BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Penyusunan critical book report ini khusus ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Tugas ini dimaksudkan supaya para mahasiswa memahami dan menguasai cara mengkritik buku. Dan juga lebih bisa membandingkan dan mendapatkan intisari dari setiap buku yang dirangkum.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Penyusunan critical book report ini khusus ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Tugas ini dimaksudkan supaya para mahasiswa memahami dan menguasai cara mengkritik buku. Dan juga lebih bisa membandingkan dan mendapatkan intisari dari setiap buku yang dirangkum.
1.2 Tujuan
• Menemukan
kelebihan dan kekurangan dari buku.
• Memahami cara
mengkritik buku.
• Mendapatkan
perbandingan dari setiap materi di tiap buku.
1.3 Manfaat
Penulis berharap laporan ini memiliki manfaat bagi kita
semua. Baik dari pembaca maupun penulis sendiri. Diharapkan juga hasil kritikan
buku ini membuat pembaca lebih tertarik untuk ikut serta membaca ulang tentang
buku utama dan buku pembanding yang dijadikan acuan oleh penulis.
BAB
II
IDENTITAS
DAN RINGKASAN ISI BUKU
2.1 Identitas Buku
Buku Utama
Judul : Psikologi Pendidikan
Penulis : John W Santrock
Alih Bahasa : Tri Wibowo B.S
Penerbit : Kencana
Tahun Terbit : 2010
Edisi : Kedua
Cetakan : Ketiga
Tebal buku
: xxiv + 750 halaman, 25 cm
Buku Pembanding
Judul : Psikologi Pendidikan
Penulis : Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S.,
Ph.D.
Penerbit : Rajawali Pers
Tahun Terbit : 2013
Cetakan : Kelima
Tebal buku : xvi
+ 354 halaman
2.2 Ringkasan Isi Buku
BAB I
Psikologi Pendidikan: Perangkat untuk Mengajar Secara
Efektif
Psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang
mengkhusukan diri pada pemahaman proses mengajar dan belajar di dalam
lingkungan pendidikan. William James dan John Dewey adalah perintis penting
dalam psikologi pendidikan, dan juga E. L. Thorndike. Di antara ide penting
dalam psikologi pendidikan yang berasal dari Dewey adalah: anak sebagai
pembelajar aktif, pendidikan untuk semua anak, penekanan pada adaptasi anak terhadap
lingkungannya, dan cita-cita demokratis agar semua anak mendapatkan pendidikan
yang baik. Hanya ada sedikit tokoh dari kelompok etnis minoritas dan beberapa
perempuan di awal sejarah psikologi pendidikan karena adanya hambatan etnis
minoritas dan beberapa perempuan di awal sejarah psikologi pendidikan karena
adanya hambatan etnis dan gender. Perkembangan lebih lanjut mencakup munculnya
behaviorisme Skinner pada pertengahan abad ke-20 dan revolusi kognitif pada
1980-an. Pada tahun-tahun belakangan ini, muncul minat yang makin luas terhadap
aspek sosioemosional dari kehidupan anak, termasuk konteks kultural.
Mengajar terkait dengan sains dan seni. Dari segi sains,
informasi dari riset psikologis dapat memberikan ide yang berharga. Dari segi
seni, keahlian dan pengalaman berperan penting untuk pengajaran yang efektif.
Guru yang efektif menguasai mata pelajaran, menggunakan
strategi mengajar yang efektif, dan punya keahlian dalam bidang berikut:
perencanaan dan penentuan tujuan, manjemen kelas, motivasi komunikasi, bekerja
dengan kelompok etnis dan kultural yang berbeda-beda dan teknologi. Menjadi
guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi. Ini mencakup sikap
yang baik dan penuh perhatian kepada murid. Guru mudah terseret ke sikap
negative, tetapi sikap ini akan mempengaruhi murid dan mengganggu proses
belajar mereka.
Pengalaman personal dan informasi dari ahli bisa
membantu anda untuk menjadi guru yang efektif. Informasi yang anda peroleh dari
riset juga sangat penting. Informasi dari riset tersebut akan membantu anda
untuk memilih berbagai strategi dan menentukan mana yang paling efektif dan
paling tidak efektif. Riset membantu anda mengurangi kesalahan dalam penilaian
yang hanya didasarkan pada pengalaman personal. Sains bukan didefenisikan oleh
apa yang ditelitinya tetapi oleh bagaimana cara investigasi dilakukan. Riset
ilmiah bersifat objektif, sistematis dan dapat diuji, mereduksi kemungkinan
informasi akan didasarkan pada keyakinan, opini, dan perasaan. Riset ilmiah
didasarkan pada metode ilmiah, yang terdiri dari beberapa langkah: merumuskan
masalah, mengumpulkan data, menarik kesimpulan, dan merevisi kesimpulan dan
teori. Sebuah teori adalah seperangkat ide yang koheren yang membantu
menjelaskan dan membuat prediksi. Sebuah teori memuat hipotesis.
Banyak metode yang dapat dipakai untuk mendapatkan
informasi tentang beragam aspek dari psikologi pendidikan. Metode pengumpulan
data riset dapat diklasifikasikan sebagai metode deskriptif, korelasional dan
eksperimental. Metode deskriptif mencakup observasi, wawancara, kuesioner, tes
standart, studi etnografik, dan studi kasus. Dalam studi korelasional,
tujuannya adalah mendeskripsikan kekuatan hubungan antara dua atau lebih
kejadian atau karakteristik. Prinsip-prinsip adalah korelatif tidak sama dengan
sebab akibat. Riset eksperimental adalah satu-satunya jenis riset yang dapat
mengungkapkan sebab-sebab perilaku. Melakukan sebuah eksperimen melibatkan
pengkajian pengaruh setidaknya satu variabel independen (faktor eksperimental,
berpengaruh dan dimanipulasi) terhadap satu atau lebih variabel dependen
(faktor yang diukur). Eksperimen melibatkan penetapan acak terhadap partisipan
ke satu atau lebih kelompok eksperimental. Riset cross-sectional melibatkan
pengkajian kelompok orang pada satu waktu. Riset longitudinal adalah
mempelajari orang yang sama dalam kurun waktu tertentu. Riset evaluasi program
adalah riset yang di desain untuk membuat keputusan tentang efektivitas program
tertentu. Riset aksi dipakai untuk memecahkan problem sosial atau problem di
kelas tertentu, meningkatkan strategi pengajaran, atau membuat keputusan
tentang lokasi spesifik. Guru sebagai periset melakukan studi kelas untuk
memperbaiki praktik pendidikannya. Periset psikologi pendidikan mengakui bahwa
sejumlah masalah etika harus dipertimbangkan saat melakukan riset. Kepentingan
partisipan harus selalu diutamakan. Setiap usaha harus memerhatikan kesetaraan
lelaki dan perempuan.
BAB II
Perkembangan
Kognitif dan Bahasa
Perkembangan adalah produk dari proses biologis.
kognitif, dan sosioemosional, yang sering kali saling terkait. Periode
perkembangan mencakup bayi, anak-anak awal, menengah dan akhir, remaja, dan
dewasa awal. Semakin banyak Anda mengetahui perkembangan anak, semakin baik
pemahaman Anda tentang level yang tepat untuk mengajari mereka. Masa
kanak-kanak merupakan landasan untuk masa dewasa.
Bagian paling penting dari pertumbuhan adalah
perkembangan otak dan sistem saraf. Myelination yang melibatkan koordinasi mata
dan tangan belum lengkap hingga sekitar urnur 4 tahun, dan myelination yang
melibatkan pemfokusan perhatian belum lengkap hingga usia sekitar 10 tahun.
Terjadi pemangkasan synaptic substansial dari koneksi otak, dan tingkat
densitas koneksi synaptic belum mencapai titik tertentu di usia remaja. Daerah
otak yang berbeda berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Lateralisasi
(lateralization) dalam beberapa fungsi verbal dan nonverbal terjadi, tetapi
banyak fungsi yang terkait dengan kedua belahan otak. Tidak banyak yang
diketahui tentang hubungan antara neuroscience (ilmu sarat) dengan pendidikan,
dan bahkan efek dari hubungan itu terlalu dilebih-lebihkan.
Jean Piaget mengajukan teori tentang perkembangan
kognitif anak yang melibatkan proses- proses penting: skema, asimilasi,
akomodasi, organisasi, dan ekuilibrasi. Dalam teorinya, perkembangan kognitif
terjadi dalam urutan empat tahap: sensorimotor (dari kelahiran hingga usia 2
tahun), pra-operasional (tiga sampai tujuh tahun), operasional konkret (tujuh sampai
sebelas tahun), dan operasional formal (sebelas sampai lima belas tahun).
