BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah
proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar
(Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang
sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu,
tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa
lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata
lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang
berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan
belajar.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan
yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi
pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk
menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat
menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap
berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang
mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti
serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman. Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah
yang lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang
bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki.
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia
telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa
langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada
dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses
integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan
penting. Proses tersbut merupakan proses sosialisai yang mendudukkan anak-anak
sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan
keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses
dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal
tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu
perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan
mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan
kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri
sebagai pribadi.
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian
psikologi, perkembangan psikologi dan peristiwa-peristiwa yang mempengaryhi
psikologi
2. Pembaca dapat mengetahui dan
memahami pengertian psikologi, perkembangan psikologi dan peristiwa-peristiwa
kejiwaan.
3. Mengkritik sebuah buku
4. Menambah wawasan tentang
ilmu jiwa
1.3 Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan
2. Untuk menambah pengetahuan
tentang Psikologi Pendidikan
BAB II
ISI BUKU
2.1 IDENTITAS BUKU
A. Buku
Utama
Judul buku : Psikologi Pendidikan
Penulis : Drs. M. Ngalim Purwanto, MP.
Desain Cover : Dedy Suardi
Penerbit : PT REMAJA ROSDAKARYA
Tempat terbit : Bandung
Tahun terbit : 2012
ISBN : 9795140361
Lebar buku : 15 cm
Tinggi buku : 22 cm
Tebal buku : 182 halaman
B. Buku Pembanding
Judul Buku : Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
Pengarang : Muhibbin Syah
Penerbit : Remaja Rosdakarya (Bandung)
Tahun Terbit : 2008
ISBN : 979-514-672-6
Tebal Buku : 267 halaman
2.2 RANGKUMAN BUKU
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Pengertian Psikologi
Menurut arti kata-katanya maka psikologi maka psikologi sering di
terjeahkan menjadi ilmu jiwa. Yakni dari kata psyche yang berarti jiwa, roh,
dan logos yang berarti ilmu. Sebernya tersebut kurang tepat, karena bertitik
tolak dari pandangan dualiame manusia, yang menganggap bahwa manusia itu
terdiri dari dua bagian jasmani dan rohani.
Dengan singkat dapat dapat kita katakan bahwa psikologi ialah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia, tingkah laku disini di artikan secara luas
ialah segala kegiata, tindakan perbuatan manusia yang maupun yang tidak
kelihatan,yang disadari maupun tidak disadarinya. Termasuk di dalamnya: cara
berbicara, berjalan, berpikir/atau mengambil keputusan, cara ia mengambil
sesuatu, caranya beraksi terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya,
maupnun dari dalam dirinya.
B. Obyek Psikologi Dan
Macam-Macamnya
1. Obyek
Material
Yakni yang di pandang dengan keseluruhan. Adapun obyek material dari
psikologi ialah manusia, disamping menjadi obyek psikologi juga bagian obyek bagi ilmu-ilmu yang
lain.seperti, sosiologi, antropologi,sejarah, biologi, ilmu kedokteran, ilmu
hukum, ilmu mendidik, semuanya obyenya adalah manusia.
2. Obyak
Formal
Jika di pandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam penyelidikan
psikologi itu. Dalam hal ini maka obyek formal psikogi adalah berbeda-beda
menurut perubahan zaman dan dan pandangan para ahli masing-masing. Pada zaman
yunani sampai dengan abad pertengahanyang menjadi obyek formalny ialah hakekat
jiw. Kemudian pada masa Descartes obyek psikologi itu ialah gejala-gejala
kesadaran.
Secara agak sistamatis macam-macam psikologi itu dapat kita susun sebagai
berikut:
1) Psikologi matafisika, yang
menyelidiki hakekat jiwa seperti yang di lakukan oleh plato dan aristetoles.
2) Psikologi empiri, yang
menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan
pengamatan (observasi).
Psikologi empiri dapat dibagi lagi dengan dua bagian antara lain:
• Psikologi umum, yang
menyelidiki /mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia pada umumnya.
• Psikologi khusus, yang
menyelidiki gejala-gejala kejiwaan
manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan serta tujuaannya.
C. Hubungan
Psikologi Dengan Ilmu-Ilmu Lainya
1. Psikologi dan Antropologi
Secara etimologis, antropologi berarti tentang manusia, antropologi
sebagai ilmu yang masih muda yang mempunyai perhatian terhadap semua cabang
pengatahuan yang berhubungan dengan manusia.
2. Psikologi dan Sosiologi
Para ahli psikologi terutama memusatkan perhatian kepada tingkah laku
kelompok. Ia mempelajari pengaruh-pengaruh kelompok terhadap individu-individu
yang termasuk kedalam kelompok itu.masalah-masalah yang diselidiki oleh
sosiologi antara lain masalah-masalah kejahatan, kenakalan/kejahatan anak-anak,
percerai/talak, perkembangan atau perubahan sifat-sifat keluarga dan
sebagainya.
3. Psikologi dan Fisiologi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi berbagai organ yang
ada dalam tubuh manusia (seperti : fungsi perut dan hati, limpa dan empedu) dan
berbagai sistem peredaran (seperti peredaran darah,makanan, pengeluaran sisa-sisa pembakaran dan sebagainya). Juga
mempelajari bagaimana organ-organ dan sistem-sistem peredaran itu bisa
berinteraksi satu sama lain.
D. Ruang
Lingkup Psikologi Pendidikan
Mengingat bahwa psiklologi pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan
dirinya pada penemuan dan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik- teknik psikologi
kedalam pendidikan, maka ruang lingkup psikologi pendidikan mencakup
topik-topik psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan.
