BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Latar Belakang
Psikologi pendidikan sampai saat ini dirasakan sangat penting
kehadirannya dirasakan bagi tenaga pendidik terlebih baik calon pendidik di
lembaga kependidikan. Dengan dasar tersebut kehadiran literatur-literatur yang
menyangkut bidang psikologi dan pendidikan tetap diharapkan memperkaya khazanah
pengetahuan kependidikan.
Secara akademis psikologi pendidikan sebagai mata kuliah diharapkan mampu
memberikan muatan teori dan keterampilan bagi mahasiswa yang mempelajarinya
agar lebih menguasai bidang kependidikan. Secara keilmuan Psikologi Pendidikan
diharapkan tidak sekedar pengembangan mata kuliah ilmu-ilmu pendidikan di
lembaga kependidikan, akan tetapi menjadi dasar bagi upaya pembinaan dan
pengembangan profesi keguruan baik sebagai disiplin ilmu maupun sebagai satu
keterampilan.
Psikologi belajar terdiri dari dua penggalan kata yaitu psikologi dan
belajar. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa
dan logos yang berarti ilmu. Dengan demikian secara harpiah psikologi dapat
diartikan ilmu jiwa.
Namun tidaklah sesederhana itu untuk mengartikan psikologi, karena setiap
orang pasti mempunyai persepsi yang berbeda jika ditanya tentang jiwa. Karena
keberadaannya yang abstrak, yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra. Oleh
karena itu para ahli saling berbeda dalam menentukan defenisi psycologi.
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang merupakan cabang dari Psikologi yang
kajiannya dikhususkan pada masalah belajar, maka psikologi belajar memiliki
ruang lingkup disekitar masalah belajar saja. Jangan bingung bila ruang lingkup
psikologi belajar terdapat juga dalam kajian psikologi pendidikan. Karena
memang psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan (applied science) berusaha
menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai tingkah
laku manusia yang telah ditentukan secara ilmiah. Karenanya masalah belajar
mendapat sorotan yang besar dalam psikologi pendidikan.
Psikologi belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga pokok bahasan yaitu masalah belajar, proses belajar dan
situasi belajar.
b. Tujuan
Penyusunan makalah ini khusus ditujukan untuk
• memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, yaitu mengkritik buku
yang berkaitan dengan materi ajar
• memahami dan menguasai cara mengkritik buku.
• mencari dan menemukan kelebihan
dan kekurangan dari buku yang
diidentifikasikan.
• Dapat lebih mendalami mengenai
psikologi pendidikan dan psikologi belajar yang dibahas sebagai materi dalam
mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan
• memberi masukan kepada buku
tersebut, dan menjadikannya menjadi lebih baik untuk kedepannya.
c. Manfaat
Dengan mengkritik buku “Psikologi Pendidikan” dan “Psikologi Belajar” ini
berarti sudah memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan, yaitu mengkritik buku yang berkaitan dengan bahan
ajar. Selain itu,dapat memahami dan menguasai
cara mengkritik buku, mencari dan menemukan kelebihan dan kekurangan
dari buku yang diidentifikasikan. Serta
dapat memberi masukan kepada buku tersebut, dan menjadikannya menjadi lebih
baik untuk kedepannya, dapat mengasah intelektual karena dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihan buku “Psikologi Pendidikan” dan “Psikologi Belajar”.
Dapat lebih mendalami mengenai materi Psikologi Pendidikan. Selanjutnya,
memahami secara mendalam isi buku yang dikritik sehingga tidak mudah lupa dan
dapat dijadikan sebagai bahan diskusi.
Baca Juga Postingan Lain Dari Blog Ini !!
Kumpulan Critical Book Report [Tersedia >50 Jenis CBR]
Critical Journal Report [Tersedia > 40 Jenis]
Contoh Laporan Mini Riset [Tersedia >25 Jenis]
Kumpulan Makalah Berbagai Jenis Tema [Tersedia >100 Jenis]
BAB II
ISI BUKU
IDENTITAS ISI BUKU
Buku Utama
Judul Buku : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Nama Pengarang : Dr.MARDIANTO,M.Pd
Kota Terbit : MEDAN
Penerbit : PERDANA PUBLISHING
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : 268 halaman
ISBD : 978-602-8935-64-7
Tujuan kehadiran buku ini agar pembaca memiliki media pengkayaan tentang
kejiwaan dan tingkah laku manusia khususnya peserta didik yang berkaitan dengan
proses pembelajaran. Untuk itu ada tiga semangat yang menjadi ruh penyusunan
buku ini yakni : pertama, diharapkan dengan buku ini pembaca lebih mudah
mengkomplikasi teori-teori psikologi pendidikan dengan pengalaman lapangan
untuk bahan mengikuti perkuliahan. Kedua, dengan buku ini pembaca lebih terpacu
untuk menelusuri sumber bacaan yang lebih luas dan mendalam. Ketiga, kehadiran
buku ini juga menjadi upaya memperkaya khazanah tulisan ilmiah bagi dunia
kependidikan.