Masing-masing tahap mengalami kemajuan secara kualitatif. Dalam tahap
sensorimotor, bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan
pengalaman indrawi dengan gerakan dan mendapatkan pemahaman akan object
permanence. Pemikiran pra-operasional mencakup fungsi simbolis dan pemikiran
intuitif. Keterbatasannya adalah egosentrisme, animisme, dan centration. Pada
tahap operasional konkret, anak bisa melakukan kegiatan, dan pemikiran logis
menggantikan pemikiran intuitif ketika penalaran dapat diaplikasikan pada
contoh spesifik atau konkret. Klasifikasi, seriasi, dan transitivity adalah
keahlian operasional yang penting. Pada tahap operasional formal, pemikiran
lebih abstrak, idealistis, dan logis. Penalaran hipotetis-deduktif menjadi
penting. Egosentrisme remaja merupakan ciri dari banyak remaja.
Bahasa adalah bentuk komunikasi, entah itu lisan,
tertulis atau tanda, yang didasarkan pada sistem simbol. Bahasa manusia adalah
diciptakan. Semua bahasa manusia juga punya aturan fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, dan pragmatis. Anak-anak secara biologis sudah disiapkan
untuk belajar bahasa saat mereka berinteraksi dengan pengasuhnya. Bukti paling
kuat untuk basis biologis dari bahasa ini adalah bahwa anak di seluruh dunia
mencapai titik utama bahasa pada usia yang kira-kira sama meskipun ada banyak
perbedaan dalam lingkungan dan pengalaman. Akan tetapi, anak-anak tidak belajar
bahasa secara terpisah dari lingkungan sosial. Anak-anak mendapat banyak
manfaat apabila orang tua dan guru melibatkan mereka aktif dalam percakapan,
memberi pertanyaan, dan berbicara dengan mereka. Ringkasnya, pengalaman dan
aspek biologis berinteraksi untuk melahirkan perkembangan bahasa.
Penguasaan bahasa melalui beberapa tahap. Celoteh
terjadi pada usia kira 3 sampai 6 bulan, kata pertama muncul pada usia 10-13
bulan, dan pengucapan dua kata terjadi pada usia 18-24 bulan. Saat anak
melampaui tahap pengucapan dua kata ini, mereka dapat menunjukkan bahwa mereka
menguasai beberapa aturan morfologi, seperti didokumentasikan dalam studi
Berko-Gleason. Anak-anak juga mengalami kemajuan dalam fonologi, sintaksis,
semantik, dan pragmatik. Menjelang akhir remaja, kosakata bertambah dengan kata
abstrak. Pada masa remaja akhir (late adolescence), individu mulai bisa
mengapresiasi karya sastra dewasa.
BAB III
Konteks Sosial
dan Perkembangan Sosioemosional
Teman seusia adalah anak yang usia atau level
kedewasaannya sama. Isolasi sosial, atau ketidakmampuan untuk “nyambung” dengan
jaringan sosial, disebabkan oleh banyak problem. Anak mungkin punya salah satu
dari empat status teman sebaya: populer, ditolak, diabaikan, atau
kontroversial. Anak yang ditolak atau dijauhi sering kali mengidap problem
serius ketimbang anak yang diabaikan. Persahabatan adalah aspek penting dari
relasi sosial anak-anak. Relasi teman sebaya mulai mendominasi waktu anak di
sekolah dasar dan sekolah menengah. Kelompok teman seusia berjenis kelamin sama
mendominasi di sekolah dasar. Pada masa remaja awal, partisipasi dalam kelompok
meningkat.
Sekolah melibatkan konteks perkembangan sosial yang
berubah dari prasekolah hingga sekolah menengah atas. Setting masa kanak-kanak
awal adalah lingkungan terlindungi dengan satu atau dua guru, biasanya wanita.
Teman seusia lebih penting di masa sekolah dasar. Di sekolah menengah, bidang
sosialnya meluas mencakup seluruh sekolah, dan sistem sosialnya menjadi lebih
kompleks. Kualitas pendidikan kanak-kanak awal membutuhkan pendidikan yang
tepat secara developmental, yakni sesuai dengan usia dan sesuai secara
individual. Program Head Start adalah intervensi pendidikan efektif, tetapi
sekitar dari program ini belum efektif. Salah satu keprihatinan utama adalah
banyak kelas di SD hanya menggunakan umpan balik negatif. Transisi ke sekolah
menengah biasanya membuat murid tertekan karena berbarengan dengan perubahan
fisik, kognitif, dan sosioemosional. Perubahan ini mencakup pula perubahan
posisi dari paling atas menjadi paling bawah dalam hierarki sekolah. Sekolah efektif
untuk remaja muda disesuaikan dengan variasi individual dalam diri murid,
sangat memerhatikan perkembangan remaja muda dan memberi pada perkembangan
sosioemosional dan kognitif. Makin banyak pakar pendidikan yang percaya bahwa
dibutuhkan perubahan substansial di dalam pendidikan SMA di AS.
Aspek-aspek perkembangan sosioemosional ini: rasa harga
diri, identitas, dan konsep moral. Rasa harga diri, juga disebut martabat diri
atau citra diri, adalah konsepsi keseluruhan individu dirinya sendiri. Empat kunci
untuk meningkatkan rasa harga diri adalah: (1) mengidentifikasi sebab-sebab
rasa rendah diri dan domain kompetensi yang penting bagi murid; (2)
menyedinakan dukungan emosional dan penerimaan sosial, (3) membantu murid
berprestasi dan (4) mengembangkan murid untuk menangani situasi. Marcia
mengatakan bahwa remaja punya satu dari empat status identitas (berdasarkan
sejauh mana identitas itu dieksplorasi, atau sejauh mana identitas itu
dieksplorasi, atau sejauh mana mereka mengeksplorasi alternatifnya apakah
mereka membuat komitmen atau tidak).
BAB IV
Variasi
Individual
Intelegensi terdiri dari keahlian memecahkan masalah dan
kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman kehidupan sehari-hari.
Minat terhadap inteligensi sering kali difokuskan pada perbedaan dan penilaian
individual. Binet dan Simon menyusun tes inteltgensi pertama. Binet
mengembangkan konsep usia mental, dan Stern membuat konsep IQ sebagai MA/CA x
100. Distribusi skor Stanford-Binet mendekati kurva normal. Skala Weschler juga
banyak dipakai untuk menilai inteligensi. Semuanya menghasilkan IQ keseluruhan,
dan IQ verbal dan kinerja. Tes kelompok
lebih nyaman dan ekonomis, tetapi punya sejumlah kekurangan (kurang kesempatan
untuk menyusun laporan; gangguan dari murid Iain). Tes inteligensi kelompok
harus dilengkapi dengan informasi relevan lain saat akan membuat keputusan
untuk murid. Ini juga berlaku untuk tes inteligensi individual.
Empat kontroversi dan isu yang berkaitan dengan
inteligensi adalah: (1) persoalan sifat-asuhan dari bagaimana warisan dan
lingkungan berinteraksi untuk menghasilkan intelegensi; (2) apakah orang
memiliki inteligensi umum atau tidak; (3) seberapa adilkah tes intelegensi
berlaku untuk lintas kelompok etnis dan kultural; dan (4) apakah murid harus
dikelompokkan berdasarkan kemampuannya (tracking). Adalah penting untuk
menyadari bahwa tes intehgensi adalah indikator kinerja sekarang, bukan potensi
tetap.
Gaya bukan kemampuan tetapi cara yang disukai seseorang
untuk memanfaatkan kemampuan. Masing-masing individu punya sejumlah gaya
belajar dan berpikir. Gaya impulsif/reflektif juga disebut juga sebagai tempo
konseptual. Dikotomi ini adalah perbedaan tendensi untuk bertindak cepat dan
impulsif dengan tendensi untuk menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons atau
memikirkan (reflect) akurasi dari suatu jawaban. Murid impuisif biasanya
membuat lebih banyak kesalahan ketimbang murid reflektif. Gaya mendalam/dangkal
adalah sejauh mana murid menjalani proses belajar dengan satu cara yang
rnembantu mereka untuk memahami makna materi (gaya mendalam) atau sekadar
mempelajari apa-apa yang perlu dipelajari (gaya dangkal). Setiap kelas punya
murid dengan gaya belajar dan berpikir yang berbeda-beda, dan akan membantu
jika guru mengetahui mana gaya murid yang perlu dimodifikasi agar bisa membantu
mereka dalam belajar. Beberapa pengkritik mengatakan bahwa basis riset untuk
gaya belajar dan berpikir ini belum cukup berkembang.