Yang merupakan ruang lingkup psikologi
pendidikan, antara lain:
a) Sampai sejauh mana
faktor-faktor pembawaan dan lingkungan yang perpengaruh terhadap belajar.
b) Sifat-sifat dari proses
belajar.
c) Hubungan dengan tingkat
kematangan dengan kesiapan belajar.
d) Signifikansi pendidikan
terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan
belajar.
e) Perubahan-perubahan jiwa
(inner Changes) yang terjdi selama dalam belajar.
f) Hubungan antara
prosedur-prosedur dengan hasil belajar.
g) Teknik-teknik yang sangat
efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar.
h) Pengaruh atau akibat relatif
dari pendidikan formal di bandingkan dengan pengalaman belajar yang insidental
dan informal terhadap individu.
i) Nilai atau manfaat sikap
ilmiah terhadap pendidikan bagi personal sekolah.
j) Akibat psikologis yang di
timbulakn oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap para sisiwa.
BAB 2 PEMBAWAAN, KETURUNAN DAN
LINGKUNGAN
A. Soal
Pembawaan Dan Lingkungan
Soal pembawaan ini adalah soal yang btidak mudah dan dengan demikian memerlukan penjelasan dan uraian
yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli bologo,
ahli psikologi, dan lain-lain pemikiran
dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan perkembangan manusia itutergantung
pada pembawaan ataukah pada lingkungan.
Dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu disini di
kemukakan adanya beberapa pendapat:
1. Aliran Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah di
tentukan oleh faktor-faktor yang di bawa sejak lahir. Pembawaan yang telah
terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya.
Menurut nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaannya.
2. Aliran Empirisme
Mereka berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa
itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan
pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme
paedagogis.
3. Hukum Konvergensi
Hukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa jerman bernama William
Strem. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-daunya menentukan
perkembangan manusi.dalam aliran yang menganut aliran konvergansi itu sendiri
masih terdapat dua aliran, yaitu aliran yang dalam hukum konverginsi ini lebih
menekankan kepada pengaruh pembawaan dari pada pengaruh lingkungan.
B. Pembawaan
Dan Keturunan
1. Keturunan
Kita mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seseorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau
ciri-ciri tersebut diwariskan atau
diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain.
Banyak para ahli yang berusuha menyelidiki sifat-sifat kejiwaan manusia
yang berkenaan dengan keturunan, tetapi sampai sekarang penyelidikan itu masih
belum dapat dikatakan memuaskan hasilnya. Adapun beberapa faktor yang
menyulitkan pelaksanaan penyelidikan tersebut dengan baik,antara lain :
a. Pada manusia tidak dapat di
lakukan persilangan (kruising) mrnurut rencana tertentu umpamanya persilangan
antara dua ras yang sangat berlainan asalnya seperti yang dapat dilakukan
terhadap binatang atau tumbuhan-tumbuhan.
b. Masa perkembangan manusia
yang sangat lama, sehingga mengakibatkan sifat-sifat yang ada yang terjadi
karena keturunan dapat tersembunyi dengan lamanya, sebelum sifat-sifat itu
menampakkan diri pada suatu individu yang tertentu.
c. Masa hidup suatu generasi
juga demikian lama sehingga si penyelidik tdak akan mungkin akan mengdakan
pengamatan-pengamatan terhadap lebih dari satu kerturunan.
d. Adanya jumlah anak manusia
yang relatif (menurut perbandingan hanyan sedikit sekali).
2. Pembawaan
Agar lebih jelas lagi pengartian kita tentang turunan dan bagaimana
hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan dan pembawaan, marilah kita
ikuti uraian yang berikut. Sebelum kita utarakan lebih lanjut, dapatlah kiranya
kita mengatakan :” pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan
(potensi) yang dapat suatu individu dan yang selama masa perkembangannya
benar-benar dapat diwajutkan (direalisasikan).
Hanya dengan memperhatikan prestasi-prestasi (actual ability). Bentuk
wataknya dan tingkah laku sesuatu individu sajalah kita dapat mengambil
kesimpulan tentang sesuatu pembawaan yang tentu ada pada individu itu.
a. Struktur Pembawaan
Sifat-sifat pembawaan atau kesanggupan-kesanggupan yang termasuk dalam
struktur pembawaan itu tidak semuanya
dapat berkembang atau menunjukkan diri dalam perwujudannya. Lalent atau
tersembunyi ; jadi tetap tinggal sebagai kemungkinan saja, yang tidak
mewujudkan diri. Adapun yang menyebabkan berkembangnya sifat-sifat pembawaan
itu sehingga menjadi wujud (actual ability) atau tetap tinggal terpendannya
suatu sifat pembawaan (potensial ability), ialah faktor-faktor dari luar
(umpamanya karena mendapat kesempatan atau ltihan atau pengajaran yang cukup)
maupun faktor-faktor dari dalam (umpamanya konstitusi badan yang demikian rupa
sehingga tidak memungkinkan perkembangannya sifat-sifat pembawaannya itu).
b. Pembawaan Dan Keturunan
Dimuka telah ai katakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang
terkandung dalam sel benih yang akan berkembang mencapai sebagai
perwujudannya.Pembawaan ( yang dibawa si anak sejak lahirnya) adalah
potensi-potensi yang aktif dan paasif, yang akan terus berkembang mencapai
perwujudannya. Pembawaan ( yang dibawa si anak sejak lahirnya) adalah
potensi-potensi yang aktif dan paasif, yang akan terus berkembang mencapai
perwujudannya.
Jadi kesimpulannya ialah ; semua yang dibawa oleh si anak sejak lahir
adalah diterima kerena kelahirannya, jadi adalah mamang pembawaan. Tetapi
pembawaan itu tdaklah semuanya
diperoleh karena keturunan. Sebaliknya,
semuanya yang diperoleh karena keturunan adalah dapat dikatakan pembawaan, atau
lebih tepat lagi pembawaan keturunan.
c. Pembawaan Dan Bakat
Sebenarnya kedua istilah itu pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang
sama maksudnya, umumnya dalam buku-buku psikologi kita dapati kedua istilah itu
sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian yaitu pembawaan (aanleg).
Untuk menggantikan kata aanleg kauda istilah tersebut dapat ddigunakan
sama-sama dengan maksud yang sama pula.
Titik berat perrbedaannya terletak pada luas
pengertiannya; yang satu mengandung pengertian yang lebih luas dari pada yang
lain.
