas pendidikan dan pengajaran tergantung dari
keadaan kemampuan-kemampuan itu. Kemudian kemampuan-kemampuan itu seperti
ingatan, naluri, imitasi, persepsi, perhatian dan kemauan mengalami
penganalisaan lebih lanjut.
Aplikasi dari proses analisa itu menunjukkan bahwa mempelajari suatu mata
pelajaran, misalnya berdiri, ternyata bukan aktivitas tunggal, baik bagi guru
maupun bagi murid, melainkan meliputi berbagai proses elementer yang
masing-masing perhatian mendapatkan perhatian sepenuhnya. Dalam berhitung
terdapat pengertian pengertian tentang bilangan, pengalian, pembagian dsb.
Tidak hanya mata pelajaran berhitung perlu diperinci sampai proses yang paling
elementer, tetapi juga tiap operasi dalam tiap proses elementer itu perlu
dianalisa.
Operasi sederhana dalam penjumlahan ini memerlukan berbagai langkah.
Pemupukan kebiasaan itu menjadi tugas guru yang mengajar dan murid yang
belajar. Mungkin terjadi salah langkah. Jadi, kecuali perlu dipelajari
langkah-langkah yang tepat, maka proses perbaikan langkah yang salah tidak
boleh diabaikan. Kesulitan yang dihadapi tiap murid berbeda-beda.
Sejalan dengan apa yang diuraikan di atas kemauan anak juga dianalisa
menjadi unsur-unsur motivasi dan emosi.
Proses penganalisaan tingkah laku ke arah unit-unit yang makin kecil itu
dapat berjalan terlalu jauh sehingga yang reaksi berlawanan arah dapat terjadi.
'Material' Untuk Pendidikan
Tugas pendidikan adalah berusaha mengadakan perubahan tingkah laku atau
perasaan individu yang dididik. Hakikat asli manusia, pembawaan yang ada sejak
lahir, untuk dapat bereaksi, menerima, luas dan batas kemampuan, kekuatan dan
kelemahan anak perlu dipelajari guru nya atau melalui pelbagai pengalaman
pahit. Sifat-sifat asli itu hanya digambarkan secara samar-samar dan pendidikan
bertugas untuk menggunakan pengetahuan itu dalam usahanya untuk mempersiapkan
individu mencapai efektivitas dalam lingkungan tempat ia kelas harus hidup.
individu sebagai unit dalam pendidikan modern
Pengetahuan tentang perbedaan antar individu, tentang cara menanganinya,
menyebabkan berbagai akibat dalam pendidikan yang mendasari semua perbedaan
penyampaian pendidikan dan pengajaran, semua bimbingan dan nasehat.
Sifat khas pendidikan modern pengenalan perbedaan individual dalam
perkembangan mental dan mengterapkan pemandangan itu dalam cara pengelompokan,
menyelenggarakan disiplin, cara mendidik dan mengajar.
Pengembangan Individu Melalui
Pendidikan
Adalah menjadi tugas pendidik untuk melihat dengan pasti bahwa pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan itu telah dikuasai melalui jalan yang tepat,ekonomis
dan bertahan lama. Semua hukum belajar-mengajar, pengetahuan tentang Ingatan,
prinsip dalam pembiasaan, hambatan, lupa dsb pa.sangat penting dalam
mengoprasikan kelas, laboratorium, perpustakaan dll.
pendidikan modern bukan saja berusaha agar aktivitas kurikulum dan
ekstra-kurikulum disesuaikan dengan perbedaan individual, tetapi kelas dan
metode khusus digunakan untuk mereka yang lemah mental, mereka yang
terbelakang, mereka yang cepat matang, mereka yang cacat jasmaniah, mereka yang
tuli, buta dsb. Juga tersedia kelas dan metode untuk mereka yang lemah dalam
membaca, berhitung, untuk pembolos, untuk mereka yang keras kepala, agar mereka
tidak menjadi sumber Kerajaan, berkat penelitian ilmiah yang serius.
Pengukuran Hasil Pendidikan
Pengukuran taraf intelektual pada mulanya berasal pada kebutuhan akan
ukuran-ukuran seperti itu oleh sekolah. Pedagogik mengharapkan, bila mungkin,
menyeleksi murid untuk mendapatkan kelompok-kelompok dengan pembawaan yang sama
agar dapat mengikuti eksperimen dengan kondisi yang sama pula. Pengukuran
mental seseorang memberi kemungkinan-kemungkinan makan jauh sebelumnya, tentang
perkembangan akademik atau vokasionalnya, agar dapat dihindari kerugian yang
dialami masyarakat, orang tua, anak didik dan mengurangi keresahan orang tua,
dan usaha yang sia-sia di pihak guru dsb.
Pendidikan Kepribadian
Penelitian dan pendidikan pribadi-pribadi yang salah sesuai dengan
teori-teori tentang penyesuaian diri yang salah mendorong para ahli untuk
menaruh perhatian pada tahun-tahun pertama kehidupan anak sebagai periode yang
penting dalam perkembangan kepribadian seseorang. Sebagai konsekuensi, maka
perbaikan penyesuaian diri yang salah selama tahun-tahun sebelum masa sekolah
dan pembinaan kepribadian yang baik menjadi tanggung jawab sekolah dasar.
Pendidikan Orang Dewasa
Karena pendidikan berjalan seumur hidup, maka proses penyesuaian diri
tidak ada henti-hentinya. Lingkungan, terutama lingkungan sosial terus menerus
berubah. Dengan demikian, pendidikan orang dewasaan akan tetap diperlukan.
BAB III Arti Dan Fungsi Psikologi
Dalam Pendidikan
Tujuan Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan bertujuan untuk:
a. Memberi orientasi mengenai
lapangan studinya.
b. Mengemukakan masalah masalah
yang hingga kini terdapat di dalam man yang dipengaruhi oleh psikologi
pendidikan.
c. Meneliti faktor manusia dalam
proses pendidikan dan pengajaran.
