Operasi Biner - Grup - Struktur Aljabar

OPERASI BINER PADA HIMPUNAN

Sifat-sifat Operasi Biner
Sebelum membicarakan sifat-sifat operasi biner pada himpunan bilangan bulat, terlebih dahulu akan diuraikan secara singkat mengenai himpunan bilangan bulat. Sudah diterangkan sebelumnya bahwa himpunan semua bilangan bulat {…,-3,-2,-1,0,1,2,3,…} disimbolkan dengan Z. Untuk himpunan bagian dari Z yaitu {…,-3,-2,-1} dan {0,1,2,3,…} berturut-turut merupakan himpunan semua bilangan bulat negative dan himpunan semua Z- dan Z+. secara singkat dapat ditulis sebagai berikut:
Z        = {…,-3,-2,-1,0,1,2,3,…}
Z-      = {…,-3,-2,-1}
Z+.= {0,1,2,3,…}
Pada himpunan bilangan bulat Z dikenal dua operasi baku penjumlahan/aditif (+) dan perkalian/ multikatif (.).
Sebagaimana telah diketahui setiap pasang bilangan bulat dapat ditambahkan (dijumlahkan) maupun dikalikan, begitu pula setiap pasang bilangan rasional atau bilanagan real. Ide penambahan atau perkalian akan didefinisikan secara lebih umum sebagai operasi biner salam suatu himpunan, secara singkat akan dijelaskan dalam definisi berikut:

Definisi 2.1:
Misalkan S adalah suatu himpunan sebarang yang tak kosong, maka pemetaan S x S S disebut operasi biner.

Misalkan f suatu operasi biner dalam S, yaitu suatu pemetaan dari S x S ke S, dan misalkan (a,b) S x S dengan f(a,b) c, maka ditulis a * b = c (dibaca a operasi biner b sama dengan c). Jadi sesuai dengan konsep pemetaan, sesungguhnya pasangan terurut (a,b) S x S dengan c, yang dinotasikan dengan (a,b) c.

Definisi 2.2:
Sifat operasi biner (*) pada suatu himpunan bilangan bulat Z disimbolkan dengan (Z,*).
1. Tertutup
Misalkan a dan b adalah suatu anggota himpunan tak kosong, maka a dan b tertutup terhadap bilangan bulat Z bila a * b Z
2. Komutatif
Misalkan a,b Z maka a * b = b * a
3. Assosiatif
Misalkan a,b,c Z maka (a * b) * c = a * (b * c)
4. Adanya unsur satuan atau identitas
Misalkan a Z maka a * e = e * a = a
5. Adanya unsure balikan atau invers
Misalkan a Z maka a * a-1 = a-1 * a = e

Contoh 2.2 :
Misalkan suatu himpunan yang tak kosong Z+ adalah himpunan bilangan bulat positif, didefinisikan x * y = bila x y dan x * x = x untuk setiap x,y Z+. Tunjukan apakah operasi binernya tertutup, komutatif dan assosiatif.
Penyelesaian :
a. Tertutup
Misalkan x = 2 dan y = 3
x * y  = 2 * 3 = 1
x * x  = 2 * 2 = 2
x * y dan x * x tertutup terhadap Z+, sehingga x,y Z+
b. Komutatif
x, y Z+, misalkan x = 2 dan y = 3
x * y  = 2 * 3 = =1
y * x  = 3 * 2 = = 1
x * y  = y * x komutatif
c. Assosiatif
x, y,z Z+, misalkan x = 2 dan y = 3, z = 4
(x * y) * z = (2 * 3)* 4 = * 4 = = 3
x * (y * z) = 2 * (3 * 4) = 2 * = = 1
(x * y) * z x * (y * z) tidak assosiatif

Dari definisi sebelumnya mengenai operasi biner, bila operasi biner mempunyai satu atau lebih operasi biner yang merupakan dasar-dasar Struktur Aljabar, didefinisikan :




Definisi 2.3 :
Struktur Aljabar adalah ilmu yang mempelajari suatu himpunan dengan satu atau lebih operasi biner pada sistem aljabar tersebut.
Misalkan S suatu himpunan yang dilengkapi dengan sekelompok Operasi biner * dan o, maka S menjadi satu struktur aljabar dengan dua operasi biner yang dinotasikan (S,*,o) atau (S,o,*)

