BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Mengkritik sebuah buku adalah salah satu tuntutan kegiatan belajar bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Mengkritik buku merupakan suatu kegiatan yang bukan hanya membandingkan antara satu buku dengan buku lainnya, akan tetapi juga dapat menambah wawasan dan kajian keilmuannya dari buku yang di kritiknya. Berdasarkan hal tersebut, dalam critical book report ini berisi mengenai hasil rangkuman, kritik, kelemahan dan kelebihan dari buku yang berjudul “Psikologi Belajar Siswa”
Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1964 oleh Pitman Publishing Company, New York. Edisi revisi pertama kali diterbitkan tahun 1982 oleh Merloyd Lawrence, Delta/Seymour Lawrence, New York. Hak penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia pada Penerbit Erlangga berdasarkan perjanjian resmi tanggal 05 Januari 2012.
John Holt (1927-1985), salah seorang kritikus pendidikan terkemuka, adalah pengarang 10 buku berpengaruh yang sudah diterjemahkan ke dalam 14 bahasa. Dikenal sebagai pembaru yang gigih dan penuh semangat, serta sebagai "suara akal budi yang lembut" (Majalah Life), John Holt menawarkan kepada kita gagasan-gagasan yang menarik tentang hakikat pembelajaran yang bahkan lebih relevan lagi dewasa ini daripada sebelumnya.
Mengkritik sebuah buku adalah salah satu tuntutan kegiatan belajar bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Mengkritik buku merupakan suatu kegiatan yang bukan hanya membandingkan antara satu buku dengan buku lainnya, akan tetapi juga dapat menambah wawasan dan kajian keilmuannya dari buku yang di kritiknya. Berdasarkan hal tersebut, dalam critical book report ini berisi mengenai hasil rangkuman, kritik, kelemahan dan kelebihan dari buku yang berjudul “Psikologi Belajar Siswa”
Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1964 oleh Pitman Publishing Company, New York. Edisi revisi pertama kali diterbitkan tahun 1982 oleh Merloyd Lawrence, Delta/Seymour Lawrence, New York. Hak penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia pada Penerbit Erlangga berdasarkan perjanjian resmi tanggal 05 Januari 2012.
John Holt (1927-1985), salah seorang kritikus pendidikan terkemuka, adalah pengarang 10 buku berpengaruh yang sudah diterjemahkan ke dalam 14 bahasa. Dikenal sebagai pembaru yang gigih dan penuh semangat, serta sebagai "suara akal budi yang lembut" (Majalah Life), John Holt menawarkan kepada kita gagasan-gagasan yang menarik tentang hakikat pembelajaran yang bahkan lebih relevan lagi dewasa ini daripada sebelumnya.
1.2.
Tujuan
1. Memenuhi
tugas wajib mata kuliah Psikologi Pendidikan.
2. Mengetahui
dan memahami isi ataupun inti dari buku resensi yakni tentang psikologi siswa
dalam belajar.
1.3.
Manfaat
1. Menambah
wawasan dan pengetahuan baik penulis maupun pembaca tentang psikologi siswa
dalam belajar.
2. Menambah
wawasan dan pengetahuan baik penulis maupun pembaca tentang critical book
report.
Baca Juga Postingan Lain Dari Blog Ini !!
Kumpulan Critical Book Report [Tersedia >50 Jenis CBR]
Critical Journal Report [Tersedia > 40 Jenis]
Contoh Laporan Mini Riset [Tersedia >25 Jenis]
Kumpulan Makalah Berbagai Jenis Tema [Tersedia >100 Jenis]
1.4.
Identitas
Buku Utama
Judul buku : Psikologi Belajar Siswa
Penulis : John Holt
Penerbit : Erlangga
Tempat terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2012
Kode buku : 0073700060
ISBN : 9786022410409
Lebar buku : 14 cm
Panjang buku : 21 cm
Tebal buku : 376 halaman
1.5.
Gambar
Sampul Buku
1.6.
Daftar
Isi Buku
Bagian I : BELAJAR TENTANG ANAK-ANAK
Bagian II : BELAJAR & EKSPERIMEN
Bagian III : MEMBACA
Bagian IV : OLAHRAGA
Bagian V : SENI, MATEMATIKA, DAN HAL-HAL
LAIINYA
Bagian VI : PIKIRAN YANG SEDANG BEKERJA
Bagian VII : BELAJAR DAN CINTA
1.7.
Identitas
Buku Pembanding
1.7.1.
Buku Pembanding 1
Judul : Learning Methamorphosis Hebat
Gurunya Dahsyat Muridnya
Penulis : H.D. Iriyanto
Penerbit/Tahun : Penerbit Erlangga/2012
1.7.2. Buku
Pembanding 2
Judul : Pengantar Psikologi Umum
Penulis : Prof. Dr. Bimo Walgito
Penerbit/Tahun : Penerbit ANDI/1981
1.7.3. Buku
Pembanding 3
Judul : Permainan Cerdas Untuk Anak
Penulis : Dr. Dorothy Einon
Penerbit/Tahun : Penerbit Erlangga/2005
BAB
II
RINGKASAN
ISI BUKU
Bagian I
Belajar Tentang
Anak-Anak
Sebuah teori yang saat ini sedang
ramai-ramainya dibicarakan oleh banyak orang adalah teori otak kanan-otak kiri,
yang berpendapat bahwa untuk beberapa bentuk pemikiran kita menggunakan salah
satu sisi otak kita, dan untuk beberapa pemikiran lainnya kita menggunakan sisi
otak kita yang lain.