Pengertian Pendidikan
Pendidikan ialah segala usaha yang dilakukan dengan sadar, dengan tujuan
untuk mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diharapkan. Yang dimaksud
dengan tingkah laku ialah respons atau aktivitas, segala sesuatu yang dilakukan
seseorang. Menyukai seorang guru, berbicara dengan orang lain, memikirkan
pemecahan sebuah soal matematika, membaca buku, menikah, mencari pekerjaan
semua itu adalah tingkah laku, aktivitas atau respons seseorang. Ada tingkah
laku yang dapat diamati, ada pula yang harus disimpulkan dari aktivitas yang
dilakukan.
Arti dan Fungsi Psikologi Dalam
Pendidikan
Seorang pendidik hendaklah mempunyai pandangan yang luas tentang manusia,
hidup dan dunia. Seorang pendidik perlu menggunakan hasil-hasil penyelidikan
psikologi dalam tugasnya, sehingga ia mengerti apa yang diharapkan dari anak
didiknya dan dengan penuh harapan, kepercayaan dan keyakinan bahwa jalan untuk
mencapai Harapan itu terbuka baginya.
Psikologi pendidikan, psikologi yang diterapkan dalam bidang pendidikan,
banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum,
penentuan prosedur mengajar-belajar. Psikologi pendidikan memberikan jalan
untuk mendapatkan 2 pemecahan atas masalah-masalah.
Psikologi dan Pendidikan
Ada dua pandangan yang ekstrim mengenai hubungan antara psikologi dan
pendidikan. Pandangan yang satu sangat optimis, menganggap psikologi sebagai
apotik yang menyediakan obat-obat psikologis untuk berbagai 'penyakit' dalam
pendidikan, bahkan menyiapkan obat untuk segala jenis penyakit. Pandangan yang
lain sangat pesimistis. Psikologi bekerja lebih banyak dengan situasi-situasi
buatan dalam Laboratorium, dengan tikus dan kelinci, tetapi tidak atau kurang
bekerja dengan manusia, dan Dengan demikian tidak relevan dengan praktek dunia
pendidikan. Penilaian yang tepat terletak diantara kedua pandangan itu.
Guru, Orang Tua dan Administrator
Oleh karena gurulah terutama yang menggunakan psikologi pendidikan, maka
rasanya dapat dibenarkan bila kita menyoroti terlebih dahulu masalah-masalah
yang mereka hadapi.Guru terbagi dalam dua kelompok: Calon guru dan guru (yang
sudah berpengalaman). Calon guru- murid sekolah pendidikan guru atau mahasiswa
pada universitas/institut yang mendidik calon guru, biasanya lebih tertarik
pada problem praktis yang mendesak. guru yang berpengalaman pada umumnya sudah
tidak perlu merasa takut dan cemas lagi menghadapi situasi- situasi tertentu
seperti haknya ketika ia masih belajar sebagai calon guru. Guru pada umumnya
menghadap murid dalam jumlah kecil dan terbatas, (30-60 orang). kadang-kadang,
terutama di sekolah dasar, guru seharian menghadapi murid yang sama.
Kadang-kadang, misalnya di sekolah lanjutan, guru berpindah-pindah kelas,
sehingga bila dihitung ia dapat berhadapan dengan murid yang lebih besar
jumlahnya.
Perbedaannya dengan tugas orang tua dan tugas administrator. Orang tua
dengan sendirinya memusatkan perhatiannya pada masalah pendidikan dan
psikologis yang menyangkut anak-anaknya yang tidak banyak jumlahnya. Sebaliknya
administrator terus berusaha untuk memperhatikan kepentingan sejumlah besar
manusia (kepala sekolah, guru, murid, pegawai tata usaha, orang tua,
masyarakat). Perbedaan situasi dan lingkungan itu menyebabkan perbedaan bantuan
yang diperlukan pendidikan dari psikologi. Dapat dimengerti bahwa orang tua
merasa berkepentingan pada keanehan tabiat yang ditemukan pada psikologi
individual, sedangkan para administrator secara profesional tertarik pada
teknik penilaian, bimbingan dan pendidikan untuk sejumlah besar anak, yang juga
meliputi keperluan-keperluan khas antara lain untuk anak yang tuna fisik,
intelektual, emosional dan sosial.
Beberapa Masalah Yang Dihadapi
Pendidik
Masalah itu dapat diuraikan menjadi:
1. Memutuskan nilai dan
keterampilan mana yang perlu diberikan.
2. Menentukan cara atau jalan yang
terbaik untuk dipakai atau dilalui untuk mencapai hasil yang terbaik.
3. menetapkan bantuan psikologi
mana yang tepat untuk dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah pendidikan
yang bersangkutan.
BAB IV Beberapa Prinsip
perkembangan Mental
Anak didik adalah objek dan subjek sekaligus dalam pendidikan. Dari sudut
pandang psikologi kita tidak dapat mengharapkan seorang anak didik turut aktif
dalam proses pendidikan, tanpa menyadari bahwa anak tersebut sedang mengalami
proses perkembangan menuju kedewasaan, sehingga aktivitas yang mempunyai arti
sendiri bagi pribadi anak itu, yang mempengaruhi efisiensi pendidikan yang
diterimanya dan yang mempengaruhi pola jalannya proses pendidikan selanjutnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tiap pendidik adalah orang yang selalu
menggumuli psikologi terapan, dalam hal ini psikologi pendidikan, karena segala
tindakannya dalam proses pendidikan yang dilaksanakannya didasarkan atas suatu
pandangan atau keyakinan yang bersifat psikologis.
Syarat-Syarat Untuk Belajar
Dalam Psikologi istilah 'belajar' berhubungan dengan suatu rangkaian
proses mental yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam diri pelajar yang
bersangkutan. Belajar mengubah 'kesiapan' untuk berpikir. Untuk bertingkah
laku, untuk merasakan dengan cara tertentu.
Syarat-syarat untuk belajar:
1. Kebutuhan dan kesiapan orang
yang belajar
2. Syarat ini menentukan bagaimana
pelajar ini menafsirkan situasi yang dihadapinya.
3. Suatu situasi belajar
menyediakan benda, orang atau kejadian yang perlu dilayani atau diberikan
respon oleh pelajar yang bersangkutan.
4. Spons yang diberikan pelajar
adalah syarat mutlak untuk belajar, karena belajar tidak mungkin terjadi tanpa
aktivitas.