Contoh 2.3 :
Himpunan semua bilangan bulat Z terhadap operasi penjumlahan dan perkalian merupakan suatu struktur aljabar, yang dinotasikan (Z, +, . )

Definisi 2.4 :
Grupoid adalah suatu struktur aljabar yang mempelajari hanya satu operasi biner (terhadap penjumlahan atau perkalian)

Contoh 2.4 :
Misalkan S adalah suatu himpunan tak kosong, didefinisikan x . y = y untuk setiap x,y S, maka (S, . ) adalah merupakan grupoid.
Contoh 2.5 :
Misalkan S adalah suatu himpunan tak kosong, didefinisikan x + y = y untuk setiap x,y S, maka (S, + ) adalah merupakan grupoid.
Pada sub bab selanjutnya akan dijelaskan secara lebih mendalam mengenai struktur aljabar yang berupa grupoid terhadap penjumlahan dan perkalian.

2.2 Operasi Biner Terhadap Penjumlahan
Pada sub pokok bahasan ini, akan dijelaskan definisi dan contoh dari opersi biner terhadap penjumlahan yang merupakan grupoid, dismbolkan dengan (Z, ) atau (Z,+). Misalkan Z6 = {0,1,2,3,4,5} ini menyatakan bahwa bilangan bulat Z tertutup terhadap {0,1,2,3,4,5}dan (Z6, ) atau (Z6, +) menyatakan bahwa penjumlahan bilangan bulat Z tertutup terhadap Z6 = {0,1,2,3,4,5}

Definisi 2.5 :
Sifat operasi biner pada himpunan bilangan bulat Z terhadap penjumlah (Z, ) atau (Z,+) adalah :
1. Tertutup
Misalkan a dan b adalah suatu anggota himpunan tak kosong, maka penjumlahan a dan b tertutup terhadap bilangan bulat Z bila a + b Z
2. Komutatif
Misalkan a,b Z maka a + b = b + a
3. Assosiatif
Misalkan a,b,c Z maka (a + b) + c = a + (b + c)
4. Adanya unsur satuan atau identitas
Misalkan a Z untuk penjumlahan unsur satuan atau identitas e = 0 sehingga a + e = a + 0 = a dan e + a = 0 + a = a
5. Adanya unsur balikan atau invers
Misalkan a Z untuk penjumlahan unsur balikan atau invers dari a adalah (-a), sehingga a + (-a) = a – a = 0 = e dan (-a) + a = -a + a = 0 = e

Contoh 2.6 :
Buatlah table operasi biner Z5 = {0, 1, 2, 3, 4} terhadap penjumlahan (Z5, +} dan tunjukkan sifat-sifat dari operasi binernya.
Penyelesaian:
Terlebih dahulu kita definisikan operasinya:
0 + 3 = 3    0 + 4 = 4
1 + 3 = 4    1 + 4 = 0
2 + 3 = 0    2 + 4 = 1
3 + 3 = 1    3 + 4 = 2
4 + 3 = 2    4 + 4 = 3
setelah itu kita buat table operasi biner dari (Z5,+)

Tabel 2.2
Operasi biner (Z5,+)
+       0       1       2       3       4
0       0        1        2        3        4
1       1        2        3        4        0
2       2        3        4        0        1
3       3        4        0        1        2
4       4        0        1        2        3