Pertama-tama, teori itu sendiri berubah
lebih cepat dari kemampuan kita mengikutinya. Dalam edisi terbaru majalah Omni
terdapat sebuah artikel berjudul “Brainstorms”, yang menyatakan bahwa teori
baru tentang otak kanan dan otak kiri sudah tidak diakui lagi dan bahwa
jenis-jenis aktivitas mental yang berbeda tidak bisa secara persis ditentukan
lokasinya, entah di bagian otang yang satu atau di bagian otak yang lain.
Dengan rancangan yang lebih cermat
terhadap kondisi-kondisi tes mereka, dan dengan menggunakan suatu analisis pola
pengenalan matematis, mereka telah memetakan korelasi pola-pola elektrik yang
kompleks dan berubah dengan cepat, yang melibatkan banyak area di dalam otak.
Hal ini menunjukkan kepada mereka bahwa tipe-tipe informasi berbeda tidak
diproses hanya di beberapa area otak yang terspesialisasi, sebagaimana yang telah
dianut selama beberapa decade sebelumnya. Melainkan, banyak bagian otak
terlibat, bahkan dalam fungsi-fungsi kognitif yang paling dasar sekalipun.
Gevind menyatakan, “bahwa tipe
tugas-tugas yang berbeda tidak diproses dalam segelintir area yang
terspesialisasi, melainkan banyak bagian-bagian otak ikut terlibat di dalamnya.
Sehingga tidak tepat jika dikatakan bahwa aritmatika, contohnya, berada di
salah satu lokasi otak saja hanya karena kerusakan di sana menyebabkan
ketidakmampuan melakukan penjumlahan. Yang dapat kita katakan hanyalah bahwa
area otak yang rusak sangat penting untuk melakukan aritmatika.
Sedari awal teori otak kanan-kiri
terlihat menyederhanakan sesuatu yang bagi saya sendiri yang berpengalaman
menggunakan pikiran sebenarnya tidak sesederhana itu. Tentunya tidak diragukan
lagi bahwa kita memang sering sekali menggunakan otak kita dengan cara yang
berbeda, terkadang dengan cara yang sangat sadar, terarah, linear, analitis, maupun
verbal, misalnya saat sebuah mobil tidak mau menyala dan kita pun mencoba
mencari tahu penyebabnya dan di saat yang lainnya (bahkan terkadang pada saat yang
bersamaan) kita menggunakan otak kita dengan cara yang lebih acak, inklusif
(memikirkan beberapa hal secara bersamaan pada waktu yang bersamaan juga),
intuitif, seringkali agak atau tidak disadari.
Sejauh ini saya tidak bermasalah dengan
para penganut teori otak. Bahkan mungkin saja kalau beberapa aktivitas mental
sebagian besar memang terpusat di beberapa bagian otak dan beberapa aktivitas
lain terpusat di bagian yang lain pula. Namun akan terkesan sempit dan aneh
jika dikatakan bahwa berbagai jenis pemikiran yang sedemikian rumit dari sebuah
pengalaman mental dapat dengan rapinya dibagi ke dalam dua macam, di mana salah
satunya dapat secara eksklusif ditetapkan hanya untuk bagian kiri otak, sementara
yang lain untuk bagian kanan otak.
Segala sesuatu yang kita pelajari
tentang organisme mengarahkan kita pada kesimpulan tidak hanya bahwa organisme
dapat dianalogikan dengan mesin, tetapi bahwa organisme itu adalah mesin.
Mesin-mesin buatan manusia bukanlah otak, namun otak adalah sebuah jenis mesin
perhitungan yang dipahami dengan sangat buruk. Gagasan semacam ini, yang
sekarang menjadi populer di banyak universitas-universitas terkemuka, yaitu
bahwa organisme, termasuk di dalamnya manusia, semata-mata hanyalah mesin, buat
saya adalah sebuah gagasan yang paling keliru, paling bodoh, paling merusak,
dan paling berbahaya dari semua gagasan buruk yang beredar di dunia saat ini.
Kalau saja sebuah gagasan bisa berubah menjadi setan, maka gagasan inilah salah
satunya.
Hanya dalam kehadiran orang-orang yang
sudah dewasa yang penuh cinta, rasa hormat, dapat dipercaya seperti Millicent
Shin atau Glenda Bissex, anak-anak dapat mempelajari semua yang mampu mereka
pelajari atau menyingkapkan kepada kita apa yang sedang mereka pelajari. Para
pemikir, pembedah, dan manipulator hanya akan mendorong anak-anak pada perilaku
artifisial (perilaku yang dibuat-buat dan tak bermakna), kalau tidak mau
menyebut tipu muslihat, pengelakan, dan lari dari masalah.
Bagian II
Belajar dan Eksperimen
Belajar adalah kegiatan yang berproses
dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis
dan jenjang pendidikan.
A. DEFENISI
BELAJAR
Sebagaian orang beranggapan bahwa
belajar adalah suatu kegiatan yang semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan
fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi-informasi pelajaran. Disamping
itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai pelatihan berkala
seperti yang tampak pada pelatihan membaca dan menulis.
B. CONTOH
BELAJAR
Dalam mempermudah pemahaman anda mengenai
cara sebenarnya belajar itu berlangsung, berikut ini akan dikemukakan salah
satu contoh yang sederhana sebagai gambaran. Seorang anak balita memperoleh
mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia memncoba mainan ini dengan cara memutar
kuncinya dan meletakkanya pada suatu permukaan atau dataran. Perilaku yang “memutar”
dan “meletakkan” tersebut merupakan suatu respons atau reaksi atas rangsangan
yang timbul pada mainan itu (misalnya, kunci dan roda mobil-mobilan tersebut).