Buku ini terdiri atas sebelas bab, masing-masing tiap bab membahas
hal-hal yang berbeda. Adapun isi dari tiap bab pada buku ini ialah:
1. Bab 1 membahas tentang Pendahuluan
2. Bab 2 membahas tentang
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
3. Bab 3 membahas tentang Belajar
dan Pembelajaran
4. Bab 4 membahas tentang
Teori-teori Belajar
5. Bab 5 membahas tentang
Kemampuan dan Inteligensi
6. Bab 6 membahas tentang
Kecerdasan Jamak
7. Bab 7 membahas tentang Kecakapan
Berbahasa
8. Bab 8 membahas tentang Dimensi
Kreatifitas dalam Psikologi Pendidikan
9. Bab 9 membahas tentang Peran
Motivasi dalam Pembelajaran
10. Bab 10 membahas tentang
Kesulitan Belajar
11. Bab 11 membahas tentang
Pendidikan Kepribadian
Buku Pembanding
Judul Buku : PSIKOLOGI BELAJAR
Nama Pengarang : MUHIBBIN SYAH
Kota Terbit : JAKARTA
Penerbit : RAJAWALI PERS
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 255 halaman
ISBD : 979-421-933-9
RINGKASAN ISI BUKU
Ringkasan buku utama setiap bab yaitu :
Bab I
PENDAHULUAN
Pengertian dan definisi psikologi pendidikan dapat dilihat dari dua sudut
yakni etimologi dan terminologi. Menurut etimologi psikologi pendidikan
dijabarkan dalam dua kata yakni “psikologi” dan “pendidikan”. Psikologi merupakan hasil peng-Indonesia-an
dari bahasa Inggris “Psychology”. Istilah “Psychology” sendiri berasal dari
bahasa Yunani “Psyche”, yang artinya roh, jiwa taudaya hidup, dan “logis” yang
dapat diartikan ilmu. Secara terminologi (istilah) maka psikologi berarti jiwa
atau ilmu yang mempelajari atau menyelidiki pernyataan-pernyataan
(A.Sujanto,1985:1).
Pendidikan berasal dari kata didik dalam bahasa Indonesia yang juga hasil
dari transeletasi peng-Indonesia-an dari bahasa Yunani yaitu “Peadagogie”.
Etimologi kata Peagogie adalah “pais” yang artinya “Anak”, dan “again” yang
terjemahannya adalah “bimbing”. Jadi terjemahan bebas kata peadagogie berarti
“bimbingan yang diberikan kepada anak”.
Untuk sedikitnya ada tiga hal penting yang harus dijelaskan dari
pengertian Psikologi Pendidikan yakni:
1. Psikologi Pendidikan adalah
pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas hasil-hasil temuan riset
psikologi
2. Hasil-hasil riset psikologi
riset psikologi tersebut kemudian dirumuskan sehingga menjadi konsep-konsep,
teori-teori, dan metode-metode serta strategi-strategi yang utuh.
3. Konsep, teori, metode dan
strategi tersebut kemudian disistemasikan hingga menjadi “repertoire of
resources”, yakni rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dapat dipilih
dan digunakan untuk praktik-praktik kependidikan khususnya dalam hal belajar
mengajar.
Psikologi pendidikan yang membidangi kajian praktis tentang kependidikan
memiliki kapling yang spesifik yakni objek yang terbagi dua yaitu objek materia
(penghayatan tingkah laku manusia) dan objek forma (studi tentang human
behavior dan human relanship dalam bidang atau sudut tinjauan kependidikan);
metode (metode observasi, metode eksperimen dan tes, metode kuestioner dan
interview, metode studi kasus, metode sosiometri, serta metode statistik); dan
sistematika.
Untuk mengetahui kedudukan dan hubungan satu disiplin ilmu seperti
Psikologi Pendidikan, maka ada dua pendekatan yakni: pendekatan deduktif dan
pendekatan induktif. Pendekatan deduktif (sistem pencabangan pengetahuan
pertama sekali diawali dari induk pengetahuan filsafat yang terdiri atas tiga
bidang kajian utama yakni, filsafat alam (geosentris), filsafat manusia
(antroposentris) danfilsafat Tuhan (theosentris); pendekatan deduktif yaitu
pendekatan yang lebih mengarah kepada fungsi praktis sekaligus menjabarkan
bahwa perbedaan antara ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan
hanyalah perbedaan pada tekanan.
Pendidikan adalah sebuah proses yang dilakukan anak manusia untuk
mempersiapkan generasi muda. Sebagai sebuah proses maka pendidikan memerlukan
media, ruang dan penataan, begitu juga dengan generasi maka memerlukan
pemahaman tentang manusia.
Bab II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Istilah pertumbuhan dan perkembangan dalam dunia psikologi dan pendidikan
selalu mempunyai kaitan yang erat sekali. Istilah ini sering digunakan secara
bergantian namun sebenarnya keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Sesuatu
yang tumbuh adalah sesuatu yang bersifat material dan kuantitatif, sedangkan
berkembang adalah suatu yang bersifat fungsional dan kualitatif.