Kepribadian
(personalitas) adalah pemikiran, emosi, dan perilaku khas yang menjadi ciri
dari cara individu untuk beradaptasi dengan dunianya. Psikolog baru-baru ini
meng-identifikasi "lima besar' faktor kepribadian: stabilitas emosional,
ekstraversi, keterbukaan kepada pengalaman, agreeableness, dan
conscientiousness. Faktor 'lima besar' ini memberi guru sebuah kerangka untuk
memahami karakteristik kepribadian murid. Konsep interaksi orang-situasi
menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengkarakteristikkan kepribadian individu
adalah bukan hanya berdasarkan bakat pembawaan saja, tetapi berdasarkan
pembawaan dengan situasinya. Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara
merespons yang khas. Chess dan Thomas meyakini bahwa ada tiga gaya temperamen
dasar: easy, dificult, dan slow-to-warm-up. Temperamen difficult (sulit)
membuat anak mudah kena masalah. Dalam pendidikan yang melibatkan temperamen
anak, guru dapat menunjukkan perhatian dan penghargaan pada individualitas,
mempertimbangkan struktur lingkungan murid, dan mewaspadai problem yang mungkin
timbul apabila mengenakan label “sulit” dan menggunakan paket program untuk
“anak sulit”.
BAB V
Diversitas Sosiokultural
Kultur adalah pola perilaku, keyakinan, dan semua produk
dari kelompok orang tertentu yag divariasikan dari satu generasike generasi
selanjutnya. Produk itu berasal dari interaksi antara anggota kelompok dan
lingkungan mereka selama bertahun-tahun. Kultur dikelompokkan menjadi kultut
individualistis (seperangkat nilai yang lebih memprioritaskan tujuan personal
ketimbang tujuan kelompok)dan kultur kolektivistik (seperangkat nilai yang
lebih memprioritaskan nilai yang mendukung kelompok). Banyak Kultur Barat
adalah individualistis dan banyak kultur Timur adalah kolektivistik.
Status sosioekonimu (SES) adalah kategorisasi orang
berdasarkan karakteristik ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan, Penekanannya
dititikberatkan pada perbedaaan antara individu dengan status sosioekonomi
rendah dan menengah. Individu dengan SES rendah biasanya kurang mendapat
pendidikan, kurang kekuatan untuk memengaruhi sekolah dan institusi komunitas
lainnya, dan kurang sumber daya sumber
daya ekonomi.
Etnisitas adalah pola karakterisrik umum seperti warisan
budaya, kebangsaan, ras, agama, dan bahasa. Semua orang adalah anggota dari
satu atau lebih kelompok etnis. Istilah ras kini didiskreditkan sebagai istilah
biologis, tetapi sayangnya masih dipakai untuk menstrereotipkan orang.
Prasangka adalah sikap negatif yang tak berasalan terhadap seseorang karena
keanggotaan seseorang itu dalam satu kelompok. Pengalaman historis, ekonomi,
sosial, menghasilkan perbedaan anatr kelompok etnis, dan adalah penting untuk
mengakui perbedaan ini. Adalah penting untuk mengakui perbedaan luas yang ada
dalam setiap kelompok kultural.
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang
menghargai diversitas dan memasukkan perspektif dan berbagai macam kelompok
kultural. Pemberdayaan, dengan cara memberikan keahlian intelektual dan
keahlian memecahkan masalah untuk membuat dunia menjadi lebih baik, adalah
aspek penting dari pendidikan multikultural dewasa ini. Pemberdayaan juga
bertujuan memberi murid kesempatan untuk mempelajari pengalaman, perjuangan,
dan visi dari berbagai kelompok etnis dan kultural yang berbeda-beda. Tujuannya
adalah agar pemberdayaan ini akan meningkatkan rasa harga diri kelompok
minoritas, mengurangi prasangka, dan memberi kesempatan pendidikan yang lebih
adil. Pengajaran yang relevan secara kultural adalah aspek penting dari
pendidikan multikultural. Pendekatan ini berusaha mengaitkan pengajaran dengan
latar belakang kultural murid. Pendidikan berpusat pada isu juga merupakan aspek
penting dari pendidikan multikultural. Dalam pendekatan ini, murid diajar agar
dapat secara sistematis mengkaji isu-isu yang menyangkut kesetaraan dan
keadilan sosial.
Di antara ide strategis untuk meningkatakan hubungan
antara murid dari kelompok etnis yang berbeda adalah: kelas jigsaw (menyuruh
murid-murid dari latarbelakang kultural yang berbeda untuk saling bekerja sama
mengerjakan bagian tugas yang berbeda dari tugas besar untuk mencapai tujuan
yang sama), kontak personal yang positif, perspective taking, pemikiran kritis
dan intelegensi emosional, mngurangi bias, meningkatkan toleransi, dan
mengembangkan sekolah dan komunitas sebagai satu tim. Pendukung pengajaran
nilai inti Anglo-Protestan Kulit Putih mengatakan bahwa nilai-nilai seperti
saling menghormati, hak individual, dan toleransi terhadap perbedaan harus
diajarkan ke semua anak. Para pengkritiknya berargumen bahwa nilai-nilai itu
bukanlah khusus milik Anglo=Protestan Kulit Putih, tetapu merupakan tradisi
Barat. Hirsch mengatakan bahwa murid harus diajari pengetahuan kultural umum
agar mereka melek budaya.
Gender adalah dimensi sosiokultural dari pria dan
wanita. Gender dibedakan dari seks (jenis kelamin), yang merupakan dimensi
biologis dari pria dan wanita. Peran gender adalah ekspektasi yang merumuskan
bagaimana pria dan wanita seharusnya berpikir, merasa, dan bertindak. Dua
pandangan tentang gender adalah teori psikoanilitis dan teori kognisi sosial.
Teman sebaya terutama memaikan peran kuat dalam menghargai perilaku yang
tepat-gender dan menghukum perilaku yang tidak tepat-gender. Dua pandangan
kognitif tentang gender adalah teori perkembangan kognitif dan skema gender.
Stereotip gender adalah kategori luas yang merefleksikan kesan dan keyakinan
tentang perilaku yang tapat untuk pria dan wanita Semua stereotip mengandung
gambaran tentang seperti apakah anggota dari suatu kategori. Beberapa stereotip
gender dapat berbahaya bagi anak-anak,
terutama yang menyangkut sexixme (prasangka dan diskrimanasi terhadap orang
berdasarkan jenis kelaminnya). Para psikolog telah mempelajari kesamaan dan
perbedaan gender dalam kinerja fisik, matematika dan kemampuan sains, keahlian
herbal, dan prestasi sekolah, keahliah hubungan (rapport talk, and report
talk), dan agresi/regulasi fdiri. Dalam beberapa kasus, perbedaan gender adalah
substansi (seperti dalam keahlian matematika). Dewasa ini, kontroversi masih
terjadi dalam soal beberapa umumkah atau seberapa jarangkah perbedaan itu
sebenarnya. Klarifikasi peran gender difokuskan dalam beberapa maskulin,
feminin, atau androginiskah seseorang itu.
BAB VI
Pelajar yang
Tidak Biasa
Persentase substansial dari anak penderita
ketidakmampuan mencakup retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, atau
gangguan emosional serius. Istilah dengan ketidakmampuan kini lebih banyak
dipakai ketimbang istilah “anak cacat” dan karenanya anak pendenta
ketldakmampuan ini tak lagi disebut “anak cacat”. Gangguan sensoris antara lain
gangguan visual dan pendengaran. Gangguan visual mencakup penglihatan lemah
(low vision) dan buta. Salah satu tugas penting adalah menentukan apa modalitas
(seperti sentuhan dan pendengaran) yang paling baik untuk membantu proses
belajar murid yang mengalami gangguan visual. sejumlah teknologi dapat membantu
murid-murid ini. Strategi pendidikan untuk murid yang menderita gangguan
pendengaran dibagi menjadi dua kelompok: oral dan manual. Kedua pendekatanini
makin banyak dipakai untuk murid dalam pendekatan komunikasi total. Di antara
gangguan fisik yang mungkin diderita murid adalah gangguan ortopedik (seperti cerebral
palsy) dan gangguan kejang (sepertl epilepsi).
Retardasi mental adalah kondisi yang tampak sebelum umur
18 tahun, yakni kecerdasan rendah (biasanya IQ di bawah 70) dan kesulitan
beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental diklasifikasikan
dalam term empat kategori terutama berdasarkan pada skor IQ: ringan, moderat,
berat, dan parah. Sistem klasifikasi yang lebih baru didasarkan pada level
dukungan yang dibutuhkan. Penyebab retardasi mental antara lain faktor genetik
(seperti dalam Down syndrome dan fragile X syndrome) dan kerusakan otak (yang
mungkin disebabkan oleh infeksi, seperti AIDS) dan faktor lingkungan.