5. Konsekuensi dari aktivitas
pelajar adalah: Keberhasilan atau kegagalan, pujian atau hukuman, persetujuan
atau penolakan.
Perkembangan Kemampuan Mental
Perkembangan mental dapat didefinisikan secara singkat sebagai
pertumbuhan kemampuan secara bertahap untuk menyadari adanya
konsekuensi-konsekuensi lingkungan dan untuk mengadakan penyesuaian diri dengan
kondisi-kondisi itu dan bila perlu mengawasi dan menguasainya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Mental
Kaum Nativis menganggap bahwa seluruh perkembangan terjadi dari dalam
diri manusia itu sendiri, sedangkan kaum empiris berpendapat bahwa perkembangan
hanya terjadi karena pengaruh-pengaruh dari luar. Menurut kaum nativis
benih-benih Bakat, sifat dan kecenderungan yang dimiliki seorang anak manusia
sejak lahir berkembang secara spontan, sebaliknya kaum empiris menunjukkan
kepada perbedaan perkembangan anak yang hidup dan dibesarkan dalam lingkungan
yang berbeda, pada pengaruh pendidikan, atau kawan atas perkembangannya.
Penyelesaian perbedaan pendapat itu terletak pada suatu sintesa: Dalam
perkembangan faktor pembawaan dan faktor lingkungan bekerjasama.
BAB V Kesiapan Dan Pendidikan
Kecepatan Perkembangan
pengaruh milieu dan pendidikan dapat mempercepat atau memperlambat
perkembangan, tapi pada dasarnya tidak dapat mengubahnya. Kecepatan
perkembangan lebih banyak ditentukan dari dalam daripada dari luar pribadi yang
bersangkutan. Irama perkembangan juga terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor
dari dalam. Bahwa perkembangan itu berjalan selangkah demi selangkah adalah
benar, tetapi tidak dalam arti yang mutlak. Dalam hal ini terdapat perbedaan
perbedaan jual yang besar. Kita dapat membedakan tiga golongan:
a. Anak-anak yang berjalan
teratur; mereka tidak menyebabkan kekecewaan atau kebingungan pada pendidiknya.
b. Anak-anak yang masa kecilnya
berkembang dengan pesat sekali, pada suatu ketika 'terhenti' perkembangannya
dan akhirnya dilampaui oleh kawan-kawannya yang sedang dalam perkembangannya.
c. Anak-anak yang saat permulaan
selalu terbelakang, kemudian bertambah cepat dan akhirnya meninggalkan
kawan-kawannya dalam perkembangan.
Para pendidik yang tidak menghiraukan variasi-variasi itu akan mengalami
banyak kekecewaan. Perlu diingat bahwa di antara perempuan dan anak laki-laki
terdapat perbedaan-perbedaan baik dalam kecepatan maupun dalam irama
perkembangan.
Masa Peka
Masa peka untuk suatu fungsi nampaknya hanya ada satu kali dalam hidup
manusia. Bila pendidik lalai menggunakan kesempatan itu, anak didik dapat
dirugikan, sebaliknya bila pendidik dapat menyesuaikan pendidikannya dengan
masa peka, maka dengan tenaga dan rintangan yang minimal dapat dicapai hasil
yang maksimal.
Masa peka untuk anak-anak yang lebih tampaknya ada pada minat dan
perhatian yang istimewa terhadap sesuatu. Suatu masa peka tidak timbul pada
suatu hari tertentu, dan dalam hal ini juga terdapat perbedaan individual.
Kesiapan Atau Proses Kematangan
Dalam proses kematangan ada tiga hal yang esensial:
a. Faktor kematangan itu sendiri
b. Proses kematangan itu berjalan
melalui beberapa tingkat atau fase
c. Sebagian besar dari proses
perkembangan psikis pada anak harus dipandang sebagai suatu kerjasama yang
kompleks antara kematangan batiniah dan hasil belajar yang diberikan oleh
lingkungannya.
Dari ketiga hal itu dapat disimpulkan bahwa untuk segala jenis belajar
memang ada masa atau waktu istimewa, yang ini saat jenis belajar itu dapat
diberikan hasil yang maksimal. Masa itulah yang dinamakan masa peka.
BAB VI Arti Dan Kegunaan Intelegensi
Dalam Pendidikan Modern
Intelegensi
Terman beranggapan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk mengadakan
pemikiran secara abstrak, sedang berbagai psikolog menyatakan bahwa intelegensi
adalah hasil pengukuran dengan tes intelegensi.
Inteligensi bukanlah suatu benda atau sifat, inteligensi adalah suatu
pengertian yang mencakup banyak arti dan dianggap sebagai suatu generalisasi
dari arti-arti itu. Seseorang dapat dikatakan salah satu tindakannya inteligen,
di dalam tindakan lainnya tidak. Seorang dinamakan intelegen, bila ia dapat
melakukan tugasnya dengan cepat mudah dan tepat.
William Stern, orang psikologi Jerman, seperti Binet, juga berpendapat
bahwa intelegensi merupakan suatu kesatuan, membandingkan usia mental dan usia
kronologis menjadi IQ.
Perbedaan Individual
Sir Francis Gilton dalam penyelidikannya tentang intelek manusia. Atas
dasar keyakinannya bahwa intelegensi adalah hasil dari kerja sama antara
pancaindra dan syaraf, dan bahwa panca indra dan syaraf berasal dari keturunan,
Galton mencoba mengukur kemampuan panca indra, terjadi dengan sendirinya
mengukur intelegensi. Galton yakin benar bahwa intelegensi adalah buah
keturunan. Disamping itu Galton sangat menaruh perhatian pada
perbedaan-perbedaan individual.
Salah seorang murid Galton Karl Pearson, seorang ahli matematika,
meletakkan dasar penganalisaan data dengan statistik yang kemudian terbukti
berguna sekali dalam penelitian inteligensi. Mereka beranggapan bahwa
pengukuran ciri-ciri itu lebih berguna bila pengukuran itu dihubungkan dengan
frekuensinya dalam suatu populasi, daripada mendapatkan nilai mutlak, misalnya:
Meter untuk tinggi, kg untuk berat. Hubungan Relatif itu sangat penting untuk
psikologi.