Indikator pertumbuhan yang dapat dijadikan satu bagian dari proses
kehidupan anak tampak pada tinggi badan yang terdapat pada anak. gejala
pertumbuhan yang normal tentu harus diiringi oleh keseimbangan masukan gizi
yang baik.
Gejala perkembangan tidak ditekankan pada segi materil, melainkan pada
segi fungsional. Untuk itu, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan
kualitatif dari fungsi-fungsinya. Sementara itu fungsi-fungsi yang berkembang
dalam asfek kejiwaan secara kualitatif tampak dalam sifat kejiwaan sebagai mana
pendapat Wasty Soemarno, diantaranya:
a. Perhatian
Perhatian bukan merupakan fungsi melainkan modus dari fungsi. Sementara
modus itu sendiri cara berfosisi dan menggerakkan. Dengan kata lain bahwa
perhatian merupakan cara menggerakkan bentuk umum dan cara bergaulnya jiwa
dengan bahan-bahan dalam medan tingkah laku.
b. Pengamatan
Pengamatan merupakan fungsi sensoris yang memungkinkan seseorang
menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan yang dapat diamati. Pengamatan
sebagai suatu fungsi primer dari jiwa dan menjadi awal dari aktivitas
intelektualnya.
c. Tanggapan
Tanggapan merupakan unsur dasar dari jiwa manusia. Selain itu, tanggapan
juga merupakan bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan.
d. Ingatan
Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan cara
pengecaman secara aktif. Ada 3 fungsi ingatan, diantaranya : mencamkan
(menangkap atau menerima kesan-kesan), menyimpan kesan-kesan dan mereproduksi
kesan-kesan tersebut.
e. Fantasi
Fantasi dapat didefinisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah
ada dan tanggapan baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang
ada. Fantasi terbagi 2, yakni fantasi sengaja secara pasif (yang tidak
dikendalikan oleh pikiran dan kemauan) dan fantasi sengaja secara aktif (yang
dikendalikan oleh pikiran dan kemauan).
f. Fikiran
Pikiran diartikan sebagai kondisi letak hubungan antara bagian
pengetahuan yang ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Dalam hal ini akal
berfungsi sebagai pengendali pikiran. Sementara, pengetahuan sendiri mencakup
segala konsep, gagasan, dan pengertian yang telah dimiliki atau diperoleh
manusia.
g. Perasaan
Perasaan dapat diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil bagian
pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang
berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri.
h. Kemauan
Kemauan disebut juga dengan kekuatan, kehendak, yang diartikan sebgai
kekuatan untuk memilih dan merealisasikan suatu tujuan.
Havighurst (dalam Hurlck,1994:10), membagi beberapa tugas perkembangan
bagi sepanjang rentang kehidupan, diantaranya :
1. Masa bayi hingga awal masa
kanak-kanak
2. Akhir masa kanak-kanak
3. Masa remaja
4. Masa dewasa
5. Masa usia pertengahan/dewasa
madya
6. Dewasa akhir/masa tua
Kemahiran seorang anak diiringi dengan seperangkat vitalitas kehidupan
baik itu jasmaniah, rohaniah maupun eksistensi. Jasmaniah artinya seperangkat
fisik yang mengalami pertumbuhan, rohaniah adalah seperangkat psikis yang
mengalami perkembangan, maka harus dibina dan diberi bimbingan arah kehidupan
agar mampu memiliki arti kehidupan. Eksistensi artinya seperangkat nilai yang
mengalami perubahan keberadaan, maka harus dikembangkan dan diarahkan agar anak
mempunyai satu nilai sosial dalam lingkungannya.
Konsep psikologi tentang perkembangan anak tentunya tidak hanya
didasarkan pada eksistensi lingkungan orang tua satu-satunya pemeran
pembentukan pribadi anak. dalam hal ini, menurut ahli psikologi kognitif,
pendayagunaan kapasitas rana kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak
manusia itu mulai mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya, hanya cara dan
intensitas pendayagunaan kapasitas rana kognitif tersebut masih belum jelas
benar. (Muhibbin Syah.1995:65).
Jean Peaget seorang pakar psikologi terkemuka menurut penulis dianggap
representatif untuk mengklasifikasikan urutan perkembangan kognitif anak, yakni
:
1. Fase Sensoi Motor (umur 0-2
tahun)
2. Fase Intuitif-Pra Operasional
(umur 2-7 tahun)
3. Fase Operasi-Kongkrit (umur
7-11 tahun)
4. Fase Operasi Formal (umur 11-16
tahun)
Dalam kedudukannya pada proses pendidikan, hereditas dapat diartikan
sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak
orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis. (Wasty Soemanto,
1987:78). Itulah sebabnya maka dalam dunia pendidikan juga dibutuhkan ilmu-ilmu
biologi yang memang mempunyai kaitan erat dengan psikologi pertumbuhan anak.
Dari beberapa penelitian tentang prinsip hereditas menurut catatan
(Tadjab, 1994:29) bahwa ditemukan beberapa hal utama yakni : prinsip
reproduksi, prinsip konformitas, prinsip variasi,dan prinsip regresi filial.