Gangguan bicara dan bahasa antara lain problem dalam
berbicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan)
dan problem bahasa (kesulitan menangkap dan mengekspresikan bahasa). Gangguan
artikulasi adalah problem dalam pelafalan kata secara benar. Gangguan suara
tampak dalam bicara yang terlalu keras, kasar, atau terlalu lemah. Anak dengan
bibir sumbing biasanya mengalami gangguan jenis ini. Gangguan kefasihan
biasanya kita kenal sebagai “gagap”. Gangguan bahasa adalah kerusakan
signifikan dalam bahasa reseptif dan ekspresif anak. Bahasa reseptif adalah
penerimaan dan pemahaman bahasa. Bahasa ekspresif adalah bahasa untuk
mengekspresikan pikiran seseorang dan berkomunikasi dengan orang lain.
Anak dengan gangguan atau ketidakmampuan belajar
biasanya punya kecerdasan normal atau lebih; mereka setidaknya kesulitan dalam
satu bidang akademik atau lebih; dan kesulitan itu tidak berkaitan dengan
gangguan lain seperti retardasi mental. Mendiagnosis apakah anak punya gangguan
belajar atau tidak adalah tugas sulit. Kemungkinan anak lelaki menderita
gangguan belajar adalah tiga kali lebih banyak ketimbang anak perempuan.
Dyslexia adalah gangguan parah dalam kemampuan membaca dan mengeja. Anak dengan
ketidakmampuan belajar kerap mengalami kesulitan menulis dengan tangan,
mengeja, atau menyusun kalimat, dan kesulitan dalam bidang matematika. Ada
kontroversi seputar kategori “ketidakmampuan belajar”; beberapa kritikus
percaya bahwa kategori itu adalah hasil dari diagnosis yang berlebihan, yang
lainnya tidak percaya. Diagnosis adalah sulit, terutama untuk gangguan ringan.
Identifikasi awal terhadap anak yang mungkin menderita gangguan belajar sering
kali dilakukan oleh guru di kelas, yang kemudian meminta ahli untuk
mengevaluasi anak itu. Banyak intervensi untuk ketidakmampuan membaca dan
mencakup strategi seperti peningkatan keterampilan decoding. Keberhasilan
intervensi tergantung kepada training dan keahlihan dari guru.
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah
ketidakmampuan di mana anak menunjukkan problem yang terus-menerus dalam satu
ataulebih area ini. Kurang perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Walaupun
tandi-tanda ADHD mungkin ada di masa kanak-kanak awal, diagnosis ADHD sering
kali baru dilakukan pada SD. Banyak pakar merekomendasikan kombinasi intervensi
media, akademik, dan behavioral untuk membantu murid ADHD belajar dan
menyesuaikan diri. Gangguan perilaku dan emosionai terdiri dari problem serius
yang menyangkut hubungan, agresi, depresi, rasa takut yang diasosiasikan dengan
persoalan personal atau sekolah, dan gangguan sosioemosional lainnya. Istilah
gangguan emosional serius belakangan ini dipakai untuk mendeskripsikan kategori
gangguan ini, walaupun bukannya tanpa kritik. Dalam contoh perilaku yang sangat
agresif dan tak terkontrol, murid akan dikeluarkan kelas. Problem ini lebih
banyak dialami anak lelaki ketimbang anak perempuan. Problem depresi,
kecemasan, takut, dan memendam perasaan biasanya lebih banyak dialami anak
perempuan ketimbang anak lelaki.
Hak pendidikan anak penderita ketidakmampuan ditetapkan
pada pertengahan 1960-an. Pada 1975 Kongres memberlakukan Public Law 94-142,
Education of All Handicapped Children Act, yang menetapkan bahwa semua murid
harus mendapat pendidikan publik yang tepat dan bebas biaya. Public Law 94-142
diganti dengan Individual with Disabilities Education Act (IDEA) yang
menentukan persyaratan umum untuk melayani semua anak penderita ketidakmampuan.
Anak yang dianggap menderita ketidakmampuan dievaluasi untuk menentukan
eligibilitas mereka untuk mendapatkan layanan pendidikan. IDEA mengandung
banyak ketentuan yang berkaitan dengan orang tua anak penderita ketidakmampuan.
IEP adalah rencana program tertulis yang secara spesifik
ditujukan untuk anak penderita ketidakmampuan. Rencana harus: (1) berhubungan
dengan kapasitas belajar anak. (2) disesuaikan untuk masing-masing individu
(individualized) dan bukan salinan dari rencana yang ditawarkan untuk anak
lain, dan (3) didesain untuk memberikan manfaat pendidikan. Konsep least
restrictive environment (IRE) termuat dalam IDEA. Konsep ini menyatakan bahwa
anak penderita ketidakmarnpuan harus di didik dalam setting yang semirip
mungkin dengan setting tempat anak yang tidak menderita ketidakmampuan belajar.
Ketentuan IDEA ini memberi basis hukum untuk upaya mendidik anak dengan
ketidakmampuan di kelas reguler. Istilah inklusi berarti mendidik anak
penderita ketidakmampuan kelas reguler.
BAB VII
Pendekatan
Behavioral dan Kognitif Sosial
Behavioral adalah pandangan bahwa perilaku harus
dijelaskan melalui pengalaman yang dapat di observasi secara langsung, bukan
melalui proses mental. Pengkodisian klasik dan operan dalah pandangan
behavioral yang menekankan pada pembelajaran asosiatif. Psikologi semakin
kearah kognitif selama dekade terakhir abang ke-20 dan penekana pada kognitif
masih berlanjut sampai sekarang. Ini tercermin dalam empat pendekatan kognitif
sosial yang menekankan pada interaksi faktor perilaku, lingkungan, dan
person/kognisi, dalam menjelaskan pembelajaran. Pendekatan pemrosesan informasi
yang menitik beratkan pada bagaimana anak mengolah informasi melalu atensi,
memori, pemikiran, dan proses kognitif lainnya. Pendekatan konstruksitivis
kognitif menekankan pada konstruksi pengetahuan dan pehaman oleh anak.
Pendekatan konstruktivis sosial menitik beratkan pada upaya kerja sama dengan
orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman.
Analisis perilaku terapan berarti mengaplikasikan
perinsip pengkondisianoperan untuk mengubah perilaku manusia. Mencari penguat
mana yang paling baik untuk murid. Prinsip Prensance menyatakan bahwa aktivitas
berprobabilitas tinggi dapai digunakan sebagai untuk menguatkan aktivitas
muridapa yang harus mereka lakukan untuk mendapatkan imbalan. Analisa perilaku
terapan merekomendasikkan agar penguatan dibuat kontingen-artinya, diberikan
secara tepat waktu dan hanya murid melakukan suatu tindakan yang diinginkan.
Skinner mendeskrikpsikan sejumlah jadwal penguatan. Kebanyakan penguatan di
kelas adalah penguatan parsial. Skinner mendeskripsikan empat jadwal penguatan
parsial: rasio-tetap, rasio-variabel, interval-tetap, dan interval-variablel.
Perjanjian (Contracting) adalah menempatkan kontingensi penguatan dalam
kesepakatan tertulis. Meskipun penguatan negatif dapat meningkatkan perilaku
yang diharapkan. Cara in iharus dilakukan dengan sanat hati-hati untuk murid
yang tidak memiliki kemampuan regulasi diri yang baik. Sebuah prompt (dorongan)
adalah stimulus tambahan atau petunjuk tambahan yang meningkatkan kemungkinan
suatu stimuli disktiminatif akan menghasilkan hasil yanh diinginkan.Shaping
(pembentukan) adalah pengajaran perilaku baru dengan secara terus-menerus
memperkuat perilaku yang mendekati perilaku sasaran.
Strategi untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan
antara lain: menggunakan penguatan diferensial, menghentikan
penguatan,menjauhkan stimuli yang diharapkan, dan menyajikan stimuli yang tidak
menyenangkan. Dalam penguatan diferensial guru bisa memperkuat perilaku yang
lebih tepat atau perilaku yang bertentangan dengan apa yang sedang dilakukan
murid. Menghentikan peguatan (pelenyapan) adalah menghilangkan penguatan dari
perilaku. Banyak perilaku yang tidak tepat justu bertahan karena atensi guru,
jadi menginggalkan perhatian bisa menurunkan perilaku yang tidak tepat itu.
Strategi paling umum untuk menjauhkan stimuli yang diinginkan adalah time-out.
Strategi kedua adalah response cost, yakni dengan menjauhkan penguat
positif-seperti privilese-dari murid. Stimulus yang tidak disukai menjadi
sebentuk hukuman hanya jika ia menurunkan perilaku. Bentuk paling umum dari
hukuman di kelas adalah teguran herbal. Hukuman harus digunakan sebagai opsi
terakhir dan diiringi dengan penguatan atau response yang diharapkan. Hukuman
fisik tidak boleh dipakai di kelas. Apabila dipakai secara efektif, teknik
behavioral dapat membantu Anda untuk mengelelola kelas. Kritikus mengatakan
bahwa pendekatan ini terlalu menekankan pada kontrol eksternal dan kurang
memerhatikan kontrol internal. Mereka juga berargumen bahwa pengabaian faktor
kognitif berarti menyia-nyiakan potensi murid ysng besar. Para pengkritik itu
mengungaktan bahwa guru yang terlalu fokus pada pengelolaan kelas dengan
menggunakan teknik operan mungkin akan terlalu memerhatikan perilaku dan kurang
memerhatikan pembelajaran akademik.