Alfred Binet dan Usia Mental
Pada tahun 1904 Menteri Pendidikan Prancis dan Paris menugaskan Alfred
Binet untuk mengadakan penelitian tentang masalah pendidikan bagi anak-anak
tuna mental. Binet dan kawan-kawan berkesimpulan bahwa untuk anak-anak tersebut
perlu didirikan sekolah tersendiri. Alfred Biner dan Theodore Simon menyusun tes
intelegensi yang pertama untuk membedakan tuna mental dari anak biasa. Berbeda
dengan Galton, Binet berpendapat bahwa intelegensi adalah kemampuan seseorang
untuk mengambil keputusan intelektual yang tepat. Tugas-tugas yang di pada
anak-anak Perancis itu dimulai dari yang paling mudah sampai yang paling sukar.
Pertanyaan untuk tes yang diberikan berlandaskan konsep: Usia mental. Dalam
kenyataannya tes Binet dapat dipakai dalam praktek. Binet dapat meramalkan anak
mana yang akan berhasil Dan Anak mana yang akan gagal dalam pelajarannya: Tentu
saja ada terkecualian. Tes Binet adalah tes Individual, yang diberikan secara
perorangan dan diskor oleh seorang ahli.
Test Stanford-Binet
Test Stanford-Binet direvisi dalam tahun 1937 dan 1960. Revisi 1960
menggunakan cara lain untuk menghitung IQ, cara yang pernah dipakai David
Wechsler dan dinamakan Deviasi IQ. Cara baru itu dipakai karena terbukti bahwa
perbandingan usia mental dan usia kronologis hanya dapat dipergunakan untuk
anak berumur 13 tahun ke bawah. Di atas usia itu perlu ditambahkan koreksi
statistik. Deviasi IQ dapat membantu kita menghindari masalah penambahan itu
dengan menggunakan perhitungan sentil.
Test Wechsler
Test Wechsler-Bellevue,suatu tes individual yang harus diselenggarakan
dan diperoleh seorang ahli. Tes ini adalah tes untuk orang dewasa.
Menurut Wechsler, 'intelegensi adalah himpunan dari kemampuan umum
individu untuk bertindak, bertujuan, berpikir rasional dan untuk Penyesuaian
dengan lingkungan secara aktif'.
Test IQ untuk Kelompok
Sejak 1917 dibuat di Amerika: Army Alpha test untuk mereka yang dapat
membaca dan Army Beto test untuk mereka yang buta huruf.
Kegunaan Tes Inteligensi
Tes inteligensi berguna untuk menilai kemampuan seseorang murid melakukan
tugasnya seperti yang diharapkan dari padanya di sekolah. Dengan tes tersebut
dapat diambil lah sampling dari kesanggupan murid, dapat dinilai kesanggupannya
dalam keseluruhan dan dengan demikian dapatlah dinilai kemampuan belajarnya.
Akan tetapi dari penyelidikan penyelidikan yang dilakukan oleh Binet tidak
boleh diambil kesimpulan bahwa guru atau dosen yang selama beberapa tahun telah
mendidik/ mengajar seorang murid, yang dalam berbagai Rapat guru telah bertukar
pikiran dengan guru lain mengenai hasil yang telah dicapai murid yang
bersangkutan, sama sekali tidak dapat menentukan inteligensi murid itu.
Tes buatan Binet berisikan penyelesaian tugas yang memungkinkan
menetapkan batas-batas tertentu untuk Sampai pada suatu keputusan yang agak
memadai tentang kemampuan seseorang. Binet beranggapan bahwa kedunguan seorang
anak teristimewa adalah suatu masalah kekurangan intelegensi, suatu pandangan
yang sangat intelektualistis.
Akan tetapi, sekali lagi ditandaskan bahwa: Hanya dengan penggunaan Tes
Intelegensi menetapkan Apakah seseorang dapat menyelesaikan pelajarannya di
suatu sekolah apa tidak, adalah sangat berbahaya. Kita menjatuhkan vonis
terhadap anak-anak secara atau tidak langsung yang menyangkut nasibnya seumur
hidup.
Oleh karena pemeriksaan psikologi pada hakekatnya adalah suatu
penyelidikan melalui suatu proses yang tidak langsung, maka kekeliruan dan
kesalahan tentu saja mungkin terjadi. Kekeliruan dan kesalahan itu dapat
terjadi karena proses penyelidikan itu adalah suatu sampling dan pemeriksaannya
didasarkan atas suatu anggapan atau dugaan. Anggapan itu dalam hal-hal tertentu
dapat benar atau tidak benar.
Kemampuan Umum dan Kemampuan
Khusus
Kemampuan umum untuk dapat menyelesaikan diri dengan baik dalam situasi
situasi yang menggandung problematik tertentu dan untuk dapat mengadakan
pemilihan yang tepat dalam melakukan sesuatu dinamakan inteligensi. Kemampuan
umum dimiliki oleh mereka yang dapat berbagi situasi dapat menunjukkan Respon
yang inteligen. Kemampuan khusus nampak pada situasi-situasi yang khas: Bakat
untuk musik, tidak terdapat pada semua. Tugas pendidik ialah: (a) berkembang
kemampuan yang telah nampak (b) membangkitkan potensi yang masih lantet
(tidur).
BAB VII Perkembangan Kognitif
Bloom dalam bukunya membagi tujuan pendidikan dalam 3 bidang pola tingkah
laku:
o bidang kognitif: Pengetahuan
o bidang afektif: Sikap
o bidang psikomotor: Keterampilan
Dengan demikian, tujuan pendidikan meliputi 3 sub tujuan:
o tujuan kognitif: Proses-proses
internet seperti: Mengingat, mengerti, memecahkan masalah
o tujuan afektif meliputi:
Perasaan dan sikap.
o tujuan psikomotor: Pengendalian
dan pengarahan otot-otot yang tepat dan melakukan gerakan-gerakan yang tepat
dalam melaksanakan suatu tugas.