Untuk mengetahui sifat-sifat penjumlahan operasi binernya dapat dilihat dari table:
a. Tertutup
Ambil sebarang nilai dari Z5, misalkan 2 dan 3 Z5
2 + 3 = 0, karena hasilnya 0 Z5, maka tertutup terhadap Z5
b. Komutatif
Ambil sebarang nilai dari Z5, misalkan 2 dan 3 Z5
2 + 3 = 0
3 + 2 = 0
sehingga 2 + 3 = 3 + 2 = 0
maka Z5 komutatif
c. Assosiatif
Ambil sebarang nilai dari Z5, misalkan 2,3 dan 4 Z5
(2 + 3 ) + 4 = 0 + 4 = 4
2 + (3 + 4) = 2 + 2 = 4
sehingga (2 + 3 ) + 4 = 2 + (3 + 4) = 4
maka Z5 assosiatif
d. Adanya unsur satuan atau identitas
Ambil sebarang nilai dari Z5, misalkan 2 Z5
2 + e = 2 + 0 = 2
2 + e = 0 + 2 = 2
sehingga 2 + e = 2 + e = 2
maka Z5 ada unsur satuan atau identitas
e. Adanya unsure balikan atau invers
Ambil sebarang nilai dari Z5, misalkan 2 Z5
2 + (-2) = 2 – 2 = 0 = e
(-2) + 2 = -2 + 2 = 0 = e
sehingga 2 + (-2) = (-2) + 2 = 0 = e
maka Z5 ada unsur balikan atau invers.

2.3 Operasi Biner Terhadap Perkalian
Pada sub pokok bahasan ini, akan dijelaskan definisi dan contoh dari opersi biner terhadap perkalian yang merupakan grupoid, dismbolkan dengan (Z, ) atau (Z,.). Misalkan Z6 = {0,1,2,3,4,5} ini menyatakan bahwa bilangan bulat Z tertutup terhadap {0,1,2,3,4,5}dan (Z6, ) atau (Z6, .) menyatakan bahwa perkaliann bilangan bulat Z tertutup terhadap Z6 = {0,1,2,3,4,5}

Definisi 2.6 :
Sifat operasi biner pada himpunan bilangan bulat Z terhadap perkalian (Z, ) atau (Z,.) adalah :
1. Tertutup
Misalkan a dan b adalah suatu anggota himpunan tak kosong, maka perkalian a dan b tertutup terhadap bilangan bulat Z bila a . b Z
2. Komutatif
Misalkan a,b Z maka a . b = b . a
3. Assosiatif
Misalkan a,b,c Z maka (a . b) . c = a . (b . c)
4. Adanya unsur satuan atau identitas
Misalkan a Z untuk perkalian unsur satuan atau identitas e = 1 sehingga a . e = a . 1 = a dan e . a = 1+a=a
5. Adanya unsur balikan atau invers
Misalkan a Z untuk perkalian unsur balikan atau invers dari a adalah
(a-1)= , sehingga a + (a-1) = a . = 1 = e dan a-1 . a= .a = 1 = e

Contoh 2.7 :
Buatlah table operasi biner A = {a1, a2, a3 ,a4 ,a5} terhadap perkalian (a, .) dan tunjukkan sifat-sifat dari opersi binernya.
Penyelesaian :
Terlebih dahulu kita definisikan operasinya:
a1 . a2 = a3
a2 . a2 = a4
a3 . a2 = a5
a4 . a2 = a1
a5 . a2 = a2
setelah itu kita buat table operasi biner dari (A, .)

Tabel 2.3
Operasi biner (A,+)
.         a1      a2      a3      a4      a5
a1      a2      a3      a4      a5      a1
a2      a3      a4      a5      a1      a2
a3      a4      a5      a1      a2      a3
a4      a5      a1      a2      a3      a4
a5      a1      a2      a3      a4      a5

Untuk mengetahui sifat-sifat perkalian operasi binernya dapat dilihat dari table:
a. Tertutup
Ambil sebarang nilai dari A,
misalkan a1 dan a2 A
a1 . a2 = a3
karena hasilnya a3 A, maka tertutup terhadap A
b. Komutatif
Ambil sebarang nilai dari A
misalkan a1 dan a2 A
a1 . a2 = a3
a2 . a1 = a3
sehingga a1 . a2 = a3 = a2 . a1 = a3
maka A komutatif
c. Assosiatif
Ambil sebarang nilai dari A
misalkan a1 , a2 dan a3 A
(a1 . a2 ) . a3 = a3 . a3 = a1
a1 . (a2 . a3 )= a1 . a5 = a1
sehingga (a1 . a2 ) . a3 = a1 . (a2 . a3 )= a1
maka A assosiatif
d. Adanya unsur satuan atau identitas
Ambil sebarang nilai dari A
misalkan a1 A
a1 . e = a . 1 = a
e + a1 = 1 . a = a
sehingga a1 . e = e + a1 = a
maka A ada unsur satuan atau identitas
e. Adanya unsur balikan atau invers
Ambil sebarang nilai dari A, misalkan a1 A
a1. a-1= a . = 1
a-1 . a1 = . a= 1
sehingga a1. a-1= a-1 . a1 = 1 = e
maka A ada unsur balikan atau invers.