Pendekatan perilaku kognitif bertujuan membuat murid
memonitor, mengelola, dan mengatur perilaku sendiri ketimbang dikontrol oleh
faktor eksternal. Dalam beberapa kalangan. Pendekatan int di namakan modifikasi
perilaku kognitif. Pendekatan perilaku kognitif berusaha mengubah miskonsepsi
murid, memperkuat keterampilan mereka dalam mengatasi masalah, meningkatkan
kontrol diri mereka, dan mendorong refleksi diri konstruktif. Metode instruksi
diri adalah teknik perilaku kognitif yang dimaksudkan untuk mengajari murid
untuk memodifikasi perilaku mereka sendiri. Dalam banyak kasus,
direkomendasikan murid mengganti pernyataan negatif tentang diri menjadi
pernyataan yang lebih positif. Para behavioris kognitif percaya bahwa murid
dapat meningkatkan kinerja mereka dengan memonitor perilaku mereka.
Pembelajaran regulasi diri adalah usaha memunculkan dan memonitor sendiri
pemiikiran, perasaan, dan perilaku dalam rangka mencapai suatu tujuan. Murid
berprestasi tinggi kerap kali adalah pelajar dengan regulasi diri yang baik.
Salah satu model pembelajaran regulasi diri melibatkan komponen-komponen
berikut: evaluasi dan monitonng diri, penentuan tujuan dan perencanaan
strategis, melaksanakan rencana, dan memonitor hasil dan memperbaiki strategi.
Pembelajaran regulasi diri memberi murid tanggung jawab atas pembelajaran
mereka.
Pendekatan kognitif sosial memperluas cakupan
pembelajaran dengan memasukkan faktor perilaku, kognitif, dan sosial. Konsep
pembelajaran observasional adalah penting dan banyak pembelajaran di kelas
dilakukan dengan cara ini. Penekanan pendekatan perilaku kognitif pada
pembelajaran instruksi diri, pembicaraan diri, dan regulasi dini telah
menimbulkan pergeseran penting dari pembelajaran yang dikontrol oleh orang Iain
ke pembelajaran yang dikontrol diri sendiri. Pengkritik pendekatan pembelajaran
sosial dan kognitif mengatakan bahwa pendekatan itu masih terlalu banyak
menekankan pada faktor perilaku dan eksternal dan kurang memerhatikan detail
proses kognitif. Pendekatan ini juga dikeritik karena bersifat
non-developmental dan tidak memberi cukup perhatian pada penghargaan diri dan
hubungan yang hangat.
BAB VIII
Pendekatan
Pemrosesan
Penekanan pemrosesan informasi menekankan bahwa anak
memanipulasi informasi, memonitornya, dan menyusun strategi untuk informasi
itu. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan berpikir. Perkembangan
computer memicu minat pada psikologi kognitif. Menurut Siegler, ciri utama dari
pendekatan pemrosesan informasi adalah pemikiran, mekanisme pengubah (
encoding, otomatisasi, konstruksi strategi, dan generalisasi) dan modifikasi
diri (yang mencakup metakognisi).
Memori adalah retensi informasi sepanjang waktu dan
melibatkan penyandian, penyimpangan dan pengambilan. Dua pendekatan utama cara
informasi di representasikan adalah teori jaringan (yang focus pada bagaimana
informasi diorganisasikan dan dikaitkan, dengan penekanan pada titik simpul
dalm jaringan memori) dan teori skema (yang menekankan bahwa murid sering kali
merekontruksi informasi dan menyesuaikannya dengan skema yang sudah ada. Script
adalah skema untuk suatu kejadian.
BAB IX
Proses Kognitif
Kompleks
Konsep adalah kategori yang digunakan untuk
mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan kesamaan
properti. Konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu untuk menyederhanakan
dan meringkas informasi. Konsep juga bisa meningkatkan memori, komunikasi, dan
peningkatan waktu. Dalam mengajarkan formasi konsep kepada murid, berdiskusi
dengan mereka tentang ciri-ciri konsep, definisinya dan contoh konsep
(menggunakan strategi contoh aturan) peta konsep dan organisasi hierarkis, dan
penyesuaian prototipe akan sangat
membantu.
Pemikiran melibatkan manipulasi dan transformasi
informasi ke memori. Jenis pemikiran antara lain pembentukan konsep, penalaran,
berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan problem.
Penalaran induktif adalah penalaran dari khusus ke umum. Analogi didasarkan
pada penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah penalaran dari umum ke
khusus. Pemikiran kritis berarti berpikir reflektif dan produktif, dan
mengevaluasi bukti. Pembuatan keputusan adalah pemikiran yang mengevaluasi
berbagai alternatif dan menentukan pilihan di antara alternatif tersebut.
Kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara yang baru dan
menarik dan menghasilkan solusi unik atas suatu persoalan. Berikut ini beberapa
cara yang dapat dilakukan guru untuk mendorong kreativitas dalam diri murid:
sesi brainstorming, menyediakan lingkungan yang mendorong kreativitas, tidak terlalu
mengatur murid, mendorong motivasi internal, dan mendorong pemikiran yang lebih
fleksibel dan main-main, serta memperkenalkan murid dengan orang kreatif.
BAB X
Pendekatan
Konstruktivis Sosial
Teori Plaget dan Vygotsky adalah teori konstruktivis.
Teori Plaget adalah teori konstruktivis kognitif, sedangkan teori Vygotsky adalah konstruktivis
sosial. Implikasi dari model Vygotsky untuk pengajaran adalah pengajaran harus
memberi kesempatan kepada murid untuk belajar bersama guru dan teman sebaya
dalam mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman. Dalam model Plaget dan
Vygotsky, guru adalah fasilitator, bukan pengatur. Semua pendekatan
konstruktivis sosial menekankan bahwa faktor sosial memberi kontribusi bagi
konstruksi pengetahuan dan pemahaman dari si murid. Situated cognition adalah
ide yang menyatakan bahwa pemikiran itu ditempatkan (situated) di dalam konteks
sosial dan fisik, bukan di dalam pikiran individual.
Tiga program konstruktivis sosial: Fostering a Community
of Learners dikembangkan oleh Aan Brown dan Joe Campinne dan cocok untuk anak
usia 6 sampai 12 tahun. Refleksi dan diskusi sangat ditekankan melalui tiga
strategi: (1) gunakan orang dewasa sebagai model peran; (2) mengajar anak; dan
(3) konsultasi komputer online. Evaluasi terhadap program ini cukup positif.
Schools for Thought adalah proyek yang mengkombinasikan aktivitas dari 3
program: (1) The Jasper Project; (2) fostering a community of Learners; dan (3)
Computer Supported Intentional Learning Environment. Program ini menekankan
pada penelitian yang mendalam dan luas. Guru membimbing murid agar menjadi
arsitek pengetahuan mereka sendiri. Sekolah kolaboratif orang tua-guru
dikembangkan di Salt Lake City, Utah. Anak biasanya belajar dalam kelompok
kecil selama jam sekolah, bersama-sama membuat keputusan dengan teman memberi
kontribusi pada bimbingan orang tua, d dan memperlakukan orang lain sebagai
sumber bantuan.
BAB XI
Pembelajaran dan
Kognisi di Area Isi
Perbedaan antara pengetahuan ahli dengan pengetahuan isi
pedagogis. Pengetahuan ahli adalah menguasai betul isi dari suatu disiplin.
Pengetahuan isi pendagogis adalah pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan
disiplin tertentu secara efektif. Keduanya dibutuhkan untuk menjadi guru yang
ahli. Model Chall memaparkan lima tahap dalam perkembangan dalam membaca; (0)
Dari kelahiran sampai grade satu, mengidentifikasi huruf abjad dan belajar
menulis nama sendiri. (1) Di grade satu dan dua, belajar mengucapkan hurf dan
melengkapi pembelajaran huruf nama dan suaranya. (2) Di grade dua dan tiga, belajar
kata individual dan menyelesaikan pembelajaran nama dan suara. (3) Di grade
empat sampai delapan, mendapat lebih banyak informasi baru dari tulisan. (4) Di
SMA, menjadi pembaca yang kompeten dan memahami materi dari perspektif yang
berbeda-beda.