Taksonomi Proses Intelektual
Yang dimaksud dengan taksonomi ialah pengelompokan hirarkis dalam suatu
bidang. Taksonomi dalam bidang pendidikan memberikan pengelompokan berbagai
tujuan pendidikan pada taraf tertentu dan dalam situasi tertentu. Pengelompokan
itu meliputi suatu sistem deskriptif yang didasarkan atas prinsip-prinsip
pendidikan dan psikologi.
Pendidikan sering dikritik karena menggunakan istilah-istilah yang tidak
tepat, meragukan. Dalam hal ini taksonomi sangat membantu, agar para pendidik/pengajar
dapat berkomunikasi lebih tegas satu sama lain. Taksonomi berguna dalam
penyusunan kurikulum, dalam usaha mengevaluasi hasil suatu sistem pendidikan
dsb. Taksonomi dapat juga dipakai dalam penyusunan soal ujian dan dalam
research pendidikan.
Taksonomi Tujuan Pendidikan:
Bidang Kognitif
Salah satu bidang terbaru dan yang terpenting dalam psikologi pendidikan
adalah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif tergantung pada interaksi
antara anak dan lingkungan tempat Ia belajar. Perkembangan itu mempunyai
tahap-tahap atau fase-fase tertentu. Bila kita dapat mengenal tahap-tahap itu,
dapat dihindari bahwa mengajarkan sesuatu kepada anak sebelum ia matang atau
siap untuk itu di satu pihak, dan di pihak lain kita dapat kehilangan suatu
kesempatan baik, bila kita menunggu terlalu lama sehingga saat yang paling
sensitif lewat tanpa kita manfaatkan.
Piaget
Setelah meneliti bertahun-tahun pola berfikir manusia sejak lahir sampai
pubertas, akhirnya Piaget melihat bahwa pola itu mengikuti sistem yang tetap
sebagai berikut:
- Fase sensor-imotor (umur 0-2
tahun)
Aktivitas kognitif selama fase sensori-motor didasarkan terutama atas
pengalaman langsung melalui panca indra dan lingkungan. Aktivitas itu praktis,
tanpa penggunaan bahasa atau lambang. Anak terikat pada pengalaman langsung, ia
melihat sesuatu terjadi, merasakannya, tetapi ia belum dapat mengelompokkan
atau mengkategorikan pengalamannya. Responnya tergantung dari situasi.
- Intuitif atau pra-operasional
(2-7 tahun)
Selama priode ini kualitas berpikir ditransformasikan. Anak tidak lagi
terikat pada lingkungan sensori yang dekat. Ia mulai mengembangkan berbagai
tanggapan mental yang terbentuk dalam fasa sebelumnya, dalam fasa ini kemampuan
itu maju dengan pesat. Kemampuan menyimpan tanggapan bertambah besar.
Penambahan kosakata dan penggunaan kata-kata mengagumkan. Anak berusia 2 tahun
menguasai kira-kira 200 sampai 300 kata, sedangkan anak berumur 5 tahun dapat
menguasai sekitar 2000 kata.
- Operasi konkret (umur 7-11
tahun)
Rasa ini menurut Piaget menunjukkan suatu reorganisasi dalam struktur
mental anak. Dalam fasa yang lalu, fase pra operasional, anak seakan-akan Hee
mimpi dengan pikiran-pikiran magis, dengan fantasi yang leluasa. Dalam pasar
konkrit, anak sudah mulai logis cara berpikirnya, ia mulai mengenal adanya
hubungan fungsional.
Anak dari fase operasional konkrit, tidak menentukan pilihan, yang mana
saja boleh, karena isinya sama banyak. Dalam banyak hal pengajaran di sekolah
dasar dapat dikatakan Sesuai dengan perkembangan konkrit parah murid. Bila
sekolah memperhatikan keterampilan dan aktivitas seperti menghitung,
mengelompokkan, membentuk dan sebagainya, maka semua itu Membantu perkembangan
kognitif.
- Fase operasi formal (umur
11-16 tahun)
Dalam fasa terakhir ini, yang kira-kira jatuh bersamaan dengan masa
pubertas, anak-anak dan mengembangkan pola pola berpikir formal sepenuhnya.
Mereka mampu memperoleh strategi yang logis, rasional dan abstrak. Mereka dapat
menangkap arti simbolis, arti kiasan, kesamaan dan perbedaan, mereka dapat
menyimpulkan moral dalam sebuah cerita.
Tugas pendidik pendidik perlu menyediakan pengalaman-pengalaman yang
menunjang pengembangan kognitif yang optimal. Banyak kesulitan dan hambatan
dalam mengajar dan belajar dapat diatasi bila pendidik/guru berusaha mengenal
tahap atau fase perkembangan kognitif anak yang dihadapi.
BAB VIII Masalah Belajar Dan
Pengajaran
1. Beberapa
jenis proses belajar
Dengan sendirinya semua proses proses itu menunjukkan ciri ciri khas yang
sama, bila tidak demikian tentu tidak akan terdapat suatu persamaan yang
umum('belajar'). Beberapa dari ciri itu tidak sukar untuk ditemukan:
a. Tiga proses belajar
mengakibatkan perubahan dalam diri atau organisme yang belajar.
b. Perubahan itu tidaklah begitu
terjadi dan kemudian lenyap kembali, tetapi perubahan yang agak tahan lama.
Memang apa yang telah kita pelajari itu dapat kita lupakan, namun selalu
ada sisa-sisa yang menetap; hal itu terbukti dari kenyataan bahwa bila hal yang
sama itu kita pelajari sekali lagi, maka untuk keperluan itu tidak diperlukan
waktu yang lama seperti dahulu lagi dan kita tidak akan mengalami banyak
kesulitan. Jadi dari hasil proses belajar yang dahulu itu ternyata masih ada
sisa yang menetap dan tidak/belum dilupakan.
2. Belajar
dengan pemahaman
Jenis proses belajar yang pertama ialah belajar dengan pemahaman atau
dalam bahasa Inggris belajar melalui penambahan insight. Baik di sekolah maupun
dalam kehidupan sehari-hari setiap orang seringkali dihadapkan pada situasi
situasi yang menyebabkan ia bingung dan tidak lekas mendapat jalan keluar.