Sementara dalam pengembangan strategi pembelajaran latar belakang anak
yang tumbuh dan berkembang untuk mendapatkan jati dirinya, maka strategi harus
mengakomodir apakah itu dengan strategi pembelajaran individual, pembelajaran
berkelompok atau juga pembelajara dengan kelas besar.
Bab III
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam semua hal, baik
dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan atau
kecakapan.belajar turut dipengaruhi oleh dua faktor, antara lain faktor-faktor
yang berasal dari luar diri pelajar dan faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri si pelajar.
Dengan memperhatikan aktivitas yang berlangsung dalam belajar serta
tahapan-tahapan perkembangan anak, Gagne mengelompokkan belajar atas 8 tipe
yakni :
1. Signal Learning (belajar
isyarat tanda)
2. Stimulus Response Learning
3. Chaening (mempertautkan)
4. Verbal Associateori (Chaeing Verbal)
5. Discomination Learning (belajar
membedakan)
6. Concept Learning (belajar
konsep)
7. Rule Learning (belajar membuat
generalisasi atau hukum-hukum dan disebut juga menghubungkan beberapa konsep)
8. Problem Solving (pemecahan
masalah)
Bab IV
TEORI-TEORI BELAJAR
Secara garis besar teori belajar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian.
Pembagian ini didasarkan atas pandangan belajar dalam mengenal manusia, takni
pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah organisme yang pasif, yang
dikuasai oleh stimulus yang terdapat dalam lingkungan; serta pandangan kedua
menganggap manusia adalah bebas untuk membuat semua kegiatan.
Tiga Teori Belajar
1. Teori Operan Conditioning (dari
BF. Skinner)
BF. Skinner memandang bahwa : belajar adalah perubahan dalam prilaku yang
dapat diamati dalam kondisi yang dikontrol secara baik. Ada tiga syarat
terjadinya interaksi antara organisme dan lingkungannya; ketiga syarat tersebut
adalah: saat respon terjadi, respon itu sendiri, dan konsekuensi penguatan
respon. (Sudjana,1991:86).
2. Conditioning of Learning Robert
M.Gagne
Gagne menetapkan bahwa asas belajar pada seseorang adalah kupasan
terhadap berbagai performance sampai pada keterampilan yang kompleks. Untuk itu
dalam asumsinya batasan belajar merupakan faktor yang luas yang dibentuk oleh
pertumbuhan perkembangan tingkah laku itu merupakan hasil dari efek komulatif
dari belajar. (Gredler,1994:183). Lima domain hasil belajar yang pernah
dirumuskan Gagne adalah : keterampilan motorik, informasi verbal, kemampuan
intelektual, strategi kognitif, dan sikap bidang ini tidak dipelajari dengan
praktek.
3. Teori Atribusi Bernard Weiner
Bernard Weiner seorang tokoh teori-teori psikologi pendidikan mencoba
menggali pemikiran di atas, menurut beliau bahwa, apabila siswa telah mendapat
informasi tentang apa yang telah dilakukannya (informasi umpan balik), maka hal
itu akan mempengaruhi kegiatan belajar berikutnya. Informasi umpan balik dapat
menjadi nilai positif bila siswa menganggapnya itu adalah pemicu prestasi
berikutnya, tetapi bukan tidak mungkin justru menjadi negatif bila siswa menganggap
ini adalah nasib yang tidak mungkin diubah.
Bab V
KEMAMPUAN DAN INTELEGENSI
Diketahui bahwa pendidikan dan pengajaran adalah upaya membina prilaku
anak dengan cara interaksi antara individu dengan lingkungannya. Berapa faktor
yang turut mempengaruhi interaksi ini adalah sebagai berikut :
1. Kesiapan (readines) yaitu
kapasiti baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu
2. Motivasi
3. Tujuan yang ingin dicapai
Ada tujuh bagian utama tingkah laku penting yang harus diketahui untuk
kepentingan proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:
1. Motivasi
2. Perhatian
3. Ingatan
4. Fantasi
5. Berfikir
6. Perasaan
7. Bakat
Rana kognitif bertujuan pada orientasi kemampuan “berfikir” mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu “mengingat” sampai pada satu
kemampuan untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini Binyamin S.Bloom membagi rana
kognitif menjadi enam bagian utama, yaitu:
1. Knowladge
2. Comprehension
3. Application
4. Analysis
5. Synthesis
6. Evaluation
Rana afektif lebih dikenal pada rana yang berorientasi pada rasa atau
kesadaran. Banyak dikalangan para ahli menginterpretasikan rana afektif menjadi
sikap, nilai sikap yang diartikan tentu akan berpengaruh pada penyusunan tujuan
instruksional yang akan ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Adapun ciri dari
organisasi rana afektif adalah lebih mengorientasikan pada nilai-nilai,
norma-norma untuk diinternalisasikan dalam sistem kerja pribadi seseorang.