C. ARTI
BELAJAR
Balajar adalah suatu key term (istilah
kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa adanya
proses pembelajaran sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu
proses yang sistematika, belajar hampir selalu mendapat satu tempat yang luas
dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan suatu upaya kependidikan,
misalnya psikologi pendidikan. Karena demikaian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya
riset dan eksperimen psikologi pendidikan pun diarahkan pada tercapainya
pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
D. TEORI-TEORI
POKOK BELJAR
1. Koneksionisme
Teori Koneksinisme (connectionism)
adalah teori yang ditemukan dan di kembangkan oleh Edward L. Thorndike
(1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Thondike
ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
Berdasarkan eksperimen di atas, Thondike
menyimpulkan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons.
2. Pembiasaan
Klasik
Teori pembiasaan klasik (clasical
conditioning) ini merupakan teori yang berkembang
berdasarkan hasil eksperimen oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan besar
rusia yang teleh berhasil menggondol hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada
dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedeur penciptaan reflek baru
dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace,
1973).
3. Pembiasaan
Prilaku Respons
Teori pembiasaan perilaku respons
(operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan
masih sangat berpengaruh di karangan para ahli psikologi belajar masa kini.
4. Teori
Pendekatan kognitif
Teori psikologi kognitif adalah bagian
terpenting dari sains kognitif yang telah meberi komtribusi yang sanagt berarti
dalam perkembangan psikologi pendidikan. Sains kognitif merupakan himpunan
disiplin yang terdiri atas; psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer, liguistik,
intelegensi buatan, matematika, epistimologi dan neuropsycsologi (psikologi
syaraf).
E. PROSES
DAN FASE BELAJAR
1. Defenisi
Proses Belajar
Dalam psikologi belajar, proses berarti suatu
cara-cara ataupun langkah-langkah khusus yang denganya beberapa yang
ditimbulkan hingganya tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan prilaku kognitif, efektif, dan psikomotor yang terjadi dalam
diri siswa.
2. Fase-Fase
Dalam Proses Belajar
Menurut Jerome S. Bruner, yang merupakan
salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlo, 1985), dalam proses belajar,
siswa menempuh tiga episode atau tiga fase, yakni:
a) Fase
informasi (tahap penerimaan materi).
b) Fase
transformasi (tahap pengubahan materi).
c) Fase
evaluasi (tahap penilaian materi).
Dalam fase informasi (information),
seorang siswa yang sedang belajar memeroleh sejumlah keterangan mengenai materi
yang sedang dipelajari. Dalam fase transformasi (transformation), informasi
yang telah itu di analisis, diubah, atau di transformasikan menjadi bentuk yang
abstrak atau konseptul supaya kelak pada giliranya dapat di manfaatkan bagi hal-hal
yang lebih luas. Dalam fase evaluasi (evaluation), seorang siswa yang akan melakukan
penilaian diri sendiri sampai sejauh mana pengetahuanya (informasi yang telah
di transformasikan tadi) dapat di manfaatkan untuk memahami banyak gejala-gejala
lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Bagian III
Membaca
Suatu hari saya dan Lisa berada di ruang
tengah membaca sendiri-sendiri. Ia mengambil empat buku dari bagian bacaan
untuk anak-anak di perpusatakaan umum, jumlah maksimal yang diperbolehkan. Ia
kemudian memilih buku yang paling menarik baginya, mengatur duduknya di sebuah
kursi besar, lalu mulai membaca. Saya bisa mendengar dia membaca sambil
menggumam, walaupun saya tidak bisa mendengar dengan jelas kata-katanya. Saya
kira dari bunyi nada suaranya dan dari jeda dalam membacanya, walaupun ada
banyak kata dalam bacaannya yang ia tidak tahu dan kenali, ada beberapa kata
yang memaksakannya berhenti sejenak dan mencari tahu apa arti itu. Mungkin
dengan menggunakan pengetahuan sederhananya tentang fonetik, mungkin menebak
dari konteksnya, atau mungkin kedua-duanya. Ada beberapa kata yang sengaja ia
lewatkan, ia tidak merasa harus memahami setiap kata yang ada. Tetapi sesekali
ia akan tiba pada sebuah kata yang tidak bisa ia pahami, atau terka, atau
lewatkan begitu saja. Hari ini ia menemukan kata semacam itu.
Pada dasarnya ilmu jiwa pendidikan
adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus mempelajari, meneliti dan membahas
seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan yang
meliputi tingkah laku belajar, tingkah laku mengajar, dan tingkah laku belajar
mengajar. Inti persoalan psikologi pendidikan dengan tanpa mengabaikan
psikologi guru terletak pada siswa. Secara garis besar psikologi pendidikan
banyak ilmuan membatasi dalam 3 pokok bahasan, yaitu pokok bahasan mengenai
belajar, proses belajar dan situasi belajar.
Di sisi lain, Crow and Crow mengemukakan
suatu ruang lingkup psikologi pendidikan antra lain :
a) Sampai
sejauh mana faktor hereditas dan lingkungan akan berpengaruh terhadap belajar.
b) Sifat-sifat
dari proses belajar.
c) Hubungan
antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar.
d) Signifikansi
pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan
keterbatasan belajar.
e) Perubahan
selama dalam belajar.
f) Hubungan
prosedur mengajar dengan hasil belajar.
g) Teknik
bagi penilaian kemajuan belajar.
h) Pengaruh
pendidikan formal dibandingkan informal terhadap individu.
i)
Manfaat nilai ilmiah terhadap pendidikan
bagi personel sekolah.
j)
Pengaruh psikologi yang ditimbulkan oleh
kondisi sosiologi terhadap sikap siswa.