Situasi Itu untuk orang yang bersangkutan mengandung suatu problema, yakni:
Suatu soal yang tidak dapat dipecahkan olehnya dengan menggunakan cara atau
cara-cara yang sudah dikenalnya. Mungkin bahwa seseorang yang menghadapi
sesuatu problem situation akan coba-coba segera serampangan dengan pengharapan
bahwa dengan demikian ia dapat tertolong. Untunglah bahwa manusia, dan dalam
batas-batas tertentu juga hewan, memiliki kemungkinan lain untuk mengatasi
situasi yang demikian. Mereka mempunyai kemampuan untuk meresapi problema situation
itu, meliputi tiap-tiap aspek yang dicabutnya, dan dengan melalui jalan Insight
dapatlah mereka tiba pada suatu cara yang tepat guna 'mentackle' problema yang
dihadapi.
3. Mendapatkan
pengetahuan tentang fakta-fakta
Sekolah Dasar hendaknya bukan hanya mendidik problem solvers, tetapi juga
mendidik dan menyiapkan manusia berpengetahuan. Pengetahuan itu tentu mencakup
lebih banyak daripada penguasaan sejumlah pengetahuan tentang fakta-fakta yang
dipandang penting dalam alam dan kebudayaan tempat anak hidup. Tetapi tanpa
penguasaan itu tidak dapat dikatakan bahwa anak yang bersangkutan dapat
digolongkan anak yang berpengetahuan. Itulah sebabnya Mengapa murid-murid perlu
diberi pengetahuan tentang fakta-fakta yang termasuk kelompok pengetahuan umum.
Apaan itu dapat pula dibenarkan dengan menganggap bahwa pengetahuan fakta-fakta
diperlukan untuk menanggulangi problema baru yang dihadapi problema situation
seperti yang telah dibahas terdahulu. Akan tetapi Tujuan sebenarnya ialah anak
dipelajari hal-hal yang yang berguna sehingga patut untuk dipelajari. Mengingat
masalah proses belajar, jenis belajar ini mempunyai ciri-ciri tersendiri.
4. Menghafal
Sepintas lalu seakan-akan bentuk proses belajar jar itu sama saja dengan
apa yang baru saja kita bahas. Biantara menghafal dan belajar mendapatkan
pengetahuan tentang fakta-fakta terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup besar.
Siapa yang menghafal bertujuan untuk dapat mereproduksi nya kembali persis
seperti yang telah dicamkan nya. Tekanan dijatuhkan tidak pada pengenalan dan
pengetahuan tentang fakta, seperti pada jenis belajar mendapat pengetahuan
tentang fakta-fakta, tetapi pada penyimpanan kalimat, uraian, rumus, kota,
angka atau huruf. Uraian itu menurut artinya mengandung masalah yang dapat
digolongkan dalam fakta yang perlu dikenal, tetapi untuk menghafalkannya hal
itu tidak merupakan syarat.
5. Pembentukan
'Automatisme'
Dalam hal ini pelajaran ditujukan pada melakukan berbagai gerakan badan
atau anggota badan dan mengadakan berbagai reaksi. Salah satu ciri khas pada
proses belajar jenis ini ialah bahwa seseorang yang mengalami proses belajar
itu pada waktu ia harus melakukan apa yang dipelajarinya, ia tidak perlu
memikir lagi, gerakan-gerakan terjadi dengan sendirinya. Di dalam psikologi
gerakan itu dinamakan automatisme. Keuntungan automatisme ini ialah bahwa orang
yang bersangkutan dapat mencurahkan perhatiannya pada hal-hal lain.
6. Dynamic
learning
Tingkah laku seorang murid kelas 6 jauh berbeda dengan tingkah laku anak
kelas 1 SD yang baru masuk sekolah. Semuanya itu disebabkan antara lain oleh
berbagai proses belajar yang telah dialaminya. Dalam perkembangan psikis
anak-anak itu terjadi perubahan dalam sikap dan kepribadiannya. Tempat tumbuh
perhatian baru, kebutuhan baru, kehendak baru dan keyakinan baru serta
pengetahuan baru tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.
Belajar Dengan Insight (Pemahaman)
1. Analisis hasil belajar
Secara kronologis dalam suatu proses belajar fase akhir tentulah terdapat
pada saat terakhir. Untuk mempelajari suatu proses belajar secara psikologis
kita mulai dari belakang, yakni: Menganalisis hasil belajar. Pertama-tama kita
mengetahui terlebih dahulu hasil belajar yang bagaimanakah yang akan atau ingin
dicapai, sebelum kita dapat menyelidiki dan mengarahkan proses belajar yang
akan diikuti. Cara kerja ini mudah sekali dijelaskan dengan menelaah proses
belajar dengan Insight. Agar pada problema situations yang berikut dapat
diperoleh ins insight lebih cepat perlu terlebih dahulu diketahui Apakah
sebenarnya makna dari mendapatkan penyelesaian melalui insight.
2. Penyelidikan chimpanse oleh Wolgang Kohler
Kohler memberikan hasil yang sangat bermanfaat bagi psikologi dengan
penyelidikannya pada hewan yaitu chimpanse. Penyelidikan itu disebabkan oleh
pertanyaan Apakah simpanse itu yang baik dalam bentuk tubuhnya maupun dalam
tingkah lakunya lebih menyerupai manusia daripada binatang-binatang lainnya,
dapat berbuat intelejen seperti manusia? Apakah mereka juga dalam problem
situation dapat bertindak atas dasar insight?. Oleh karena kapasitas kapasitas
kera-kera itu how tadi lebih terbatas dari pada kapasitas manusia maka Kohler
menghadapkan kera-kera itu kode problema-problema terlalu sukar.
3. Ciri-ciri aku yang disertai Insight
Pada penemuan penyelesaian oleh simpanse, kohler melihat ciri-ciri yang
berikut:
1. penyelesaian baru ditemukan
beberapa waktu kemudian, tetapi tidak datang sedikit, melainkan sekonyong-konyong
dan keseluruhan
2. Bila penyelesaian itu telah
ditemukan, maka kera itu dengan mudah dapat mengulanginya, juga bila situasinya
tidak persis seperti yang sudah.