C. Beberapa
Macam Pembawaan Dan Pengaruh Keturunan
Perlu pula kiranya disini kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan,
antara lain:
1. Pembawaan Jenis
2. Pembawaan Ras
3. Pembawaan Jenis Kelamin
4. Pembawaan Perseorangan
Adapun yang termasuk pembawaan perseorangan yang dalam pertumbuhannya
lebih ditentukan oleh pembawaan keturunan antara lain ialah :
1. Konstitusi tubuh
2. Cara bekerja alat-alat indra
3. Sifat-sifat ingat dan
kesanggupan belajar
4. Tipe-tipe perhatian
5. Cara-cara berlangsunngnya
emosi-emosi yang khas
6. Tempo dan ritme perkembangan
D. Lingkungan (Enveronment)
1. Macam-macam lingkungan
a) Lingkungan alam/luar
(external or physical enveronment)
b) Lingkungan dalam (internal
enveronment)
c) Lingkungan sosial atau
masyarakat (social envorment)
2. Bagaimana individu
berhubungan dengan lingkungan
Menutrut Woorworth, cara-cara individu berhungan denga lingkungan dapat
di bedakan menjadi 4 macam, di antaranya :
a) Individu bertentangan dengan
lingkunganya
b) Individu menggunakan
lingkungannya
c) Individu beerpatisipasi
dengan lingkungannya
d) Individu menyusaikan diri
dengan lingkungannya
Sebernanya ke empat macam cara hubungan individu dengan lingkungannya itu
kita dapat rangkum menjadi satu saja, yakni vahwa individu itu senantiasa
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam arti yang luas menyusuaikan diri itu berarti ;Mengubah diri sesuain
dengan keadaan lingkungn (penyesuain autoplastis) dan mengubah lingkungan
sesuai dengan keadaan (keinginan) diri (menyusuaikan diri alloplastis).
BAB 3 MENGAPA MANUSIA BERINTERAKSI
DENGAN DUNIA LUAR
A. Tenaga-Tenaga
Pendorong Pada Manusia
Daya-daya/tenaga yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia
luar itu agar dapat berlangsung dan mengembangkan hidupnya. Daya-daya yang
mendorong manusia dari dalam untuk melakukan perbuatan itu dusebut dorongan
Nafsu (driften). Yang di maksud dengan dorongan nafsu Ialah kekuatan pendorong
maju yang memaksa dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang
berupa denda-benda ataupun nilai-nilai yang tertentu.
Dalam garis besarnya dorongan nafsu dapat dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu :
1. Dorongan nafsu yang
mempertahankan diri
Mencari makanan jika ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga
diri agar tetap sehat, mencari
perlindungan untuk hidup aman dan sebagainya.
2. Dorongan nafsu yang
mempertahankan diri
Dorongan ingin tau,melatih dan mempelajari sesuatu yang belum
diketahuinya. Pada manusia dorongan inilah yang menjadikan kebudayaan manusia
makin maju dan akin tinggi.
3. Dorongan nafsu
mempertahankan jenis
Manusia ataupun hewan secara sadar maupan tidak sadar,selalu menjaga agar
jenisnya atau keturanannya tatap berkembang dan hidup.
Ada pula yang membagi dorongan nafsu itu mrnjadi empat macam ialah
sebagai berikut :
a) Dorongan nafsu vital
Daya pendorong dalam diri manusia yang dilahirkan pada terciptanya nilai-nilai
atau benda-benda yang perfaedah bagi organisme(jasad).
b) Dorongan nafsu egois
Nafsu ini mendorong manusia kepada penghayatan akan kepercayaan kepada
diri sendiri, menghargai diri, kemerdekaan batin dan perasaan tanggung jawab.
Hidup dorongan nafsu egois ini berhasrat mempertinggi aku, artinya tertuju
kepada perkembangan dan kesempurnaan diri.
c) Dorongan nafsu social
Hidup dorongan nafsu social, mendorong manusia berkumpul dan mengadakan
kontak dengan manusia lain berupa persahabatan, perkawinan dan sebagainya yang
memungkinkan hidup masyarakat.
d) Dorongan Nafsu Super Social
Pada dasarnya manusia itu berbeda dengan makhluk yang lain. Dorongan
nafsu diarahkan kepada penghayatan atas perhubungan dengan yang Mayakuasa,
sebagai asal mula yang ada.
B. Daya-Daya/Alat-Alat
Interaksi Manusia Dengan Dunia Luar
1. Pengamatan
Suatu daya jiwa untuk memasukkan kesan-kesan dari luar melalui/dengan
menggunakan alat dria.seperti : melihat,mendengar, mencium, meraba sesuatu dan
sebagainya.pengamatan merupakan dasar bagi setiap pengalaman dan pengatahuan
seseorang.
2. Ingatan
Kesan-kesan yang tertinggal dari pengamatan di dalam diri manusia yang
berupa tanggapan-tanggapan maupun pengartian itu disimpan sewaktu-sewaktu
dikeluarkan lagi. Daya untuk menyimpan dan mengeluarkan kesa-kesan itu disebut
daya ingatan.
3. Fantasi.
Daya jiwa untuk menciptakan tanggapan-tanggapan atau kesan-kesan yang
baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan yang sudah ada.
Ada dua pendapat yang bertentangan terhadap perkembangan dan gunanya Fantasi
itu bagi mannusia; Montesori, berpendapat bahwa fantasi itu tidak baik
dikembangkan pada diri anak-anak karena pendapatnya melatih fantasi pada
anak-anak itu berarti mengajar berdusta. Akan tetapi Frobel yang juga sebagai
ahli didik (jerman) yang mendirikan taman kanak-kanak (Kindergaten) berpendapat
yang sebaliknya. Menurut Frobel fantasi itu perlu dan penting sekali
dikembangkan pada diri anak.
4. Perasaan
Perasaan adalah gema pisikis yang biasanya selalu menyertai setiap
pengalaman dan daya psikis yang lain.