Bagian IV
Olahraga
Pertumbuhan dan perkembangan anak didik
memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Pertumbuhan fisik mereka
secara kasat mata mungkin sebagian dapat diamati oleh indra dan kitapun dapat dengan
mudah membuat interpretasi-interpretasi terhadapnya. Kita terkadang memberikan
pendapat bahwa si fulan secara jasmani sehat, cukup gizi dan pertumbuhannya sangat
baik dengan hanya mendasarkan hanya pada pengamatan indra sesaat, walaupun
tidak seratus persen interpretasi tersebut benar.
Akan tetapi tidak semua perkembangan
jasmasi yang baik juga diikuti dengan kematangan perkembangan psikologinya.
Banyak sekali kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan masyarakat orang-orang
yang tampak sehat baik secara lahiriah ternyata secara psikologis dia sakit.
Untuk menginterpretasi bahwa seseorang atau siswa sedang mengalami masalah
secara psikologis, tidak cukup hanya dengan pegamatan sesaat. Dibutuhkan
penanganan yang khusus dan cermat agar seorang guru memperoleh informasi yang
lengkap mengenai anak didiknya sehingga akan memudahkannya untuk memberikan
treatment.
9 Juni 1965
Hari ini Tommy lebih bersemangat masuk
ke dalam air dan memulai latihan berenangnya dan mengambil kesempatan
pertamanya digendong. Kemajuannya dalam mengeksplorasi elemen baru dalam
berenang tidaklah stabil dan tanpa terputus-putus. Keberanian pada diri
anak-anak (dan tidak hanya mereka) timbul tenggelam seperti ombak hanya saja
siklusnya berlangsung dalam hitungan menit, bahkan detik. kita bisa melihat hal
ini dengan jelas ketika kita memperhatikan seorang bayi berusia dua tahun atau
lebih yang sedang berjalan dengan ibunya atau sedang bermain di taman.
10 Juni 1965
Seorang anak lebih mudah belajar untuk
sadar ketika hidung dan mulut mereka berada di bawah permukaan air, di sebuah
kolam yang tidak terlalu ganas. Tetapi kolam yang ini kecil dan penuh sesak,
dan kalau berada di negara yang beriklim kering, tidak ada saluran-saluran
sirkulasi yang membantu menurunkan gelombang air itu. Kita harus menemukan suatu
cara untuk mengatasi persoalan tersebut. Suatu permainan yang membantu muncul
secara kebetulan. Saya sedang memeganginya erat ketika ia terkejut air mausk
kedalam mulutnya, yang dengan cepat dna instingtif langsung ia semburkan ke
muka saya. Saya menjadikan peristiwa luar biasa, saya meringis, terbatuk-batuk,
tersedak, dan tergagap. Baginya hal ini sangat lucu dan dengan cepat
melakukannya lagi, berendam sebentar di dalam air, dankemudia menyemburkannya
ke saya.
Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia
berawal dari peristiwa awal herediter. Secara genetis manusia terbentuk dari
satu sperma dan satu telur. Keduanya mewakili sifat dari orang tuanya yang pada
akhirnya akan turun kepada anaknya sebagai individu baru. Dalam perjalanannya,
pertumbuhan ini diatur oleh hukum-hukum antara lain :
a) Pertumbuhan
adalah kuantitaif dan kualitatif.
b) Pertumbuhan
merupakan proses yang berkesinambungan dan teratur.
c) Tempo
pertumbuhan adalah tidak sama.
d) Taraf
perkembangan dari berbagai aspek pertumbuhan adlah tidak sama.
e) Kecepatan
serta pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh kondisi-kondisi di dalam dan di
luar badan.
f) Masing-masing
individu tumbu menurut caranya sendiri yang unik.
g) Pertumbuhan
adalah kompleks, dan semua aspeknya saling berhubungan.
Bagian V
Seni, Matematika, dan
Hal-Hal Lainnya
Dalam menghadapi siswa yang secara
psikologis memiliki masalah, guru harus hati-hati dan secara bijaksana
merangkul mereka untuk dibimbing dan di arahkan agar dapat mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya. Banyak factor yang melatarbelakangi seorang
siswa berprilaku menyimpang dari kebiasaan-kebiasaan yang normatif. Penelusuran
terhadap faktor-faktor penyebab ini akan membantu guru dalam mendiagnosa
masalah yang dihadapi serta langkah apa yang harus dilakukan dalam membantu
siswa keluar dari masalahnya.-Untuk
dapat melakukan semua rangkaian kegiatan tersebut, guru harus memiliki
pengetahuan mengenai psikologi anak pada khususnya dan psikologi pendidikan
pada umumnya.
Dalam buku Psikologi Belajar karangan John
Holt ini yang membahas tentang psikologi dalam ranah pendidikan, pengetahuan
tentang psikologi pendidikan, pertumbuhan dan perkembangan anak, teori-teori
psikologi tentang belajar, kesulitan anak dalam belajar dan lainnya mengenai
dasar psikologi dijelaskan secara rinci. Pengetahuan ini tentunya sangat penting
dan diperlukan bagi setiap guru untuk dikuasai agar dapat melakukan yang
terbaik bagi anak atau siswa dalam pendidikannya.
Gambar isometric biasanya dipergunakan
oleh para juru gambar untuk memberikan kesan tiga dimensi pada sebuah objek.
Ada sebuah kertas yang disebut kertas isometric, yang penuh dengan kotak-kotak
dan garis-garis vertical dan horizontal.