3. Penemuan atau tidak penemuan
penyelesaian itu tergantung dari susunan problem situation yang dihadapi.
4. Ketiga ciri itu menunjukkan
bahwa percobaan Kohler benar-benar untuk melihat adanya Insight.
5. Perubahan pengertian tentang
problem situation
Ciri ketiga yang telah ditemukan Kohler memerlukan penjelasan lebih
lanjut. Keluar menemukan bahwa terjadinya Insight selalu disertai perubahan
pengertian tentang problem situation yang dihadapi, artinya:
1. Benda, unsur, data atau lainnya
yang mula-mula tidak berarti, ternyata kemudian merupakan pokok atau
sebaliknya.
2. Satu atau beberapa hal yang
diketahui memiliki pokok atau sifat tertentu, ternyata juga mempunyai fungsi
atau sifat lain.
3. Hubungan ditemukan antara data
yang mula-mula dampak lepas; sebaliknya hubungan yang mula-mula seringkali
tidak penting dan tidak berguna dalam penyelesaian problema yang bersangkutan.
Belajar Yang Berakhir Dengan
Pemahaman
1. Saat timbulnya Insight,
Aha-Erlebnis, adalah suatu saat yang tidak sama pada tiap individu: Pribadi itu
sendiri lah yang harus melihat bahwa data-data probe yang dihadapi dapat
dipandang dari segi yang semula, tetapi juga dari segi yang baru, yang
memungkinkan ditemukannya penyelesaian.
2. Kecuali dengan pertolongan,
dengan penjelasan dsb, ketika anak menghadapi suatu problema maka kemungkinan
penimbulan insight lu juga dapat diperbesar karena adanya berbagai proses
belajar sebelumnya.
BAB IX Teori Belajar
Dua Kelompok
Ada bermacam-macam teori belajar yang terjadi secara terpisah-pisah.
Penganut teori asosiasi menganggap belajar sebagai hasil hubungan antara
stimulus dan respons. Penganut teori kognitif melihat belajar sebagai suatu
reorganisasi sejumlah persepsi. Organisasi itu memungkinkan pelajar mengenal
hubungan baru, memecahkan masalah baru dan memperoleh pengertian tentang
dasar-dasar pengetahuan.
Psikologi asosiasi
Belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan, menggabung-gabungkan
tanggapan-tanggapan dengan jalan mengulang-ngulang. Tanggapan menurut Herbart,
ialah kekuatan jiwa, unsur-unsur ke pendapat saling menolak atau saling
membantu. Langkah pertama dalam proses belajar hendaklah: Menyediakan tanggapan
sebanyak-banyaknya dengan jalan pengamatan. Menurut psikologi asosiasi: Pelajar
adalah dengan jalan mengulang-ngulang, mengasosiasikan tanggapan-tanggapan,
sehingga reproduksi yang satu dapat menyebabkan reproduksi yang lain dalam
ingatan kita.
Tujuan belajar ialah: Memproduksikan gabungan tanggapan-tanggapan dengan
cepat dan dapat dipercaya.
Pragmatisme
Dasar fisiologis yang diajarkan James tidak dapat menunjukkan pada kita
bagaimana terjadinya hubungan neuron dan terbentuknya Jalan neuron selama kita
mempelajari sesuatu. James yang pertama kali menunjukkan adanya aktivitas dalam
proses belajar, melepaskan kita dari verbalisme dalam belajar. Pembawaan dan
keturunan penting sekali dalam proses belajar, karena belajar itu dipengaruhi
oleh urat saraf yang kita miliki sejak lahir yang dengan sendirinya terpengaruh
oleh faktor keturunan. Bahwa belajar itu melakukan sesuatu fungsionering,
mungkin adalah benar, tetapi itu bukan satu-satunya faktor dalam seluruh proses
belajar.
BAB X Proses Belajar dan Proses
Kematangan
Proses Belajar
Pada taraf perkembangan anak, sebelum adanya diferensiasi, pendidikan dan
pengajaran tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tugas pendidik adalah
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku pada individu yang dididik. Pengajar
ditujukan pada pengembangan bidang kognitif atau untuk memperoleh keterampilan
yang diperlukan manusia dalam hidup bermasyarakat. Pelajar adalah pada
hakekatnya penyempurnaan potensi-potensi kemampuan pada organisme biologis dan
psikis, yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia lain dan dalam
segala aktivitasnya dalam hidup bermasyarakat. Dalam pendidikan maupun
pengajaran diperlukan kesanggupan untuk menyimpan pengalaman yang diperoleh
dari pergaulan atau hubungan seseorang dengan lingkungannya dan untuk
menggunakannya demi penyempurnaan penyesuaian diri. Seperti telah kita ketahui,
mengenai belajar ada bermacam-macam teori yang terjadi secara terpisah pisah.
Bersama-sama, teori-teori berikan gambaran Bagaimana belajar itu terjadi
selangkah demi selangkah pada tiap individu yang mengalami proses belajar.
Belajar dalam taraf yang paling rendah mencakup antara lain kegelisahan bayi
bila dilakukan persiapan makanan baginya. Suatu jenis Tara belajar yang lebih
tinggi ialah belajar dengan jalan meniru. Baik anak kecil, anak yang lebih
besar, maupun orang dewasa banyak mengalami proses belajar lewat peniruan. Di
jaman modern ini belajar dengan jalan meniru untuk mendapatkan pengetahuan
keterampilan tertentu sudah berkurang. Dahulu orang yang mau menjadi tukang
kayu, magang pada tukang kayu yang penamaan dst. Sekarang tersedia
kursus-kursus dan sekolah teknik dsb.
Belajar berdasarkan peniruan merupakan salah satu landasan bagi kerjasama
yang produktif dan kreatif. Dari uraian terdahulu dapat kita simpulkan bahwa
belajar dengan jalan peniruan pada dasarnya tidak berbeda dengan latihan. Kita
belajar untuk menambah pengetahuan, kita berlatih untuk menambah keterampilan.