Debat sekarang ini berfokus pada pendekatan
keahlian-dasar-dan-fonetik versus pendekatan bahasa-keseluruhan. Pendekatan
yang disebut pertama mendukung instruksi fonetik dan memberi murid materi yang
sederhana. Pendekatan kedua menekankan bahwa instruksi pembaca harus parallel
dengan pembelajaran bahasa natural anak dan memberi anak materi bacaan
meyeluruh, seperti buku dan puisi. National Reading Panel (2000) meyimpulkan
bahwa kedua pendekatan itu bermanfaat bagi murid. Riset menunjukkan bahwa
instruksi kesadaran fonologis sangat efektif jika dikombinasikan dengan
training huruf dan sebagai bagian dari program literasi total. Training kesadaran fonologis yang efektif membutuhkan
dua keahlian: pencampuran dan segmentasi. Kemampuan baca anak juga meningkat
jika diberi instruksi membaca oral dan instruksi strategi membaca.
Pendekatan kognitif untuk membaca menekankan pada
decoding dan pemahaman kata, mengontruksi makna, dan mengembangkan strategi
membaca ahli. Teks punya makna yang harus dikontruksi oleh pembaca secara
aktif. Strategi metakognitif dan proses
otomatis digunakan dalam decoding dan pemahaman kata. Kemampuan untuk mengubah
dan memikirkan suara juga penting. Instruksi strategi transaksional adalah
salah satu pendekatan untuk membantu murid dalam belajar membaca. Pendekatan
konstruktivis sosial untuk membaca menekankan bahwa: (1) konteks sosial
memainkan peran penting dalam proses belajar membaca dan (2) pembaca yang
berpengetahuan luas mesti mengajari pembaca yang kurang berpengetahuan. Makna
dinegosiasikan secara sosial. Pengajaran resiprokal adalah teknik berharga
untuk membantu murid meningkatkan kemampuan membaca mereka. Klub buku dan
koneksi sekolah/ keluarga/ komunitas juga merefleksikan perspektif
kontruksivitas sosial.
BAB XII
Perencanaan,
Instruksi dan Teknologi
Perencanaan instruksional libatkan pengembangan strategi
instruksi yang sistematis dan tertata yang berguna bagi pembelajaran murid.
Perencanaan yang baik harus menyentuh aspek tugas (menentukan tujuan
instruksional, merencanakan aktivitas, dan menentukan prioritas) dan waktu
(menyusun perkiraan waktu, menyusun jadwal, dan fleksibel). Anda perlu membuat
rencana untuk kerangka waktu yang berbeda, dari perencanaan tahunan sampai
harian.
Perencanaan pengajaran berorientasi guru mencakup
pembuatan sasaran perilaku, analisis tugas dan mengembangkan taksonomi
(klasifikasi) instruksional. Sasaran behavioral adalah pernyataan yang berisi
upaya mengubah perilaku murid untuk mencapai level kinerja yang diharapkan.
Analisis tugas difokuskan pada pembagian tugas-tugas kompleks menjadi
bagian-bagian komponen. Taksonomi Bloom cakup domain kognitif, afektif dan
psikomotor. Pengajaran langsung adalah pendekatan berorientasi guru yang
terstruktur, dimana guru mengatur dan mengontrol, mengharapkan kemajuan murid,
memaksimalkan waktu murid untuk tugas-tugas akademik, dan menekan sikap negatif
sampai ke tingkat minimum. Penggunaan materi non akademik tidak terlalu
ditekankan, demikian pula dalam interaksi guru-murid diluar orientasi akademik.
Strategi instruksional yang berpusat pada guru mencakup
mengorientasikan murid; mengajar menjelaskan, dan menunjukkan; pertanyaan dan
diskusi; penguasaan; tugas di kelas; dan pekerjaan rumah. Sebelum menyajikan
dan menerangkan materi baru, buatlah kerangka pelajaran. Cara terbaik adalah
dengan menyusun rencana lebih dahulu (ekapositori atau komparatif). Guru yang
efektif menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan dan mendemonstrasikan
materi baru. Pelajaran yang efektif memiliki sejumlah ciri, arti perencanaan
lebih awal, latihan soal secara teratur dan meringkas. Pembelajaran penguasaan
adalah ide pembelajaran konsep atau topik secara menyeluruh sebelum berpindah
ke topik yang lebih sulit. Huruf bervariasi dalam hal cara mereka menggunakan
tugas di kelas sebagai bagian dari pengajaran mereka para periset telah
menemukan bahwa. Pekerjaan rumah terhadap prestasi tidaklah besar di Sekolah
Dasar di Amerika. Ketika pekerjaan rumah diberikan adalah penting untuk
membuatnya bermakna, memonitor nya dan memberi umpan balik kepada murid.
Instruksi yang berpusat pada guru adalah teknik yang berguna dan para
pendukungnya percaya bahwa ini adalah pengajaran yang efektif untuk
meningkatkan keahlian dasar murid. Para pengkritiknya mengatakan bahwa cara ini
cenderung menimbulkan kelas yang pasif, pembelajaran dangkal kelas yang terlalu
kakuu, kurangnya perhatian terhadap perkembangan sosioemosional, motivasi
eksternal penggunaan tugas kelas yang berlebihan, terlalu sedikit kesempatan
untuk pembelajaran dunia rill, pembelajaran kolaboratif dalam
kelompok-kelompok.
Revolusi
teknologi adalah bagian dari masyarakat informasi tempat kita tinggal sekarang,
dan murid akan makin butuh keahlian teknologi teknologi sekarang ini dapat
menjadi alat yang baik untuk memotivasi murid dan membimbing pembelajaran
mereka. Banyak guru belum cukup terlatih untuk menggunakan komputer dan
teknologi lainnya, dan sering cepat ketinggalan jaman atau rusak. Hanya ketika
sekolah punya guru yang ahli teknologi dan sekolah punya teknologi terbaru,
maka baru revolusi teknologi punya kesempatan untuk mengubah kelas. Internet
secara khusus memberi murid akses ke banyak informasi. E-mail dapat dipakai
secara efektif di kelas. Kita perlu berhati-hati dalam menggunakan internet.
Salah satu perhatian adalah murid dari keluarga miskin dan sekolah yang miskin
masih kurang mendapat layanan teknologi. Perempuan juga mungkin punya lebih
sedikit akses dan kurang banyak disentuh teknologi. International Society for
Technology in Education telah menyusun standar teknologi di masa pra Taman
kanak-kanak sampai grade 2, grade 3 sampai 5, grade 6 sampai 8, dan grade 9
sampai 12. Standar ini bervariasi mulai dari perangkat input dan output
(seperti mouse dan printer) saat murid sudah selesai grade 2 hingga murid mampu
menggunakan sumber daya informasi online secara efektif untuk memenuhi
kebutuhan riset, komunikasi dan produktivitas pada akhir gret 12. Di masa
depan, ubiquitous computing mungkin akan menggantikan komputer desktop.
Ubiquitous computing menekankan pada distribusi komputer dalam lingkungan.
BAB XIII
Motivasi,
Pengajaran, dan Pembelajaran
Studi motivasi difokuskan pada proses yang memberi
energi, arah, dan mempertahankan perilaku. Perspektif behavioral tentang
motivasi menekankan bahwa imbalan dan hukuman eksternal adalah faktor utama
yang menentukan motivasi murid. Adalah stimuli atau kejadian positif atau
negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Perspektif humanistis menekankan
kapasitas pertumbuhan personal kita, kebebasan kita untuk memilih nasib, dan
kualitas positif kita. Menurut perspektif humanistis Maslow, hierarki motif,
dan kebutuhan murid harus dipuaskan dalam urutan tertentu. Aktualisasi diri,
kebutuhan tertinggi dan tersulit dalam hierarki Maslow, melibatkan motivasi
untuk mengembangkan potensi manusia secara penuh. Dalam perspektif kognitif
tentang motivasi, murid akan memandu motivasi mereka. Perspektif kognitif
memfokuskan diri pada motivasi internal untuk meraih sesuatu, atribusi, kinan
murid bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif, dan
menentukan tujuan, merencanakan, dan memonitor kemajuan mereka ke arah tujuan.
Perspektif kognitif mirip dengan konsep motivasi kompetensi R. W. White.
Perspektif sosial menekankan perlunya afiliasi.
Motivasi
intrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara
untuk ke tujuan). Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan
sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Secara keseluruhan, kebanyakan pakar
merekomendasikan agar guru menciptakan atmosfer kelas di mana murid dapat
termotivasi secara intrinsik untuk belajar. Salah satu pandangan dari motivasi
intrinsik menekankan karakteristik determinasi diri. Memberi murid beberapa
pilihan dan memberi banyak kesempatan untuk tanggung jawab personal akan
meningkatkan motivasi intrinsik. Csiksmentmihalyi istilah flow untuk
mendeskripsikan pengalaman hidup yang optimal, yang melibatkan penguasaan dan
konsentrasi kuat dalam suatu aktivitas. Flow paling mungkin terjadi di area di
mana murid ditantang Dan menganggap diri mereka mampu menghadapinya. Dalam
beberapa situasi hadiah dapat melemahkan kinerja. Ketika hadiah dipakai, hadiah
itu harus mengandung informasi tentang penguasaan tugas, sebagai kontrol
eksternal. Para periset telah menemukan bahwa saat murid berpindah dari SD ke
SMP dan SMA, motivasi intrinsik mereka terus menurun, terutama selama SMP.