Inteligensi terkait erat dengan tingkat kemampuan seseorang menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, baik itu kemampuan secara fisik maupun non fisik.
Penelitian yang berkenaan dengan inteligensi dilakukan oleh para ahli selalu
dikaitkan dengan masalah-masalah konsep tentang berbagai hal yang menyangkut
perilaku kemampuan berfikir seseorang.
Inteligensi sebagai suatu aktivitas oleh G.D.Stonddard dinyatakan adalah
kegiatan untuk memecahkan problem yang demikian nyata, dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Problem itu harus tergolong
sulit
b. Problem itu mengandung
kerumitan atau kompleks
c. Problem itu memerlukan daya
mengabstraksi
d. Tingkah laku untuk melaksanakan
pemecahan problem itu harus cepat
e. Tingkah laku dalam melaksanakan
pemecahan problem sadar tertuju kepada tujuan tertentu
f. Problem itu memiliki nilai
sosial
g. Cara yang digunakan dalam
pemecahan problem itu orisional atau asli, yaitu penemuan sendiri.
Tes intelegensi dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Individual atau kelompok
2. Bahasa atau verbal
3. Mudah atau sukar, disesuaikan
dengan tingkat sekolah
Beberapa ahli telah merancang dan mengembangkan tes ukur intelegensi
sampai kini sebagian darinya tetap digunakan oleh para pendidik, namun sebagian
ditinggalkan. Beberapa model tes yang pernah dikembangkan tersebut adalah :
1. Tes Wechsler
2. Tes Progressive Matrices
3. Tes Army Alpha dan Beta
4. Tes Binet-Simon
Bab VI
KECERDASAN JAMAK
Goelman mekemukakan, bahwa kehidupan mental manusia dibentuk dari dua
pikiran yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional yang bekerja dalam
keselarasan yang erat, dan saling melengkapi. Kecerdasan pikiran rasional
diukur dengan IQ (Intelligence Question). Tes IQ digunakan sebgai dasar
meramalkan kemampuan bidang karir akademik.
Pandangan terhadap kegandaan (multiple) kecerdasan dipelopori oleh
Gardner. Gardner seorang tokoh muda dalam bidang psikologi di Amerika telah
memberikan banyak sumbangan terhadap psikologi khususnya tentang pengukuran
psikologi anak. Gardner yang terkenal
dengan kecerdasan jamak tidak memandang kecerdasan manusia semata berdasarkan
score tes standar, tetapi meliputi tujuh macam kecerdasan manusia yaitu : (1)
Linguistik intelligent (kecerdasan inguistik); (2) logical mathematical
intelligence (kecerdasan logika-matematika); (3) spatial intelligence
(kecerdasan spasial berfikir dalam tiga dimensi); (4) bodily-kinesthetic
intelligence (kecerdasan kinestetik-tubuh); (5) musical intelligence
(kecerdasan musik); (6) interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal);
(7) intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal).
Memperkenalkan kecerdasan jamak dalam kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan dalam tiga bentuk utama yakni: orientasi kurikulum, metodologi
pengembangan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran.
Bab VII
KECAKAPAN BERBAHASA
Seseorang yang mampu berbahasa dengan baik, santun dalam menyampaikan
pesan, mampu mendengarkan siapa saja, adalah satu kondisi dimana individu
adalah bagian dari masyarakat yang sangat diinginkan semua orang. Kemampuan
berbahasa diawali dari kemampuan mendengar dengan baik, kemampuan mengolah kata
dengan tertib, kemampuan menyampaikan baik secara lisan maupun tulisan yang
baik, akhirnya apa yang disampaikan tidak sekedar sampai kepada sasaran, akan
tetapi menimbulkan kesenangan bagi pihak lain yang diajak berkomunikasi. Fungsi
bahasa disamping sebagai alat komunikasi juga bahasa untuk menyatakan ekspresi
diri, sarana untuk beradaptasi dan berintegrasi dalam masyarakat, dan sarana
untuk mengontrol masyarakat itu sendiri. Jadi bahasa sebagai sistem komunikasi
memiliki makna yang lebih luas dari sekedar berbicara.
Perkembangan kecakapan berbahasa beriringan dengan pertumbuhan usia
seseorang, hal ini bila keadaan pada seseorang anak berjalan normal tanpa
hambatan atau gangguan. Khususnya dalam perkembangan berbahasa, maka
kelangsungan kemampuan anak juga memiliki irama tersendiri.
Tugas-tugas perkembangan bahasa secara umum bila dipelajari akan dapat
dipilah-pilah dalam beberapa bagian yakni sebagai berikut :
1. Perkembangan kecakapan bahasa
lisan
2. Perkembangan kecakapan mengeja
3. Perkembangan kecakapan membaca
4. Perkembangan penguasaan
kosakata
5. Perkembangan kecakapan bahasa
tulis
Kemampuan menguasai berbagai bahasa selain bahasa ibu dengan baik dan
benar adalah satu anugerah dari Tuhan, disamping didukung oleh bakat dan
keinginan yang kuat. Artinya, mampu berbahasa asing tidak semua orang dapat
memilikinya, tetapi bagi mereka yang menginginkan akan lebih muda mendapatkan
kemampuan tersebut. Jadi belajar bahasa asing bukan semata-mata karena
tuntutan, kebutuhan atau faktor kebetulan, akan tetapi bakat dan keinginan
seseorang menjadi terampil dalam berbahasa selain bahasa ibu.