Bagian VI
Pikiran Yang Sedang
Bekerja
Waktu adalah uang, menurut kita, dan kita
selalu merasa bahwa kita tidak punya cukup waktu untuk itu. Waktu begitu cepat
berlalu dan sayangnya kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikannya.
Tetapi saat saya mengamati anak-anak ini, mereka seperti merasakan bahwa buat
mereka waktu bisa berhenti atau bahkan tidak perlu diperhitungkan
keberadaannya. Hal itu terjadi ketika liburan musim panas, ketika mereka punya
waktu banyak. Mereka terlihat seperti membuat semacam percakapan dengan benda
kubus itu. Itu lebih seperti mereka membiarkan si benda kubus itu yang
berbicara, dan mereka mendengarkan.
Tetapi rubik adalah sesuatu yang pernah
memasuki alam pikiran saya yang paling jauh. Saya sendiri terkejut ketika
menyadari bahwa beberapa hari yang lalu saya menyadari bahwa saya terus-menerus
memikirkannya, dan memainkan kubus itu di dalam pikiran saya. Pemikiran itu
datang ketika saya mampu menempatkan kubus itu di tengah-tengah masing-masing
isinya, misalnya persegi yang berwarna biru ada di tengah-tengah. Sementara sembilan
bujur sangkar lainnya, bujur sangkar yang berwarna kuning ada di tengah sembilan
bujur sangkar kuning dan seterusnya, sebagai sesuatu yang tetap sementara
delapan persegi yang lainnya bisa dipindah-pindahkan.
Geometri yang dimaksudnya bukanlah
bentuk-bentuk geometri kuno yang biasa ditemui di sekolah, tetapi lebih seperti
geometri eksotik yang lebih canggih. Ingatan saya mengatakan bahwa yang
dimaksudnya adalah geometri projektif, walaupun itu bukanlah satu-satunya
berbentuk geometri projektif yang pernah say abaca. Lalu saya bertanya
kepadanya mengapa ia menyukai salah satu cabang ilmu matematika itu. Ia
menjawab bahwa ada keindahan dan kesederhanaan dalam teorema itu.
Bagian VII
Belajar dan Cinta
Beberapa orang akan berkata, “tetapi
kalau kita bisa membuat anak-anak menjadi lebih cerdas, mengapa tidak kita
lakukan saja?” ya, mengapa tidak? Tetapi hampir semua gagasan buruk diawali
dengan gagasan yang baik, dan saya khawatir dengan gagasan yang kelihatannya
baik itu tidak akan butuh waktu lama untuk berubah menjadi gagasan yang buruk,
dan dengan demikian kementerian untuk pengembangan kecerdasan melakukan hal-hal
yang lebih merusak daripada kementerian pendidikan itu sendiri.
Selama ini kita telah dilatih untuk
percaya bahwa ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kebijaksanaan adalah hasil
dari sekolah, dan oleh karenanya semua orang akan dinilai dan diberikan
peringkat berdasarkan seberapa banyak yang bisa diserap oleh mereka selama
bersekolah. Lalu tak lama lagi kitapun akan diberi tahu bahwa kecerdasan adalah
produk dari pelatihan kecerdasan dan semua orang harus dinilai dan diberi
peringkat berdasarkan dari seberapa banyak proses tersebut, seperti halnya
semua proses produksi, yang biasanya mahal dan langka, yang mampu mereka beli.
Tentunya pelatihan kecerdasan yang diwajibkan yang pasti diukerjakan oleh para
pelatih bersertifikat, mungkin akan menjadi praktik yang umum di masa depan.
Ketika seorang bayi tidak dapat menerima
respons pada saat melakukan komunikasi sederhananya, seperti menangis, seluruh
integrasi sensori-motoriknya secara keseluruhan berupa penglihatan,
pendengaran, keseimbangan, implus motorik dan taktilnya tidak berkembang dalam
formasi vestibular dan reticular di dalam otaknya, yang semuanya merupakan fondasi
penting bagi perkembangan jalur-jalur di otak yang menghubungkan antara
hemisfer dan cara-cara memediasi lingkungan eksternalnya.
Dalam bab ini di jelaskan bahwa setiap para
pendidik diharapkan memiliki pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai
agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya
guna dan berhasil guna. Pengetahuan ini akan berguna mempelajari gejala
kejiwaan anak, perkembangan anak, minat dan bakatnya, cara belajar anak dan
membimbingnya serta bagaima mengawasi hasil belajarnya yang tepat.
Menurut Lindgren manfaat psikologi
pendidikan adalah untuk membantu para guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik
dalam hal mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan
prosesnya. Sementara itu, Chaplin menitikberatkan manfaat psikologi pendidikan
untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan beberapa
cara menggunakan metode-metode yang telah disusun rapi dan sistematis. Dari dua
macam pendapat tersebut, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu
yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan prinsip yang terkandung
dalam psikologi pendidikan dpat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam
mengelola proses belajar mengajar.
BAB
III
PEMBAHASAN
DAN RANGKUMAN BUKU PEDOMAN
Bagian I
Belajar Tentang
Anak-Anak
Buku pedoman :
Judul : Learning Methamorphosis Hebat
Gurunya Dahsyat Muridnya
Penulis : H.D. Iriyanto
Penerbit/Tahun : Penerbit Erlangga/2012
Pembahasan Otak Kiri
dan Otak Kanan, Halaman 28-29 :
Sejak buku Quantum Learning diterbitkan
di Indonesia, perhatian para penggiat pendidikan terhadap otak kiri dan otak kanan menjadi
semakin besar. Di buku itu, Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, menjelaskan bahwa
eksperimen terhadap dua belah otak (kiri dan kanan) menunjukan bahwa
masing-masing belahan otak bertanggung
jawab terhadap cara berpikir seseorang. Selain itu, masing-masing belahan
mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada
persilangan dan interaksi di antara keduanya.