Kesesuaian lingkungan person menimbulkan perhatian pada kurangnya kesesuaian
antara minat remaja pada kemandirian dan kontrol sekolah yang makin ketat yang
menyebabkan evaluasi dan sikap negatif terhadap sekolah.
Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang
dipelajari melalui pengalaman dengan dunia sosial. Untuk afiliasi atau
keterhubungan melibatkan motif untuk merasa aman dalam berhubungan dengan orang
lain, yakni dengan menjalin, memelihara dan memulihkan hubungan dengan hangat
dan personal. Dari segi penerimaan sosial, baik itu penerimaan guru maupun
teman sebaya merupakan hal penting. Konformitas teman sebaya sangat penting
pada majas sosial, dimana dibutuhkan keputusan penting tentang apakah kejar
motif akademik atau sosial. Memahami peran orang tua dalam memotivasi murid
membutuhkan pemahaman tentang karakteristik demografis (seperti level
pendidikan, waktu kerja dan struktur keluarga), praktik pengasuhan anak (seperti
penyediaan jumlah tantangan dan dukungan yang tepat), dan penyediaan pengalaman
spesifik di rumah (seperti penyediaan materi bacaan). Teman sebaya dapat
mempengaruhi motivasi murid melalui perbandingan sosial, kompetensi sosial,
pembelajaran teman sebaya dan pengaruh kelompok teman sebaya. riset menunjukkan
bahwa dukungan dan perhatian guru juga berpengaruh bagi prestasi anak. 1 aspek
penting untuk menguatkan motivasi murid adalah mengajak orang tua menjadi mitra
dalam pendidikan anaknya.
BAB XIV
Mengelola Kelas
Banyak kesamaan dalam isu manajemen untuk sekolah dasar
dan sekolah menengah. Akan tetapi ada juga beberapa perbedaan terutama dalam
pengelolaan kelas: guru SD sering menghadapi sekitar 20 sampai 25 murid yang
sama sehari penuh, sedangkan guru sekolah menengah menghadapi 100-150 murid
dalam waktu sekitar 50 menit sehari. Kejemuan dan berinteraksi dengan orang
yang sama sepanjang hari di sekolah dasar dapat menimbulkan masalah. Sekolah
menengah harus berpindah pelajaran dengan cepat. Mereka juga mungkin menghadapi
lebih banyak masalah dan murid mereka juga mungkin punya masalah yang lebih
parah dan sulit diubah. Problem ini dapat lebih berat ketimbang problem murid
SD. Murid sekolah menengah mungkin menuntut penjelasan yang lebih mendalam dan
logis dari aturan dan disiplin. Doyle mendeskripsikan enam karakteristik yang
merefleksikan kompleksitas kelas dan potensi problem: multi-dimensional; (2)
aktivitas simultan yang sedang berjalan; (3) kejadian yang terjadi dengan
cepat; (4) kejadian yang sering tak terduga; (5) kurangnya privasi; dan (6)
sejarah kelas.
Strategi yang baik untuk memulai kegiatan belajar
mengajar adalah: (1) membangun ekspektasi untuk perilaku dan menghilangkan
ketidakpastian; (2) memastikan murid merasakan pengalaman kesuksesan; (3) selalu
siap dan dapat dijangkau; dan (4) selalu bertugas. Fokus dalam psikologi
pendidikan dahulu adalah disiplin. Dewasa ini fokusnya pada pengembangan dan
pemeliharaan lingkungan kelas yang positif yang mendukung pembelajaran. Ini
melibatkan strategi manajemen proaktif bukan fokus pada penerapan disiplin
secara ketat. Secara historis, kelas yang dikelola dengan baik disebut sebagai
" mesin berpelumas baik," tetapi sekarang kelas yang efektif dianggap
seperti " saran aktivitas". Tujuan dan strategi antara lain: (1)
membantumu murid lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan mengurangi
waktu untuk aktivitas yang tidak berorientasi tujuan (menjaga aktivitas tetap
lancar, meminimalkan waktu transisi, dan mengajak murid bertanggung jawab); dan
(2) udah munculnya problem.
Prinsip dasar desain lingkungan fisik kelas yang efektif
adalah: (1) mengurangi kepadatan di area yang menjadi tempat lalu lalang; (2)
ikan Anda bisa melihat semua murid dengan mudah; (3) materi yang sering dipakai
dan perlengkapan murid harus mudah diakses; (4) memastikan agar semua murid
dapat melihat presentasi kelas. Gaya penataan kelas antara lain gaya
auditorium, tatap muka, offset, dan klaster (cluster). Adalah penting untuk
mempersonalisasikan kelas dan menjadi desainer environmental yang mampu
memahami apa aktivitas murid, menyusun rencana tata ruang, melibatkan murid
dalam pendesainan, dan mengujicobakan tata letak dan mau bersikap fleksibel
dalam mendesain ulang.
Gunakan manajemen kelas otoritatif bukan gaya otoriter
atau permisif. Gaya otoritatif adalah melakukan percakapan dengan murid
memerhatikan murid dan membatasi perilaku murid jika dibutuhkan. Pengajaran
yang otoritatif berhubungan dengan perilaku murid yang kompeten. Karya Kounin
mengungkapkan karakteristik lain yang berhubungan dengan manajemen kelas yang
efektif: withitness, mengatasi situasi yang tumpang tindih menjaga kelancaran
dan kontinuitas pelajaran, dan melibatkan murid dalam berbagai aktivitas yang
menantang. Bedakan antara aturan dan prosedur dan pertimbangkan kemungkinan
yang tepat untuk melibatkan murid dalam diskusi dan pembuatan aturan. Aturan
kelas harus: (1) masuk akal dan perlu; (2) jelas dandapat dipahami; (3)
konsisten dengan tujuan instruksional dan pembelajaran; dan (4) kompatibel
dengan aturan sekolah. Agar murid mau bekerja sama maka diperlukan: (1)
pengembangan hubungan positif dengan murid; (2) mengajak murid berbagi dan
mengemban tanggung jawab (melibatkan murid dalam perencanaan dan implementasi
inisiatif sekolah dan kelas, mendorong murid untuk menilai perilaku mereka
sendiri, jangan menerima alasan-alasan, dan bersabar sampai tanggung jawab ini
bisa bekerja); dan (3) memberi imbalan pada perilaku yang tepat (memilih
penguat yang efektif, menggunakan prompts dan shaping secara efektif, dan
menggunakan hadiah yang mengandung informasi penguasaan keahlian.
BAB XV
Tes Standard dan
Pengajaran
Tes standar disiapkan oleh spesialis tes untuk menilai
kinerja dalam kondisi yang seragam. Banyak tes standar bisa membandingkan
kinerja murid dengan kinerja murid lain pada usia atau level yang sama, dan
dalam banyak kasus perbandingan ini berbasis nasional. Tujuan tes standar
adalah bisa memberikan informasi tentang kemajuan murid, mendiagnosis kekuatan
dan kelemahan murid, memberi data untuk penempatan murid dalam program
spesifik, membantu administrator mengevaluasi program, memberikan informasi
untuk perencanaan dan peningkatan instruksi, dan memberi kontribusi bagi
akuntabilitas. Perhatian terhadap akuntabilitas telah memunculkan tes berbasis
standard an tes beresiko tinggi. Keputusan penting terhadap murid tidak boleh
didasarkan hanya pada satu tes standar saja tetapi harus didasarkan pada
beragam informasi dari berbagai penilaian.
Di antara kriteria paling penting untuk mengevaluasi tes
standar adalah norma, validitas, reliabilitas, dan keadilan. Untuk memahami
kinerja sekelompok individu yang sebelumnya diberi tes itu, ia perlu
dibandingkan dengan kinerja sekelompok individu yang sebelumnya diberi tes itu.
Ini adalah kelompok norma. Norma nasional didasarkan pada representasi kelompok
murid berskala nasional. Tes standar juga dapat bisa punya norma local dan
kelompok. Validitas adaah sejauh mana sebuah tes mengukur apa yang hendak
diukur dan sejauh mana inferensi terhadap tes itu akurat. Ada tiga tipe validitas
penting yakni validitas isi, validitas kriteria (yang bisa concurrent atau
predictive) dan validitas konstruk. Reliabilitas berarti sejauh mana sebuah tes
menghasilkan ukuran kinerja yang konsisten dan dapat direproduksi. Ukuran
reliable adalah stabil, dependable, dan relative bebas dari kesalahan
pengukuran. Reliabilitas dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain
test-retest-reliability, alternative-form reliability dan split-half
reliability. Tes yang adil adalah tes yang nonbias, nondiskriminatif, dan tidak
dipengaruhi oleh factor-faktor yang tidak relevan seperti gender, etnis, atau
bias di pihak penilai.