Bab VIII
DIMENSI KREATIVITAS DALAM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Berfikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas
memperlihatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik
sangat jarang terjadi. Tetapi kebaruan saja tidak cukup. Syarat kedua
kreativitas ialah dapat memecahkan persoalan secara realistik. Ketiga
kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal, menilai
dan mengembangkannya sebaik mungkin.
Dalam hal pengembangan kreativitas sebagai sebuah sistem, Guilford
mencoba menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen utama untuk melihat
kreativitas pada satu individu yakni; contents, product, dan operation yang
masing-masing mempunyai bagian penting.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berfikir kreatif menurut Coleman dan
Hammen (1974) adalah kemampuan kognitif, sikap yang terbuka, dan sikap yang
bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri.
Berpikir kreatif tentu mempunyai epistimologi yang kompleks tetapi mapan,
intinya adalah upaya menemukan dimensi kreativitas dalam sistem pendidikan di
Indonesia. Telaah dengan psikologi sebagai satu formula tetap menjadi nilai
yang inheren dalam setiap pembahasan yang dilakukan.
Krativitas sebagai satu dimensi aktualisasi dari berfikir ilmiah,
maka sangat memberikan sumbangan besar
bagi upaya pengenalan, pemahaman, pengembangan individu yang inovatif, dinamis,
dan bertanggung jawab. Kreativitas perlu ditumbuh suburkan pada seluruh
individu karena dengannya diharapkan lahirnya rasa toleransi dan tanggung jawab
terhadap berbagai persoalan hidup berbangsa dan bernegara.
Akhirnya telaah psikologi berfikir bukan merupakan akhir dari
segala-galanya akan tetapi menjadi awal dari satu kesadaran, bahwa kreativitas
akan mendorong manusia untuk melakukan sesuatu secara baik dan benar. Untuk itu
kreativitas harus ditumbuh kembangkan di kalangan individu sebagai upaya
pembinaan generasi mendatang agar lebih cemerlang.
Bab IX
PERAN MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
Secara prinsip motivasi terkait dengan dorongan yang terdapat pada diri
seseorang untuk melakukan sesuatu. Tiga kata kunci dalam motivasi adalah
sebagai berikut : (a) dalam motivasi terdapat dorongan yang menjadikan
seseorang mengambil tindakan atau tidak mengambil tindakan, (b) dalam motivasi
terdapat satu pertimbangan apakah harus memprioritaskan tindakan alternatif,
baik itu tindakan A atau tindakan B, dan (c) dalam motivasi terdapat lingkungan
yang memberi atau menjadi sumber masukan atau pertimbangan seseorang untuk melakukan
tindakan pertama atau kedua.
Mengendalikan tindakan itu berarti membekali diri dengan berbagai
pengetahuan dan keterampilan yang pada gilirannya mampu memberi pertimbangan
sendiri apa yang harus dilakukan. Beberapa thapan yang juga harus dipertimbangkan
dalam mengambil tindakan ini disebut dengan proses yang menggambarkan motivasi
itu berperan dalam diri.
Salah satu fungsi motivasi dalam hal ini adalah memberikan penguatan
terhadap kegiatan yang akan dilakukan sehingga bermakna dan bermanfaat. Beberapa
fungsi motivasi ialah : mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan;
sebagai pengarah; dan sebagai penggerak.
Hal terakhir yang paling penting dalam mengembangkan motivasi untuk
kegiatan belajar adalah bahwa : motivasi instristik lebih baik daripada
motivasi ekstrinsik. Karena itu bagunlah motif-motif instrinsik pada nak-anak
didik.
Bab X
MASALAH KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar dapat diterjemahkan dari fenomena dimana siswa
mengalami kesulitan ketika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf
kualivikasi hasil belajar tertentu berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan
seperti yang dinyatakan dalam Tujuan Instruksional atau tingkat
perkembangannya. (Abin Syamsuddin M,1998:107).
Secara garis besar faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya
kesulitan belajar ada dua macam yakni:
1. Faktor intern siswa, yakni
hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri
2. Faktor ekstern siswa, yakni
hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari luar diri siswa sendiri
Secara umum ada enam tahapan yang akan dilakukan orang untuk mengatasi
kesulitan belajar yang terlanjur dialami siswa yakni :
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
3. Diagnosis
4. Prognosa
5. Tratmen/perlakuan
6. Evaluasi
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar pada anak adalah :
perkembangan fisik, emosi yang tidak stabil, kemampuan intelektual dibawah
rata-rata/mental retardation.