Masih ada beberapa hal lagi yang dapat kita katakana mengenai grupoid terhadap perkalian.Misalkan kita ambil grupoid dari himpunan semua bilangan bulat yaitu(Z, .).Dalam grupoid tersebut kita tahu jika ab = ac maka b = c dimana a 0,sifat ini dinamakan hukum pencoretan kiri bila ba = ca maka b = c dimana a 0,maka sifat ini dinamakan hukum pencoretan kanan.

Definisi 2.7 :
Sebuah grupoid S dikatakan memenuhi hokum pencoretan kiri jika kesamaan ab =ac mengakibatkan b = c,dimana a 0

Definisi 2.8 :
Sebuah grupoid S dikatakan memenuhi hukum pencoretan kanan jika kesamaan ba = ca mengakibatkan b = c,dimana a 0.

Definisi 2.9:
Himpunan semua bilangan bulat tak nol merupakan grupoid komutatif terhadap perkalian yang memenuhi hokum pencoretan.

Definisi 2.10:
Himpunan semua bilangan asli merupakan grupoid komutatif terhadap perkalian yang memenuhi hokum pencoretan.

2.4 Bilangan Bulat Modulo n
Telah dikemukakan, untuk memahami topik-topik yang ada pada struktur aljabar diperlukan suatu contoh sebagai model. Model yang paling mudah dipahami adalah bilangan bulat. Pada bagian ini dibicarakan lebih lanjut tentang bilangan bulat yaitu tentang algoritma pembagian bilangan bulat dan bilangan bulat modulo n dengan menggunakan prindip kongruensi.

Teorema 2.1 : (Algoritma Pembagian)
Misalkan a, b Z dan b 0, maka terdapat q, r Z demikian sehingga a = bq + r, dengan 0 r < . Bilangan bulat q dan r ditentukan secara tunggal oleh a dan b yang diperlukan. Selanjutnya a disebut bilangan yang dibagi, b disebut pembagi, q disebut hasil bagi, dan r disebut sisa.

Definisi 2.9:
Misalkan a, b Z, b dikatakan membagi a, dinotasikan b / a, jika terdapat q Z yang memenuhi a = bq, b disebut pembagi a atau factor dari a. sebaliknya b tidak membagi a, dinotasikan b a, jika tidak terdapat q Z yang memenuhi a = bq.

Contoh 2.10:
4| 8, 4 dikatakan pembagi 8, sebab 8 = 4 . 2

Contoh 2.11:
3 8, 3 dikatakan bukan pembagi 8, sebab tidak terdapat q Z yang memenuhi 8 = 3q dengan kata lain 8 3q untuk sebarabg q Z.
Berdasarkan algoritma pembagian bilangan bulat, untuk a, n Z dimana n 0, terdapat q,r Z demikian sehingga a = nq + r, dengan 0 r < . Dalam hal ini dapat ditulis a – r = nq, sehingga dapat dikatakan n membagi a – r, dan dikatakan a dan r kongruen modulo n, ditulis :
a = r (mod n)
secara eksplisit dua bilangan bulat a dan b kongruen modulo n didefinisikan sebagai berikut:

Definisi 2.10:
Misalkan a,b,c Z dan n 0, bilangan bulat a dan b dikatakan kongruen modulo n, ditulis a = r(mod n), jika membagi (a – b).

Contoh 2.12:
8 2 (mod 3) merupakan kongruen modulo n, karena 8 – 2 = 2 . 3

Contoh 2.13:
9 2 (mod 3) bukan merupakan kongruen modulo n, karena 9 – 2 2.3



Followers

Copyright © Education Support. Designed by OddThemes and Seotray.com