Jenis-jenis perasaan, antara lain ;
a) Perasan Intelek ialah
perasasn yang kita haayati bila kita memeperoleh pengetahuan tenteng sesuatu.
b) Perasaan Estetis(Keindahan)
ialah persaan yang kita hayati diwaktu kita berpendapat bahwa sesuatu itu bagus
atau jelek, indah atau tidak.
c) Persaan Etis(Kesusilaan)
ialah persaan yang kita hayati diwaktu menilai sesuatu itu baik atau buruk,
dalam arti susila.
d) Persaan
Social(Kemasyarakatan) ialah perasaan yang menyertai pendapat seseorang tentang
orang lain dan pengalaman-pengalaman dengan orang lain.
e) Perasaan Relegius
(Keagamaan), ialah persaan yang kita hayati diwaktu kita merasa diri bersatu
dengan alam semasta sedang menghadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa seperti pada
waktu kita bersembahyang.
f) Perasaan Harga Diri, ialah
perasaan yang kita hayati di waktu menilai tinggi rendahnya diri kita terhadap
orang lain di dalam pergaulan sehari-hari.
BAB 4 BERFIKIR
A. Pengertian
Berfikir
Berfikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah kepada satu tujuan. Kita berfikir untuk menemukan
pemahaman atau pengertian yang kita kehendaki.
B. Bahasa
Dan Berfikir
Berfikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang
membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat berfikir karena mempunyai bahasa,
hewan tidak. Bahasa hewan bukanlah seperti
bahasa yang dimiliki manusia. Bahasa hewan adalah bahasa instink yang
tidak perlu dipelajari dan di ajarkan. Bahasa manusia adalah hasil kebudayaan
yang harus dipelajari dan di ajarkan.
Bahasa adalah alat yang terpenting bagi berfikir. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berfikir.
Karena erat hubungannya antara bahasa dan berfikir itu, Plato pernah mengatakan
dalam bukunya Sophistes “ berbicara itu berfikir yang keras ( terdengar ), dan
berfikir itu adalah “ berbicara batin”.
C. Pendapat
Beberapa Aliran Psikologi Tentang Berfikir
1. Psikologi Asosiasi,
berpebdapat bahwa dalam aam kejiwaan yang penting ialah terjadinya,
tersimpannya dan bekerjanya tanggapan-taggapan. Keaktifan pribadi manusia itu sendiri diabaikan karma menurut pendapat
inilah yang kemudian menimbulkan pendidikan dan pengajaran yang bersifat
Intelektualistis dan Verbalistis.
2. Aliran Behaviorisme, berpendapat
bahwa berfikar adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat sharaf
dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita mengucapkan buah pikiran. Jadi
menurut behaviorisme berpikir adalah tidak lain adalah berbicara
3. Psikologa Gestalt, memandang
psikolodi gestalt berpendapat bahwa proses berpikir sepeti proses gejala-gejala
psikis yang lain merupakan suatu kebetulan psikologi gestalt itu memandang
berpikir merupakan ke aktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak kita
amati dengan alat indra kita.
D. Beberapa
Macam Berfikir
1. Berpikir induktif: ialah
suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke umum. Orang
mencari ciri-ciri atau sifat-sifat yang tertentu dari berbagai fenomena contoh
sebagai penjelasan: seseorang ahli psikologi mengadakan pendidikan dengan
observasi. Bayi A setelah dilahirkan segera menangis, bayi B juga begitu dan
seterusnya.
2. Berpikir deduktif: ialah
prosesnya berlangsung dari yang umum ke khusus. Dalam cara berpikir ini, orang
bertolak dari suatu teori maupun prinsip atupun kesimpulan yang dianggapnya
benar dan sudah bersifat umum. Contoh sebagai penjelasan: 1. manusia semua akan
mati(kesimpulan umum) jamilah adalah manusia (kesimpulan khusus)jamilah akan
mati(kesimpulan deduksi).
3. Berpikir analogis: ialah
berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena –fenomena yang
biasa atau yang pernah di alami. Contoh: setiap hari kira-kira jam 11.00 udara
di atas kota bogor keliatan berawan tebal dan tidak lama sesudah itu hujan
lebat di sore hari.
E. Hasil-Hasil
Penyelidikan Berfikir
1. oswald kulpe: mendapatakan
kesimpulan sebagai berikut:
- Bahwa di dalam diri manusia
terdapat adanya gejala-gejala psikis yang tidak dapat digunakan.
- Bahwa pada waktu berpikir
aku atau pribadi orang itu memang peranan yang penting.
- Bahwa berpikir itu
mempunyai arah tujuan yang tertentu(determine rende tendens). Arah tujuan
berpikir itu di tentukan atau dipengaruhi oleh soal atau masalah yang harus di
pecahkannyan.
2. Frohn dan kawan-kawanya:
berpikir ialah bekerja dengan unsur-unsur yang abstrak dan bergerak ke arh yang
ditentukan oleh soal atau masalah yang dihadapi.
3. Otto Selz dn Willwoll: Selz
tanggapan-tanggapan konkrit tidak mempunyai pengaruh sama sekali atau hanya
sedikit sekali pengaruhnya dalam proses berpikir.
Willwoll bahwa tanggapa-tanggapan konkrit dapat menunggu jalannya
berpikir. Pendapat atau kesimpulan lain dari Selz Dan Willwoll yang terpenting
bagi kita ialah :Berfikir adalah soal kecakapan yang menggunakan metode-metode
(cara-cara) menyelesaikan masalah yang dihadapi.
BAB 5 INTELIJENSI
A. Pengertian
Intelijensi
Intelijensi ialah kemampuan yang di bawa sejak lahir, yang memungkinkan
seseorang berbuat seseatu dengan cara yang tertentu. William Stern mengemukakan
batasan sebagai berikut: intelinjensi ialah kesanggupan untukmenyesuaikan diri
pada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat yang berfikir yang sesuai
dengan tujuannya.
Dari batasan yang di kemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa :
1. Intelijensi itu ialah factor
total. Berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan,
fantasi, perasaan,perhatian, minat dan sebagainya turut mempengaruhi
intelijensi seseorang).
2. Kita hanya dapat mengatahui
intelijensi, dari tingkah laku atau perbuatanya yang tampak. Intelijensi hanyan
dapat kita ketahui dengan cara tidak tidak langsung, melalui “kelakuan
intelijensinya”.