Ada perselisihan pendapat tentang manfaat tes standar
versus penilaian alternatif seperti penilaian kinerja dan portofolio. Jika
dipakai secara benar tes standar bermanfaat tetapi hanya Memberikan sebagian
dari gambaran penilaian dan punya keterbatasan. Beberapa pakar penilaian dan
guru percaya bahwa ujian negara beresiko tinggi harus mencakup penilaian
alternative. Kinerja murid Afrika-Amerika, Latino dan, suku Indian-Amerika
lebih mudah ketimbang murid kulit putih non-Latino pada beberapa tes standar.
Bias kultural adalah perhatian utama dalam tes standar ini. Beberapa pakar
penilaian percaya bahwa penilaian kinerja mengandung potensi mengurangi bias
dalam ujian.
BAB XVI
Penilaian Kelas
Penilaian pra instruksi, selama instruksi, penilaian
pasca instruksi harus diintegrasikan ke dalam pengajaran. Kebanyakan penilaian
pra instruksi melibatkan observasi informal, yang membutuhkan interpretasi.
Dalam observasi informal, amati petunjuk non verbal yang memberi wawasan
tentang murid. Latihan terstruktur juga dapat digunakan dalam penilaian pra
instruksi. Hati-hati dengan ekspektasi yang akan mendistorsi persepsi Anda
tentang murid. Lakukan persepsi awal anda sebagai hipotesis yang harus
dikonfirmasikan atau dimodifikasi berdasarkan observasi dan informasi lanjutan.
Beberapa guru juga menggunakan pra ujian dalam pelajaran tertentu.
Kecenderungan baru adalah memeriksa portofolio pembelajaran murid dari grade sebelumnya.
Penilaian formatif adalah servasi cepat dan monitoring yang dilakukan selama
instruksi. Penilaian sumatif, atau penilaian formal, adalah penilaian setelah
instruksi diberikan. Rasanya menggunakan tipe penilaian yang lebih formal,
seperti ujian.
Target pembelajaran, sebagaimana tujuan instruksional,
apa yang harus diketahui dan mampu dilakukan murid. Target pembelajaran bisa
difokuskan pada pengetahuan, penalaran/ pemikiran, produk, atau sikap.
Penilaian bermutu tinggi adalah penilaian yang valid, reliabel, dan fair
(adil). Validitas adalah sejauh mana sebuah penilaian mengukur apa apa yang
hendak diukur, dan seberapa akurat dan bergunakah inverensi guru. Sumber
terpenting dari validitas di kelas adalah bukti yang berhubungan dengan materi
pelajaran, sejauh mana penilaian merefleksikan apa-apa yang telah diajarkan.
Sampling isi yang memadai adalah aspek penting dari validitas.
Validitas instruksional adalah sejauh mana sebuah
penilaian itu merupakan sampel yang reasonable apa-apa yang berlangsung di
kelas. Validitas bisa diperkuat dengan mengaitkan target pembelajaran, isi,
instruksi dan penilaian. Reliabilitas adalah sejauh mana penilaian menghasilkan
nilai yang konsisten dan dapat direproduksi. Penilaian adalah adil Apabila
semua murid mendapat kesempatan yang sama untuk belajar dan menunjukkan
keahlian dan pengetahuan mereka. Filosofi penilaian pluralistis juga
mempengaruhi keadilan penilaian. Tren penilaian sekarang ini mencakup
penggunaan setidaknya beberapa penilaian berbasis kinerja, menilai keahlian
level tinggi, menggunakan metode penilaian lebih dari satu, menetapkan standar
kinerja yang tinggi komputer sebagai bagian dari penilaian. Tren lainnya
berfokus pada integrasi keahlian, memberi murid umpan balik, mengumumkan
standar dan kriteria.
BAB
III
PEMBAHASAN
1.1 Keunggulan Buku
Buku “Psikologi Pendidikan” yang ditulis oleh Jhon W
Santrock dan dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B.S dan ini merupakan buku edisi
kedua yang hak penerbitannya oleh Prenada Media Group. Buku edisi pertama
Psikologi Pendidikan disambut baik oleh pembaca. Karenanya buku ini menerima
penghargaan McGraw-Hill sebagai edisi
terbaik dari buku pegangan yang terbit pada 2001 lalu. Dan mendapatkan banyak
komentar positif dari para pengajar dan mahasiswa. Nah di edisi keduanya, buku
ini menerima banyak kritikan yang membangun agar membuat buku ini menjadai buku
pegangan yang di inginkan oleh pengajar dan mahasiswa. Dan hasilnya adalah,
buku ini komitmen untuk menyajikan psikologi pendidikan sebagai landasan kritis
untuk menjadi guru yang kompeten. Diharapkan buku ini membantu mereka menjadi
guru yang luar biasa setelah membacanya dan membuat ini menjadia pelajaran yang
menarik dan inovatif. Buku ini juga menggunakan tatanan Bahasa yang baik,
meskipun masih terdapat Bahasa asing di dalamnya, tetapi penggunaan jenis font
italic membuat pembaca tau bahwa itu merupakan istilah asing yang digunakan.
Buku ini terdiri dari 16 Bab, yang isinya terstrukutur
dari lingkup yang paling dasar sampai yang paling kompleks untuk menjadi
seorang guru yang luar biasa tadi. Dan di setiap awal Bab terdapat petunjuk
tentang garis besar bab dan tujuan bab. Selain itu di setiap akhir bab terdapat
contoh nyata tentang bab yang du jelaskan agar pembaca lebih mudah memahami
tentang isi materi itu, lalu kita dibuat untuk berpikir lagi, apakah tujuan
awal kita mempelajari bab itu? Itu tercatut di setiap akhir bab yang di sebut
Reach your learning Goals.
Di setiap bab juga terdapat banyak kata-kata yang asing
di baca, justru itu, penulis membuat arti dari kata-kata itu tepat di samping
setiap tulisan. Sehingga pembaca tidak harus membuka kamus atau membalik buku
sampai ke belakang hanya untuk melihat arti kata tersebut. Karena itu bisa
memecahkan konsentrasi pembaca. Selain itu terdapat juga strategi mengajar yang
di jelaskan di setiap bab. Jadi setiap bab dengan isi materi yang berbeda-beda
maka berbeda-beda pula strategi mengajarnya.
1.2 Kelemahan Buku
Buku “Psikologi Pendidikan” yang ditulis oleh Jhon W
Santrock juga memiliki kekurangan. Jika dibandingkan dengan buku pembanding
yang dari segi tebal saja sudah kelihatan. Tebal buku ini 750 halaman sedangkan
buku pembanding hanya 210 halaman saja. Bagi mereka yang tidak terlalu suka
membaca ini pasti menjadi tantangan berat, karena harus membaca perlahan buku
setebal ini.
BAB
IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Psikologi
pendidikan karya John W Santrock ini terdiri dari 16 bab yang
terstruktur dari hal yang paling mendasar sampai struktur yang kompleksnya. Bab
1 menceritakan tentang apa itu psikologi pendidikan dimana di bab ini lebih
membahasa tentang perangkat untuk mengajar secara efektif. Lalu bab selanjutnya
pembahasan tentang perkembangan kognitif dan Bahasa, bab 3 ada konteks sosial
dan perkembangan sosioemosional, bab 4 ada variasi individual, bab 5 ada
diversitas sosiokultural, bab 6 ada
pelajar yang tak biasa, bab 7 ada pendekatan behavioral dan kognitif sosial,
bab 8 ada pendekatan pemrosesan, bab 9 ada proses kognitif kompleks, bab 10 ada
pendekatan konstruktivis sosial, bab 11 ada pembelajaran dan kognisi di area
isi, bab 12 ada perencanaan, intruksi dan teknologi, bab 13 ada motivasi,
pengajaran dan pembelajaran,bab 14 ada
mengelola kelas, bab 15 ada tes standart dan pengajaran dan di bab
terakhir ada penilaian kelas. Di buku terbitan kedua ini, isinya merupakan
hasil kritik dan saran yang membangun dari pengajar dan mahasiswa yang menjadi
kan buku ini sebagai buku pegangan.
4.2. Saran
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan yang memadai dan masih perlu disempurnakan. Dan apabila di
dalam laporan ini terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam penulisan maupun
dalam penyampaian, maka penulis memohon maaf atas kekurangannya, dan mohon
ampun kepada Allah SWT. Penulis juga menerima saran yang membangun agar
kritikan ini menjadi lebih baik lagi.