Selanjutnya dikatakan dua penulis tadi
bahwa proses berpikir dari otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan
rasional. Artinya serba urut dan teratur. Cara berpikir otak kiri sesuai untuk
tugas-tugas ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan
detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Berbeda dengan otak kiri, otak kanan
kita dan murid-murid kita memiliki cara berpikir yang bersifat acak, tidak
teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikir ini sesuai dengan cara-cara
untuk mengetahui hal-hal yang bersifat non-verbal, misalnya seperti perasaan
dan emosi, pengenalan bentuk dan pola, musik dan seni, kepekaan warna, serta
kretivitas dan visualisasi.
Penting untuk kita ketahui bahwa kedua
belahan otak itu harus berfungsi secara seimbang. Belajar akan terasa mudah
bagi kita, kalau kita mau memilih bagian otak yang diperlukan dalam setiap
aktivitas yang sedang kita kerjakan. Begitupula bagi murid-murid kita.
Bagian II
Belajar &
Eksperimen
Buku Pedoman :
Judul : Pengantar Psikologi Umum
Penulis : Prof. Dr. Bimo Walgito
Penerbit/Tahun : Penerbit ANDI/1981
Pembahasan Belajar,
Halaman 165-175 :
“Living is learning”, merupakan sepenggal kalimat
yang dikemukakan oleh Havighurst (1953). Dengan kalimat tersebut memberikan
suatu gambaran yang menyatakan bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting,
sehingga tidaklah mengherankan bahwa banyak orang ataupun ahli yang
membicarakan masalah belajar. Hampir semua pengetahuan, sikap, keterampilan, dan
perilaku manusia dibentuk, diubah dan berkembang melalui belajar. Kegiatan
belajar dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, di rumah, di sekolah, di
pasar, di took, di masyarakat luas, pagi, sore, dan malam. Karena itu tidaklah
mengherankan bahwa belajar merupakan masalah bagi setiap manusia.
Banyak sekali faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar. Masukan apabila dianalisis lebih lanjut, akan
didapati beberapa jenis masukan misalnya seperti masukan mentah (raw input),
masukan instrumen (instrumental input), dan masukan lingkungan (environmental
input). Semua ini berinteraksi dalam proses belajar, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi hasil belajar. Apabila salah satu faktor terganggu, maka proses
akan terganggu dan hasil juga akan terganggu. Masing-masing faktor tersebut
saling kait-mengkait satu dengan yang lain, karenanya belajar itu merupakan
suatu sistem. Apabila masukan instrumental terganggu, maka proses akan
terganggu, hasil akan terganggu.
Masukan mentah adalah individu atau
organisme yang akan belajar. Misalnya siswa, mahasiswa atau anak yang akan
belajar. Masukan instrumental adalah masukan yang berkaitan dengan alat-alat
atau instrumen yang digunakan dalam proses belajar. Misalnya sebuah rumah,
kamar, gedung, dan peraturan-peraturan. Peraturan merupakan suatu masukan
instrumen yang lunak, sedangkan kamar, rumah, gedung merupakan suatu masukan
instrumen yang keras. Masukan lingkungan merupakan masukan dari yang belajar,
dapat merupakan masukan lingkungan fisik maupun non-fisik. Misalnya tempat
belajar yang gaduh atau ramai merupakan hal yang kurang menguntungkan untuk
proses belajar.
Dalam masalah belajar pada umumnya yang
menjadi suatu persoalan ialah bertitik tolak dari hasil belajar. Apabila hasil
belajar baik, maka pada umumnya tidak akan menimbulkan masalah. Tetapi
sebaliknya, apabila hasil belajar siswa tidak memuaskan, persoalan akan segera
timbul. Oleh karena itu dalam suatu proses pembelajaran, pada umumnya orang
akan melihat terlebih dahulu atau
sebagai titik tolaknya adalah hasil belajar. Setelah hasil belajar
tampak, orang akan melihat bagaimana prosesnya dan kemudian bagaimana
masukannya.
Bagian V
Seni, Matematika, Dan
Hal-Hal Lainya
Buku Pedoman :
Judul : Permainan Cerdas Untuk Anak
Penulis : Dr. Dorothy Einon
Penerbit/Tahun : Penerbit Erlangga/2005
Pembahasan Seni dan Keterampilan (Halaman 75-80) dan
Kata-Kata dan Angka (Halaman 46-49) :
Melukis dan menggambar adalah kegiatan
menyenangkan bagi anak kecil. Dia mencelupkan kuas dan meletakkannya di atas
kertas dan efeknya datang dalam sekejap. Si anak (siswa) bukan hanya bisa
melihat pengaruh gerakannya, tetapi juga bisa mengubah pekerjaannya dengan
olesan kuas kedua. Sebagian besar anak-anak tidak butuh banyak bujukan untuk
melakukan kegiatan ini.
Anak-anak biasanya menyukai cat, kuas,
dan selembar kertas. Bahkan jika mereka tak menyukainya atau sedang malas,
kegiatan ini dapat membuat mereka senang. Kegiatan ini juga baik bagi anak yang
merasa tidak pandai melukis dan merasapun juga tidak memiliki keterampilan. Dia
bisa membuat gambar yang menyenangkan sehingga dia merasa sangat bangga akan
keberhasilannya dalam kesenian.