3. Bagi suatu perbuatan
intelijensi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejaklahir sajayang penting.
Foktor-faktor dan pendidikan pan memang peranan.
4. Bahwa manusia itu dalam
kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat
memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.
B. Ciri-Ciri
Intelijensi
1. Masalah yang dihadapi banyak
sedikitnya merupakan masalah yang baru yang bersangkutan.
2. Perbuatan intelijensi
sifatnya serasi tujuan dan ekonomis.
3. Masalah yang dihadapi, harus
mengandung tingkat kesulitan bagiyang bersangkutan.
4. Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat.
5. Dalam berbua tintelijensi
sering kali menggunakan daya mengabstraksi.
6. Perbuatan intelijensi
bercirikan kecepatan
7. Membutuhkan pemusatan
perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah
yang sedang di hadapi.
C. Factor-Faktor
Yang Mempengaruhi Intelijrnsi Seseorang
1. Pembawaan: pembawaan
ditantukan oleh sifat-sifat dan cirri yang dibwa sejaksejaklahir.
2. Kematangan: tiap orang dalam
tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap orang (fisik maupan
psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing.
3. Pembentukan: pembentukan
ialah segala keadaan diluar diri diri seseorang yang mempengaruhi intelijensi.
4. Minat pembawaanyang khas:
minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan pendorong bagi
perbuatan itu.
5. Kebebasan: kebebasan berarti
bahwa manusia itu dapat memyang milih metode-metode yang tertentu
dalammemecahkan masala-masalah.
Semua faktor tersebut diatasbersangkut paut sama lain. Untuk menentukan
intelijensi atau tidaknya seorang anak kita tidak dapat hanya berpedoman kepada
salah satu faktor tersebut di atas. Intelejensi adalah fator total.keseluruhan
pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelejensi seseorang.
D. Tes
Intelijensi
Tes biner simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah
dikelompokkan menurut umur(untuk anak-anak umur 3-5tahun) pertanyaan –prtanyaan
itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan
pelajaran sekolah. Seperti:
1. mengulang kalimat-kalimat
yang pendek atau panjang
2. mengulang dereatan
angka-angka
3. memperbandingkan berat
timbangan
4. menceritakan isi
gambar-gambar
5. menyebutkan nama
bermacam-macam warna
6. menyebut nama harga mata
uang
E. Hasil-Hasil
Penyelidikan Intelijensi
Dari hasil penyelidikan
intelenjensi yang dilakukan oleh para ahli psikologi, didapat beberapa
kesimpulan yang sangat penting bagi pendidikan dan pengajaran.
1. Mungkin ada benarnya
pendapat yang mengatakan intelenjensi itu bergantung kepda dasar dan
keturunann(hereditas).
2. Tercapai atau tidaknya batas
kecerdasan atau kemampuan pikiran seseorang dipengaruhi pula oleh factor-faktor
dari luar.
3. Adanya kekeutan tumbuhan
dari dalam itu harus kita akui, tiap-tiap anak mengalami perkembangan dalam
pertumbuhan intelejensinya.
4. Mendapatkan sendiri suatu
paham yang baru adalah jauh lebih sukar dari pada pemahaman pandapat-pendapat
orang lain yang sudah ada. Dengan kata lain: pada umumnya manusia lebih banyak
dan mudah menggunakan intelejensi eksekutif(kemempuan mengikuti pikiran orang
lain) dari pada intelijensi kreatif atau itelijensi inventifnya.
F. Bagaimana
Hubungan Intelijensidengan Kehidupan Seseorang
Intelijensi bukanlah satu-satunya faktor yan g menentukan sukses tidaknya
kehidupan seseorang. Banyak lagi factor yang lainnya. Faktor Kesehatan dan ada
tadaknya Kesempatan, tidakdapat kita abaikan. Orang yang sakit-sakitan saja
meskipun intelijensinya tinggi dapat gagaldalam usaha mengembangkan dirinya
dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas jika ada kesempatan mengembangkan
dirinya dapat gagal pula.
Watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan.
Banyakdi antara orang-orang yang sebenarnya memiliki intelijensi yang cukup
tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupan. Ini di bedakan kerena
kurang mampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat, atau kurang
memiliki cita-citayang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya usaha
untukmencapainya.
Sebagai kesimpulan dapat kita katakan: kecerdasan atau intelijensi
seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkambang dalambidang tertentu
dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan,
tergantung pulapada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.
BAB 6. MOTIVASI
A. Pengertian
Motivasi
Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan,
pengalaman dan motivasi. Kata kerjanya ada to motivate yang berarti mendorong
menyebapkan dan merangsang. Perkataan motivasi berasal dari kata motto, yang
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
atau dapat juga dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subyek untuk
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu dan mencapai tujuan.
B. Macam-Macam
Motivasi
Dalam membahas soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas du sudut
pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi sendiri yang di
sebut ”motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar seseorang yang
disebut ”motivasi ekstrinsik”.
1. Motivasi
intrisik
Yang dimaksud dengan motivasi intrisik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidakprlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap
diri individu sudah ada dorongan untuk
melekukan sesuatu.
2. Motivasi
ekstrinsik
Motivasi ekstrisik adalah kebalikan dari motivasi intrinsic. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar
dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar
factor-faktor situasi belajar. Anakdidik belajar karena ingin mencapai tujuan
yang terlatak di luar hal yang dipelajarinya misalnya, untuk mencapai angka
tinggi,diploma,gelar,kehormatan,dan sebagainya.
C.
PRINSIP-PRINSIP MOTIVASI
Motivasi
mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada
seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ad
kegiatan belajar. Agar peranan lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi
dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam
aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti
dalam uraian berikut:
1. Motivasi sebagai dasar
penggerak yang mendorong aktivitas belajar.
2. Motivasi intrinsik lebih
utama dari pada motivasi eksrtinsik dalam belajar.
3. Motivasi berupa pujian lebih
baik dari pada hukuman.
4. Motivasi berhubungan erat
dengan kebutuhan dalam belajar.
5. Motivasi dapat memupuk
optimisme dalam belajar.