Satu fenomena yang selalu menjadi masalah dalam pembelajaran adalah
ketika peserta didik tidak dapat menceritakan kembali apa yang telah
dipelajari. Hal tidak dapat menceritakan kembali secara sederhana disebut
dengan “lupa”. Lupa dalam konteks pembelajaran merupakan bagian integral dari
proses itu sendiri artinya terjadinya lupa sangat tergantung dengan kegiatan
yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dalam agama Islam referensi tentang “lupa” banyak dijumpai, apakah dalam
kisah, maupun dalam berbagai perintah dan ajaran. Lupa menurut Usman Najati
(1985:228) dibedakan dalam tiga jenis :
1. Lupa yang terjadi pada benak
mengenai berbagai peristiwa dan informasi yang telah diperoleh sebelumnya
2. Lupa yang mengandung makna
lalai
3. Lupa dengan pengertian hilang
perhatian terhadap sesuatu hal
Dalam Al Quran penyebab lupa ada dua yakni: karena sifat alami manusia
yang memang memiliki keterbatasan, dan karena godaan syetan “Syetan telah
menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.
(QS,58:19), bagitu juga pada ayat yang lain “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah” (QS,2:286).
Dalam prakteknya kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh para pendidik
terhadap peserta didik memang beragam, akan tetapi yang cukup dipahami dalam hal
ini adalah bahwa makna dan tujuan dari kegiatan bimbingan tersebut adalah
memberikan informasi dan mengarahkan.
Bab XI
PENDIDIKAN KEPRIBADIAN
Secara khusus psikologi yang mengkonsentrasikan pembahasan tentang
kepribadian adalah psikologi kepribadian. Pribadi manusia memang sangat unik,
dan dengan keunikan tersebutlah maka seseorang individu menemukan pribadinya
ditengah pribadi-pribadi lainnya.
Psikologi kepribadian sesungguhnya bukan ilmu baru namun sudah berdiri
sejak lama, beberapa nama psikologi kepribadian yang selalu disamakan adalah
Charakteorologie, Psychology of Personality ada juga The Psychology of
Character atau ada juga theory of Personality. Dalam wacana keilmuan di
Indonesia psikologi kepribadian selalu juga disebut dengan Ilmu Watak, Ilmu
Perangai atau Karakterologi, Teory kepribadian dan Psikologi kepribadian.
(Sumadi Suryabrata,1986:1).
Aspek kepribadian yang akan dibangun dalam dunia pendidikan didukung oleh
berbagai aspek, dimana aspek kepribadian tersebutlah yang menjadi lapangan psikologi
kepribadian. Terdapat tiga aspek penting dalam hal ini yakni :
1. Sikap adalah hasil dari
pengaruh lingkungan
2. Tempramen hampir tidak
dipengaruhi oleh lingkungan
3. Sifat berada ditengah-tengah
merupakan percampuran antara sifat-sifat pembawaan dan pengaruh lingkungan.
(M.Ngalim Purwanto,1987:145).
Keluarga adalah persekutuan atau organisasi kecil yang ada dimuka bumi
ini tetapi mempunyai peran yang terbesar dalam menentukan perkembangan
kepribadian anggotanya. Setiap individu kita adalah anggota dari satu keluarga
dari keluarga-keluarga tersebutlah terbentuk satu kelompok masyarakat dan
akhirnya terciptalah komunitas masyarakat yang lebih luas yakni negara, bahkan
umat dimuka bumi ini.
Pengendalian keluarga diperankan oleh orang tua, dengan demikian peran
orang tua mempunyai arti yang sangat besar bagi upaya pembinaan dan pembentukan
kepribadian anak sesuai dengan yang diinginkan oleh tujuan pembentukan keluarga
itu sendiri. Karena itulah pemerintah menjadikan pendidikan keluarga sebagai
bagian integral dari sistem pendidikan nasional. (Departemen P dan K RI:1990).
Membangun keluarga sebagai pusat pembinaan kepribadian anak dalam hal ini
ditegaskan pada tiga fungsi utama yakni: keluarga sebagai rumah ibadah;
keluarga sebagai rumah sakit; dan keluarga sebgai rumah sekolah.
Pembelajaran akan terjadi dengan baik apabila anak memiliki lingkungan
yang mendukung. Bila orang tua mengerti dan melaksanakan hak dan kewajibannya
dalam keluarga, maka pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan bai di rumah
tangga maupun di sekolah akan berjalan dengan baik pula.