Belajar menghitung adalah langkah yang pertama
sekali dilakukan dalam mengerti apa arti angka. Saat anak-anak mulai
menghitung, mereka menganggap itu sebagai rima. Mungkin mereka mengerti angka
atau bilangan 1-2-3, tapi tidak dapat membayangkan arti 6-7-8. Bila si anak sudah
mengetahui urutan bilangan dari 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10, dia bisa mulai mengerti
arti angka tersebut. Pengertian ini diperkuat bila anda menambah, mengurangi,
dan menunjukan angka selagi menghitung. Anak-anak kecil sering salah membuat
urutan, jadi mereka butuh banyak latihan.
Untuk memahami arti angka, anak-anak
harus memahami arti berhitung terlebih dulu. Dalam hal ini sungguh sulit. Anda
bisa menunjuk sebuah pohon dan menyebutkan ‘itu pohon’, tetapi bagimanakah cara
anda menunjukkan ‘tiga’? untuk memahami arti ‘tiga’, anak-anak harus
memperhatikan apa persamaan antara tiga kucing dan tiga poci.
BAB
IV
KRITIK,
KELEBIHAN, KELEMAHAN, KESIMPULAN, SARAN
4.1.Kritik
Bagian I
Belajar Tentang
Anak-Anak
Pada halaman 4 paragraf pertama dan kedua John Holt menuliskan kurang
setujunya ia terhadap teori otak kanan dan otak kiri dengan alasan “Sebuah
teori yang saat ini sedang ramai-ramainya dibicarakan orang adalah teori otak
kanan-otak kiri, yang berpendapat bahwa untuk beberapa bentuk pemikiran kita
menggunakan salah satu sisi otak kita, dan untuk beberapa pemikiran lainnya
kita menggunakan sisi otak kita yang lain. Pertama-tama, teori itu sendiri
berubah lebih cepat dari kemampuan kita mengikutinya. Dalam edisi terbaru
majalah Omni terdapat sebuah artikel berjudul “Brainstorms”, yang menyatakan
bahwa teori baru tentang otak kanan dan otak kiri sudah tidak diakui lagi dan
bahwa jenis-jenis aktivitas mental yang berbeda tidak bisa secara persis
ditentukan lokasinya, apakah di bagian otak yang satu atau di bagian otak yang
lain.”
Adapun kritik saya sebagai pembaca buku
ini terhadap pembahasan ini dilatarbelakangi oleh pendapat dan hasil eksperimen
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki yang terdapat dalam buku yang ditulis oleh H.D
Iriyanto (2012) halaman 28-29 yaitu “Selanjutnya dikatakan dua penulis tadi
bahwa proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan
rasional. Artinya serba urut dan teratur. Cara berpikir otak kiri sesuai untuk
tugas-tugas ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan
detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Berbeda dengan otak kiri, otak
kanan kita dan murid-murid kita memiliki cara berpikir yang bersifat acak,
tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikir ini sesuai dengan cara-cara
untuk mengetahui hal-hal yang bersifat non-verbal, seperti perasaan dan emosi,
pengenalan bentuk dan pola, music dan seni, kepekaan warna, serta kretivitas
dan visualisasi. Penting untuk kita ketahui bahwa kedua belahan otak itu harus
berfungsi secara seimbang. Belajar akan terasa mudah bagi kita, kalau kita mau
memilih bagian otak yang diperlukan dalam setiap aktivitas yang sedang kita
kerjakan. Begitupula bagi murid-murid kita. Dari buku tersebut dapat
disimpulkan bahwa teori otak kiri dan otak kanan masih digunakan hingga saat
ini bahkan menjadi hal serius bagi para psikolog untuk mengarahkan potensi
belajar dan minat anak.
Bagian II
Belajar dan Eksperimen
Pada halaman 36 parafagraf pertama
disebutkan bahwa “Setiap saat kita mendapati diri kita mengatakan “tidak,
tidak, jangan pegang ini, ini terlalu panas, ini terlalu tajam, ini bisa
melukaimu, ini bisa pecah, ini milikku, aku mau pakai.” Setiap saat ia merasa,
secara alamiah, bahwa kita telah menyerang apa yang menjadi hak serta
kebutuhannya untuk menyelidiki setiap bagian dunia di sekitarnya agar ia jadi
lebih paham. Semua orang menyentuh benda itu, lantas mengapa aku tidak boleh?
Sangat mudah melihat bahwa pengakuan “serba tidak boleh” itu dapat
menghancurkan rasa ingin tahu anak dan membuatnya berpikiran bahwa dunia yang
sebelumnya dianggap penuh dengan hal-hal yang amat menarik untuk ditelusuri
ternyata penuh dengan bahaya dan masalah tersembunyi.”
Saya setuju apabila orang dewasa terlalu
sering melarang anak-anak yang pada dasarnya dalam proses belajar dan menjawab
pertanyaan ingin tahunya dengan cara terus-menerus melarangnya dapat
menghancurkan rasa ingin tahu anak terhadap hal yang ingin diketahuinya
walaupun sebenarnya itu berbahaya baginya, akan tetapi apabila orang dewasa
membiarkan anak terlalu dalam dengan rasa ingin tahunya tanpa membimbing dan
mengarahkannya untuk menghindari kemungkinan atau suatu risiko yang akan
terjadi maka akan berdampak pada kecelakaan dalam proses belajar yang justru
akan dapat menghambat proses lainnya. Hal ini dikarenakan arahan atau larangan
orang dewasa sebenarnya merupakan salah satu bagian dari proses belajar anak
yaitu tergolong dalam instrumen lunak yang dapat membantu anak melalui proses
belajarnya. Alasan tersebut sesuai dengan pembahasan mengenai belajar yang
tedapat dalam buku pengantar psikologi umum yaitu “Masukan mentah adalah
individu atau organism yang akan belajar. Misalnya siswa, mahasiswa atau anak
yang akan belajar. Masukan instrumental adalah masukan yang berkaitan dengan
alat-alat atau instrumen yang digunakan dalam proses belajar. Misalnya rumah,
kamar, gedung, dan peraturan-peraturan. Peraturan merupakan suatu masukan
instrumen yang lunak, sedangkan kamar, rumah, gedung merupakan suatu masukan
instrumen yang keras.