6. Motivasi melahirkan prestasi
dalam belajar
D.
FUNGSI MOTIVASI DALAM BELAJAR
Fungsi dari motivasi adalah sebagai berikut:
1. Mendorong timbulnya kelakuan
atau suatu perbuatan, seperti timbulnya dorongan untuk belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai
pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai
penggerak, artinya besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu perbuatan.
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi dalam belajar
Pengaruh alam sekitar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak mempunyai
arti yang penting. Sekalipun cara bekerjanya tidak dengan kehendak, kesadaran
dan tidak teratur. Oleh karena itu disebut fungsional bagi masyarakat.
Pendidikan tensional, artinya pengaruh yang diadakan dengan sengaja, oleh orang
dewasa kepada anak, supaya dengan pertolongan itu anak dapat mencapai tujuan
pendidikan.
Segalapengetahuan, dan kecakapan kita, harus kita arahkan pada suatu
tingkatan di mana kita dapat menyadari hubungan kita sebagai manusia dengan
Tuhan.Dalam rangka mendorong motivasi siswa untuk belajar di sekolah yang
menganut pandangan demokratis, dengan menciptakan belajar dikemukakan oleh
“Keneth M. Mover” adalah:
1. Pujian. Karena pujian
mempunyai nilai besar bagi siswa untuk belajar.
2. Manfaat minat yang telah
dimiliki siswa yang bersifat ekonomis.
3. Kegiatan-kegiatan yang
merangsang minat siswa. Guru merangsang minat disesuaikan dengan kondisi siswa.
4. Rasa cemas yang besar
menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa.
5. Tugas teriaiu sukar dan
bantuan tidak ada maka akan menjadikan siswa menjadi frustrasi.
6. Tekanan kelompok siswa
biasanya bersifat pasif dalam kelompok hal
ini tidak baik dalam hubungan antara anggota kelompok.
7. Kreativitas siswa yang besar
erat kaitannya dengan motivasi belajar bagi siswa.
Usaha meningkatkan motivasi dalam belajar
Agar tujuan pengajaran yang dikehendaki khususnyc. oleh guru sebagai
pengajar, maka perlu adanya usaha-usaha, agar terjadi kegiatan belajar yang
efektif dan membelajarkan siswa dengan baik.
E. BENTUK-
BENTUK MOTIVASI DALAM BELAJAR
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain seperti mendorong usaha dan
pencapaian Penerapan tugas sebagai salah satu bentuk/cara untuk membangkitkan
motivasi belajar siswa tentu dibutuhkan kehandalan guru sebagai penggerak untuk
bagaimana siswa itu termotivasi dan maju untuk melakukan tugas-tugas yang
diberikan yaitu:
1. Memberi angka.
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegatan belajarnya. Banyak
siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.
2. Hadiah
Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi.
3. Saingan/Kompensis.
Saingan atau kompensis dapat juga dikatakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun kelompok
dapat meningkatkan motivasi belajar sisiwa.
4. Ego-Involment.
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras mempertaruhkan harga diri,
adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
5. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan
baikperlu dierikan pujian. Pujian ini adalah bentuk Reinforcement yang positif
dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
6. Hukuman
Hukuman sebagai reinforment yang negatif tetapi kalau diberikan secara
tepat dan bijak bisa jadi alat motivasi.
BAB 7. BELAJAR
A. FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
1. Kematangan/ pertumbuhan
Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar
berjalan, anak umur 6 bulan otot-otot dan tulang-tulangnya masih lemah berat
badan dan kekuarangan tenaganya. Bukan ada keseimbangan yang harmonis
keberanian untuk mencoba-coba belum ada. Begitu juga mengajarkan ilmu pasti
kepada anak kelas 3 sekolah dasar atau mengajarkan ilmu filsafat kepada anak yang baru duduk di bangku SLTP.
Semua petumbuhan mentalnya belum matang menerima pelajaran itu
mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah
memungkinkannya. Potensi-potensi jasmani dan rohani telah maang untuk itu.
2. Kecerdasan
Tadinya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik dipengaruhi
oleh kecerdasannya demikian pula hal dalam mempelajari mata pelajaran dan
kecakapan-kecakapan lainya. Tidak semua anak pandai dalam bahasa asing, tidak
semua anak pandai memasak, jadi dalam belajar adalah kematangan, kecerdasan pun
turut memegang peranan.
3. Latihan dan ulangan
Latihan dalah kegiatan yang mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan
pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam.
Sehingga sering kali mengalami sesuatu, seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu itu dan makin besar pula
perhatiannya, sehingga timbul hasrat mempelajarinya.
4. Motivasi
Motivasi merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan
sesuatu. Motivasi intrinsik dapat mendorong seseorang untuk bisa menjadi
spesialis dalam bidang ilmu tertentu.
5. Sifat-sifat pribadi
seseorang.
Tiap-tiap orang mempunyai sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda
antara seseorang dengan yang lain. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada
seseorang itu sedikit banyak mempengaruhi sampai di manakah hasil belajarnya
dapat dicapai.
6. Keadaan keluarga
Ada keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi bagi anak-anaknya dan
adapula yang biasa-biasa saja, suasana dalam keluarga yang bermacam-macam itu
turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar di alami dan dicapai oleh
anak-anak.
7. Guru dan cara mengajar
Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi, rendahnya pengetahuan yang
dimiliki guru dan cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak
didiknya turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai oleh anak.
8. Alat-alat pelajaran
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan
untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya,
kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu akan mempermudah dan mempercepat
balajar anak.
9. Motivasi social
Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka
faktor motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang-orang lain di
sekutarnya misalnya, tetangga, sanak saudara yang berdekatan dengan anak-anak
itu dan demi teman-teman sepermainan dan satu sekolah yang pada umumnya
motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja dan mungkin tidak
dengan sadar atau tiba-tiba.
10. Lingkungan dan kesempatan.
Seorang anak dari keluarga yang baik memiliki intelijensi yang baik,
bersekolah yang terbaik, belum tentu pula dapat belajar dengan baik, banyak
pula anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat
mempertinggi belajarnya akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh
sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif
serta faktor-faktor lain terjadi di luar kemampuannya.