BAB III
PEMBAHASAN
Tujuan kehadiran buku ini agar pembaca memiliki media pengkayaan tentang
kejiwaan dan tingkah laku manusia khususnya peserta didik yang berkaitan dengan
proses pembelajaran. Untuk itu ada tiga semangat yang menjadi ruh penyusunan
buku ini yakni : pertama, diharapkan dengan buku ini pembaca lebih mudah
mengkomplikasi teori-teori psikologi pendidikan dengan pengalaman lapangan
untuk bahan mengikuti perkuliahan. Kedua, dengan buku ini pembaca lebih terpacu
untuk menelusuri sumber bacaan yang lebih luas dan mendalam. Ketiga, kehadiran
buku ini juga menjadi upaya memperkaya khazanah tulisan ilmiah bagi dunia
kependidikan.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN DARI BUKU
PSIKOLOGI PENDIDIKAN :
1
Cover
• Warna sampulnya cerah dan enak
dipandang
• penulisan judul yang jelas
• gambar sampul sesuai dengan
tema dan bahasan isi buku
• disertai dengan rangkaian kata
yang menggambarkan isi sampul dibelakang buku
2
Daftar isi
• daftar isi buku ini cukup
lengkap dan jelas sehingga mempermudah pembaca dalam membaca buku
• disertai dengan daftar tabel
dan daftar gambar
3
Isi Buku
• Buku ini sangat lengkap dalam
pembahasannya mengenai psikologi pendidikan dalam bidang pendidikan sampai
dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
• adanya keterkaitan antar
paragraf pada setiap penulisan isi buku
• disertai dengan kutipan-kutipan
yang dapat mendukung keakuratan data
• daftar pustaka yang banyak dan
lengkap
• disertai dengan tabel untuk
mempermudah pemahan pembaca
• dilengkapi dengan
lampiran-lampiran diakhir buku untuk memperjelas dan memperkuat materi
psikologi pendidikan yang telah dibahas diawal buku
• Di sajikan suplemen (hal-hal
tambahan yang berupa penerapan) dari materi bab yang telah di jelaskan
sebelumnya yang berhubungan dengan materi tersebut.
• Disertai dengan tugas-tugas
sebagai pengayaan ide-ide dan mengembangkan serta mengasah kemampuan dan
dijadikan sebagai latihan dari materi yang telah diberikan pada tiap-tiap bab
• Kalimat yang digunakan ringan
dan mudah dicerna oleh pembaca
• Ada beberapa kata yang sulit
untuk dipahami sehingga diperlukan pengertian terhadap kata tersebut.
• Penulisan yang terlalu monoton
sehingga pembaca dapat bosan dalam membaca
• Tidak terdapat catatan kaki
yang dapat memperjelas dan dapat mengetahui literatur dan keakuratan data
• Tidak dilengkapi dengan riwayat
hidup dan foto penulis di bagian paling akhir buku.
Identifikasi terhadap Buku
Pembanding:
Buku pembanding yang berjudul “Psikologi Belajar” sesuai dengan judulnya, lebih dominan
membahas mengenai belajar dan pembelajaran. Yang dibuka dengan hubungan antara
perkembangan dengan belajar, lalu konsep dan arti penting
belajar,karakteristik, manifestasi, dan ragam belajar, sampai kepada evaluasi
dan prestasi belajar. Sedangkan dalam buku utama fokus pembahasan berpusan pada
pendidikan dan landasan untuk mengembangkan strategi belajar. Dimana lebih
kepada landasan-landsan berfikir dalam meningkatkan mutu pendidikan dan
pengajaran.
Namun kedua buku memiliki bahasan yang sama dalam hal pembukaan pada awal
bab diawali dengan perkembangan dan pertumbuhan anak, lalu hal-hal yang menjadi
faktor keberhasilan dalam pengajaran seperti teori-teori belajar, motivasi
dalam belajar kecakapan dan kecerdasan yang harus dimiliki sampai kepada
kesulitan belajar seperti lupa, dan kejenuhan belajar.
Saya rasa kedua buku ini saling mendukung dan melengkapi dalam hal materi
yang bersangkutan dengan peserta didik dan hubungannya dalam pendidikan. Karena
belajar merupan kunci dari keberhasilan pendidikan dan tidak dapat saling
dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari kegiatan mengkritik buku ini, didapat beberapa kesimpulan terkait
buku “Psikologi Pendidian” yang telah diulas pada bab-bab sebelumnya,
diantaranya :
• Buku ini patut dibaca oleh
semua umur
• Buku ini merupakan salah satu
buku yang dirasa wajib untuk dibaca oleh para akademisi terkait tentang
Psikologi dalam Pendidikan terkhusus mahasiswa yang pendidikan serta kalangan
umum yang telah mencari-cari makna dari
kata psikologi terkhusus pendidikan. Isi dari buku ini sangat lengkap, yaitu terdiri
dari sebelas Bab, Pendahuluan; Pertumbuhan dan Perkembangan Anak; Belajar dan
Pembelajaran; Teori-teori Belajar; Kemampuan dan Inteligensi; Kecerdasan Jamak;
Kecakapan Berbahasa; Dimensi Kreatifitas dalam Psikologi Pendidikan; Peran
Motivasi dalam Pembelajaran; Kesulitan Belajar; serta Pendidikan Kepribadian
• Buku ini merupakan media
pengayaan tentang gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia khususnya peserta
didik yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
2. Saran
Saya menyadari bahwa kritik ini masih kurang memadai dan masih perlu di
sempurnakan. Dan apabila di dalam mengkritik
ini terdapat kesalahan-kesalahan, maka saya mohon maaf atas
kekurangannya dan mohon atas penyempurnaan yang lebih baik lagi. Selain itu
hendaknya kritik yang saya kemukakan ini dapat membangun dalam pencetakan buku
selanjutnya.