Belajar dengan jalan peniruan juga pertama-tama menghasilkan penambahan
keterampilan. Perbedaan antara belajar dengan jalan peniruan dan latihan hanya
terdapat dalam hal: Anak belajar dengan meniru dalam suasana bermain dan
inisiatif datang dari anak sedangkan pada latihan contoh dengan sengaja
diberikan oleh orang lain, anak diberi tugas untuk menyontoh, dan segala
sesuatu Berjalan Lebih sistematis dan teratur; inisiatif dan kebebasan anak
berkurang.
Untuk belajar secara intelektual dengan pemahaman melalui berpikir
diperlukan Beberapa syarat:
(1) pelajar memerlukan kemauan
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,
(2) problem yang dihadapi itu
mempunyai unsur-unsur yang cukup banyak, sehingga problem itu dapat diselesaikan,
(3) pelajar harus melakukan suatu
penemuan; tanpa kreativitas itu, belajar jenis ini tidak akan terlaksana.
Proses Kematangan
Dalam proses kematangan terdapat 3 hal pokok:
a. Kematangan mengandung arti
bahwa tidak semua perubahan dan kemajuan yang kita lihat pada anak terjadi
karena pengaruh lingkungan, terutama pendidikan dan pengajaran, tetapi sebagian
besar terjadi karena perkembangan dari dalam diri anak.
b. Proses pematangan terjadi
melalui beberapa Tingkat atau fase terlepas dari bakat atau individu yang
bersangkutan, tidak ada kasih yang tidak muncul atau bertukar nomor dalam
urutannya.
c. Sebagian besar dari proses
perkembangan psikis pada anak hendaklah dipandang sebagai suatu kerjasama yang
kompleks antara kematangan batiniah dan hasil belajar yang diberikan oleh
lingkungannya.
Bertalian dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk segala jenis
belajar ada masa atau waktu yang istimewa, yakni saat jenis belajar itu dapat
memberikan hasil yang maksimal. Masa itu dinamakan masa peka.
BAB III
KEUNGGULAN DAN
KELEMAHAN BUKU
1.1 Keunggulan Buku
a. Buku
Utama
1. Dilihat dari cover buku ini
menarik dengan judul Psikologi Pendidikan Untuk Para Pendidik dan Calon
Pendidik
2. Penyusunan materi pada buku
Psikologi Pendidikan Karangan Samuel Soeiteo ini terbilang baik dan saling
terhubung dalam tiap bab yang dimulai dengan pendahuluan, kemudian terlebih
dahulu pengarang menjelaskan apa itu psikologi lalu atri dan fungsi psikologi
dalam pendidikan sampai pada proses belajar dan proses kematangan disajikan
secara teratur pada buku ini.
3. Materi yang dipaparkan pada
buku ini cukup luas.
4. Pengarang juga menambahkan
kutitap- kutipan dari sumber lain sebagai referensi sehingga semakin menambah
wawasan pembaca.
5. Pada buku ini, banyak materi
yang langsung disajikan contoh- contohnya serta catatan penting dalam kehidupan
kita sehingga lebih mudah dipahami.
b. Buku
Pembanding
1. Dilihat dari cover buku ini
menarik, walaupun dengan tampilan yang sederhana. Kertas yang digunakan juga
bagus dan ringan.
2. Memuat materi yang lengkap
mengenai psikologi belajar, mencakup pengentar psikologi, psikologi umum,
psikologi anak, psikologi anak luar biasa, masalah kesulitan belajar, bimbingan
belajar, pengajaran remedial dalam proses belajar, pengertian dasar pengajar
perbaikan, pendekatan dan metode dalam pengajaran remedial, evaluasai dalam
psikologi belajar, cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar, dan
pemikiran ke area aplikasi psikologi belajar.
3. Penyajian materi disampaikan
dengan bahasa yang sederhana, sehingga tidak terlalu menyulitkan pembaca dalam
memahami materi yang banyak.
4. Penyusun menggunakan banyak
referensi dalam bukunya sehingga pemaparan materi lebih jelas.
5. Sistematika penulisan dalam
buku psikologi belajar ini disusun dengan baik.
1.2 Kelemahan Buku
a. Buku Utama
1. Dengan judul buku “Psikologi
Pendidikan” buku ini terbilang belum lengkap.
2. Dalam buku ini terdapat
beberapa kesalahan dalam pengetikan dan kata yang kurang umum seperti kata
“pelbagai’ pada halaman 1 paragraf terakhir dan “pengetrapan” pada halama 7
paragraf pertama.
3. Beberapa materi disajikan
dengan panjang lebar sehingga membuat pembaca bosan.
b. Buku Pembanding
1. Karena banyaknya materi yang dicakup, materi dalam buku ini dijelaskan
hanya berupa bagian-bagian terpenting dan bersifat umum saja.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Antara buku utama dengan buku pembanding, cakupan materi dalam buku
pembanding terbilang lebih luas dibandingkan buku utama. Jadi, jika seorang
pembaca hendak ingin mengetahui hal-hal berkenaan dengan psikologi belajar
secara lengkap maka buku pembanding lebih baik untuk digunakan. Tetapi jika pembaca ingin fokuskan pada
materi mengenai psikologi pendidikan saja, buku utama lebih layak digunakan,
sebab penjelasan materi mengenai psikologi pendidikan dalam buku utama lebih
lengkap. Hal ini terlihat dari adanya materi- materi yang dibahas dalam buku
utama tetapi tidak dimuat dalam buku pembanding. Selain itu, pendalaman materi
dalam buku utama juga terbilang lebih baik dibandingkan dengan buku pembanding.
Kedua buku ini layak di baca karena didalamnya memuat ilmu pendidikan,
khususnya mengenai Psikologi Pendidikan. Yang dibahas bukan hanya mengenai
teori yang berlaku secara umum tetapi juga dengan praktik pendidikan sebagai
wujud nyata dan upaya untuk memberi wawasan yang sangat luas bagi pembacanya.
B. Saran
Mengingat bahwa pembaca masih jauh dari kata sempurna dalam mengkritik
buku, masih banyak kekurangan dan masih banyak yang perlu dipelajari dalam
mengkritisi sebuah buku maka dari itu untuk selanjutnya agar lebih baik lagi
saya mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan dan menambah wawasan kita
bersama. Saran untu penulis agar lebih memperhatikan tata penulisan pada buku
ini agar lebih baik lagi.