B. FAKTOR
SOSIAL
Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia
(sesama manusia) baik itu ada (hadir)
atau tidak secara langsung hadir, kehadiran orang atau orang-orang lain
pada waktu seseorang balajar banyak kali mengganggu belajar. Misalnya, satu
kelas mengerjakan soal ujian dan di luar kelas murid sedang bercakap-cakap di
samping kelas. Faktor sosial seperti ini pada umumnya bersifat mengganggu
proses belajar dan prestasi-prestasi belajar. Biasanya faktor-faktor tersebut
mengganggu konsentrasi sehingga tidak dapat ditujukan kepada hal-hal yang
dipelajari atau aktifitas belajar itu semakin malas.
C. FAKTOR
FISIOLOGIS DALAM BELAJAR
Faktor-faktor fisiologis ini masih lagi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
1. Keadaan tonus jasmani pada
umumnya, dan.
Keadaan tonus pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi
aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan
keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya
daripada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu
dikemukakan.
a. Nutrisi harus cukup karena
kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang
pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan sebagainya.
Terlebih-lebih bagi anak-anak yang masih muda, pengaruh itu besar sekali.
Hasil-hasil penyelidikan Denziger, Paul Lazarsfeld, Netschareffe, Else
Liefmann, S. Holingworth, Baldwin yang dikutip oleh Ch. Buhler (1950: 105-112)
kiranya dapat merupakan ilustrasi yang sangat berharga.
b. Beberapa penyakit yang
kronis sangat mengganggu belajar itu. Penyakit-penyakit seperti pilek,
influenza, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu besar sekali.
2. Keadaan fungsi-fungsi
jasmani tertentu, terutama fungsi-fungsi panca indera.
D. FAKTOR-FAKTOR
PSIKOLOGIS DALAM BELAJAR
Secara garis besar faktor-faktor ini telah di kemukakan pada halaman
sebelumnya, tetapi masih ada perlunya memberikan perhatian khusus kepada salah
satu hal, yaitu hal yang mendorong aktivitas belajar itu hal yang merupakan
alasan dilakukannya perbuatan belajar itu. Arden N. Frandsen mengatakan bahwa
hal yang mendorong seseorang untuk
belajar itu adalah sebagai berikut:
- Adanya sifat ingin tahu dan
ingin menyelidiki dunia yang luas.
- Adanya sifat yang kreatif
yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
- Adanya keinginan untuk
mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.
- Adanya keinginan untuk
memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi
maupun dengan kompetisi.
- Adanya keinginan untuk
mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
- Adanya ganjaran dan hukuman
sebagai akhir daripada belajar. (Frandsen, 1961: 216).
Maslow ( Menurut Frandsen, 1961:
234 ) mengemukakan motif-motif untuk belajar itu ialah:
- Adanya kebutuhan fisik.
- Adanya kebutuhan akan rasa
aman, bebas dari kekhawatiran.
- Adanya kebutuhan untuk
mendapat kehormatan dari masyarakat.
- Sesuai dengan sifat untuk
mengemukakan atau mengetengahkan diri.
Apa yang telah di kemukakan itu hanyalah sekedar penyebutan sejumlah
kebutuhan-kebutuhan saja, yang tentu saja dapat ditambah lagi,
kebutuhan-kebutuhan tersebut tidaklah lepas satu sama lain, melainkan sebagai
suatu keseluruhan (suatu kompleks) mendorong belajarnya anak. Komplek
kebutuhan-kebutuhan itu sifatnya individual, berbeda dari anak yang satu ke
anak yang lainnya. Pendidik seberapa dapat haruslah berusaha mengenal kebutuhan
yang mana yang terutama dominan pada anak didiknya.
Selanjutnya suatu pendorong yang biasanya besar pengaruhnya dalam
belajarnya anak-anak didik kita ialah cita-cita. Cita-cita merupakan pusat dari
bermacam-macam kebutuhan, artinya kebutuhan-kebutuhan biasanya
disentralisasikan di sekitar cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut mampu
memobilisasikan energi psikis untuk belajar. Dalam pada itu anak-anak yang masih
sangat muda biasanya belum benar-benar menyadari cita-citanya yang sebenarnya,
karena itulah mereka perlu dibuatkan tujuan-tujuan sementara yang dekat sebagai
cita-cita sementara supaya hal ini merupakan motif atau pendorng yang cukup
kuat bagi belajarnya anak-anak itu.
BAB 8. PENGERTIAN MINAT, SIKAP DAN KEPRIBADIAN
A. Pengertian
Minat
Secara bahasa minat
berarti “kecenderungan hati
yang tinggi terhadap sesuatu.”
Minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri
atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Minat juga dapat diartikan sebagai suatu tanda kematangan dan kesiapan seseorang
untuk bergiat dalam kegiatan belajar. Minat sebenarnya bersifat subyektif
karena masing-masing orang dapat berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan
oleh keunikan pada setiap orang. Minat erat sekali hubungannya dengan perasaan
suka atau tidak suka, tertarik atau
tidak tertarik, senang atau tidak
senang.
B. Pengertian
Sikap
Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan,
jalan pikiran, dan perilaku. Kata ini bisa juga dimaknai sebagai perasaan
seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini
menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya seseorang pada
sesuatu.
Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian, yang dikembangkan dalam tiga
model, yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah
respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu.
Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu.
Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek.
Kebanyakan individu berperilaku dari hasil belajar sosial dari lingkungannya.
C. Pengertian
Belajar
Belajar adalah mereaksi
terhadap semua situasi
yang ada di
sekitar individu. Belajar adalah
proses yang diarahkan
kepada tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Belajar
adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.”
Dari pengertian belajar
yang telah dikemukakan
di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah
suatu perubahan tingkah laku
individu dari hasil
pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah
laku tersebut, baik
dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya
(psikomotor), maupun sikapnya (afektif).
D. Tehnik
Membangkitkan Minat dan Sikap dalam Belajar
1. Perhatian
Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan
hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat dan sikap siswa dalam belajar.