Masukan lingkungan merupakan masukan dari yang
belajar, dapat merupakan masukan lingkungan fisik maupun non-fisik. Misalnya
tempat belajar yang gaduh atau ramai merupakan hal yang kurang menguntungkan
untuk proses belajar.
Bagian IV
Olahraga
Dalam buku karya John Holt ini tidak
dijelaskan secara rinci cara yang seperti apa untuk mengatasi permasalahan
mengenai olah raga pada anak seperti : “Seorang anak lebih mudah belajar untuk
sadar ketika hidung dan mulut mereka berada di bawah permukaan air, di sebuah
kolam yang tidak terlalu ganas. Tetapi kolam yang ini kecil dan penuh sesak,
dan kalau berada di negara yang beriklim kering, tidak ada saluran-saluran
sirkulasi yang membantu menurunkan gelombang air itu. Kita harus menemukan cara
untuk mengatasi persoalan tersebut.”
Sedangkan dalam hasil penelitian
pembanding dijelaskan bahwa bagi para pelatih, pembina, pengurus, dan orang tua
yang anaknya menggeluti olahraga prestasi, berikanlah kebebasan anak-anak untuk
memilih cabang olah-raga yang digeluti sesuai dengan bakat, minat, kondisi, dan
kemampuan setiap individu. Tidak perlu
memaksakan kepada orang lain untuk melakukan aktivitas olahraga sesuai dengan
kehen-dak dirinya, karena setiap orang memi-liki karakter dan kepribadian yang
berbeda-beda.
Oleh karena itu sebagai pelatih, pembina,
dan pengurus hanya-lah sebagai fasilitator bagi olahragawan dalam membantu
meraih prestasi terbaik. Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa harusnya
orangtua ataupun pelatih mampu memberi kebebasan pada pilihan cabang olahraga
mana yang akan anak pilih sesuai dengan keinginannya sehingga akan selalu
menimbulkan rasa bahagia pada saat anak menjalankan olahraga tersebut.
Bagian VII
Belajar dan Cinta
Dalam pembahasan mengenai belajar dan
cinta sudah cukup jelas dan ter-arah, akan tetapi dalam pembahsan ini tidak
dipaparkan mengenai bagaimana bentuk hal besar dari apa yang diciptakan oleh
seorang anak seperti yang diungkapkan oleh John Holt : “Yang menarik dari
anak-anak adalah mereka mampu menciptakan sebuah hal besar dari segala sesuatu
atau bahkan dari sesuatu yang sebenarnya tidak ada.”
4.2.Kelemahan
Adapun beberapa kelemahan dalam buku ini
yaitu :
4.2.1. Dalam
sistematika penulisan, terdapat beberapa tanda baca yang tidak sesuai dengan
fungsinya digunakan dalam pembahasan seperti tanda garis hubung yang digunakan
sebagai tanda baca koma.
4.2.2. Terdapat
tanda baca titik yang pengetikkannya lebih dari satu kali.
4.2.3. Pada
beberapa kutipan yang diambil dari penelitian ahli lain, tidak terdapat tanda
baca kutip atau kalimat yang menyatakan sebuah kutipan sehingga menyulitkan
bagi pembaca untuk mengetahui apakah kalimat tersebut benar-benar merupakan
sebuah kutipan atau gagasan dari penulis itu sendiri.
4.2.4. Terdapat
beberapa hasil observasi yang pemaparan dalam bentuk cerita beruntun waktu yang
tidak menunjukan sebuah kesimpulan dan solusi.
4.2.5. Buku
ini tidak memuat daftar pustaka dari kutipan yang termuat didalamnya.
4.3.Kelebihan
Beberapa kelebihan dalam buku ini yaitu
:
4.3.1. Buku
ini memberikan gambaran yang tepat kepada seluruh pembaca mengenai bagaimana
cara dan sistematika anak ketika belajar.
4.3.2. Ada
beberapa pengetahuan mengenai belajar pada anak yang sulit ditemukan dalam buku
atau jurnal lain akan tetapi terdapat dalam buku ini.
4.3.3. Buku
ini berhasil membawa pembaca pada bayangan imajinatif yang menarik mengenai psikologi
anak-anak dalam belajar.
4.4.Kesimpulan
Setelah membaca dan memahami isi dari
buku karya John Holt ini, satu kesimpulan dari saya sebagai pembaca yaitu,
dalam suatu proses pembelajaran seorang anak atau siswa sangat dibutuhkan
pendampingan dari orangtua maupun guru yang mampu mengarahkan dan mendidik
serta yang mampu memahami kondisi psikologi siswa.
4.5.Saran
Berdasarkan kelemahan-kelemahan dari
buku karya John Holt yang telah dibahas pada poin sebelumnya, maka saya sebagai
pembaca buku ini memberikan beberapa saran yakni sebagai berikut:
4.5.1. Penulis
seharusnya mencantumkan daftar pustaka atau referensi sehingga pembaca mampu
melihat textbook yang menjadi referensi penulisan buku ini.
4.5.2. Bagi
editor seharusnya teliti dalam meletakkan tanda baca dan beberapa
kutipan-kutipan peneliti lain.