Perhatian dapat berpengaruh banyak atau
sedikit untuk kesadaran seorang siswa
yang menyertai sesuatu
aktivitas yang dilakukan.
Perhatian adalah pemusatan tenaga
atau kekuatan jiwa
tertentu kepada suatu obyek,
atau pendayagunaan kesadaran
minat dan sikap untuk
menyertai suatu aktivitas.
2. Perasaan
Unsur yang tak
kalah pentingnya adalah
perasaan dari anak didik
terhadap pelajaran yang
diajarkan oleh gurunya.
Perasaan didefinisikan
“sebagai gejala psikis
yang bersifat subjektif
yang umumnya berhubungan dengan
gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak
dalam berbagai taraf.” Tiap
aktivitas dan pengalaman
yang dilakukan akan
selalu diliputi oleh suatu
perasaan, baik perasaan senang maupun
perasaan tidak senang. Perasaan
umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya
perasaan dapat timbul
karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan
sesuatu.
3. Motifasi
Kata motifasi diartikan sebagai
daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motifasi dapat dikatakan “sebagai daya penggerak
dari dalam dan
di dalam subyek
untuk melakukan kreativitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan.”
Motifasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan.”
Karena itu guru
harus bisa membangkitkan
minat anak didik. Sehingga anak
didik yang pada
mulanya tidak ada
hasrat untuk belajar, tetapi
karena ada sesuatu
yang dicari muncullah minatnya
untuk belajar.
E. Fungsi
Minat dan Sikap dalam belajar
Fungsi minat dan sikap bagi kehidupan peserta didik sebagai berikut :
1. Minat dan sikap mempengaruhi
bentuk intensitas (kemauan dan kemampuan) cita-cita.
2. Minat dan sikap sebagai
tenaga pendorong yang kuat.
3. Prestasi selalu dipengaruhi
oleh jenis dan intensitas (kemauan dan kemampuan).
4. Minat dan sikap yang
terbentuk sejak kecil
F. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Minat dan Sikap
Belajar
Minat belajar tiap-tiap siswa tidak sama, ketidaksamaan itu disebabkan
oleh banyak hal
mempengaruhi minat dan sikap
belajar, sehingga ia
dapat belajar dengan baik atau
sebaliknya gagal sama sekali. Demikian juga halnya dengan minat dan sikap
siswa terhadap mata pelajaran,
ada siswa yang minatnya tinggi dan
ada juga yang
rendah. Hal tersebut
akan sangat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajarnya
dalam mata pelajaran.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar siswa, secara garis besar dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
1. Faktor
Intern
Faktor ini meliputi :
a. Kondisi fisik/jasmani siswa
saat mengikuti pelajaran
Kondisi fisik atau jasmani siswa saat mengikuti pelajaran sangat berpengaruh
terhadap minat, sikap dan aktivitas belajarnya. Faktor kesehatan badan,
seperti kesehatan yang prima dan tidak dalam
keadaan sakit atau
lelah, akan sangat membantu dalam memusatkan perhatian
terhadap pelajaran. Sebab
pelajaran memerlukan kegiatan mental yang tinggi, menuntut banyak perhatian
dan pikiran jernih. Oleh
karena itu apa
bila siswa mengalami kelelahan
atau terganggu kesehatannya, akan
sulit memusatkan perhatiannya dan berpikir jernih.
b. Pengalaman belajar di
jenjang pendidikan sebelumnya
Pengalaman belajar sangat
berkaitan dengan kemampuan awal (entry behavior). Kemampuan
awal adalah pengetahuan, keterampilan dan kompetensi, yang merupakan prasyarat yang dimiliki
untuk dapat mempelajari suatu
pelajaran baru atau lebih lanjut.
2. Faktor
Ekstern
a. Metode dan gaya mengajar
Metode dan gaya
mengajar guru juga
memberi pengaruh terhadap minat
dan sikap siswa dalam belajar
. Oleh karena itu hendaknya guru dapat menggunakan metode dan gaya
mengajar yang dapat menumbuhkan minat
dan perhatian siswa.
Guru adalah kreator
proses belajar mengajar.
Guru adalah orang yang akan
mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa
yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam
batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten.
b. Situasi dan kondisi
lingkungan
Situasi dan kondisi
lingkungan turut memberi
pengaruh terhadap minat belajar
siswa dalam pelajaran.
Faktor situasi dan kondisi
lingkungan yang dimaksud di sini adalah
faktor situasi dan kondisi
saat siswa melakukan
aktivitas belajar Matematika
di sekolah, baik fisik ataupun sosial.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PERBEDAAN
A. KEUNGGULAN
- Sistematika bab yang
sistematis dan berurutan sehingga tidak mengalami kesalahpahaman dalam
pemahaman bab selanjutnya.
- Pada buku Psikologi
Pendidikan karangan Drs. M. Ngalim Purwanto, bab pertama yang diabahas adalah
dasar mengenai psikologi. Dalam buku ini, pembaca diajak untuk memahami makna
dasar dari psikologi kemudian membahas mengenai psikologi pendidikan.
- Buku karangan Drs. M.
Ngalim Purwanto, memuat ilustrasi/gambar yang membantu mendekripsikan konsep
yang akan diuraikan berkenaan dengan hal belajar-mengajar
B. KELEMAHAN
- Pada karangan Drs. M.
Ngalim Purwanto, tidak mengungkapkan hasil risetnya seperti dalam buku Syah
yang mengungkapkan hasil risetnya mengenai objek dan kajian berupa siswa
terutama dalam hal belajar, mengajar dan belajar-mengajar. Syah menegaskan
bahwa prinsip, konsep, dan metode psikologi pendidikan merupakan landasan
berpikir dan bertindak bagi guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang
selaras dengan keadaan dan kebutuhan siswa.
- Dalam pembahasan buku ini,
buku ini menggunakan bahasa-bahasa yang rumit dan sulit dimengerti bagi
sebagian kalangan. Penjabarannya terlalu berbelit-belit. Selain itu, dari segi
teknis banyak kata-kata yang salah ketik. Hal tersebut sangat disayangkan
terjadi pada buku yang sudah sampai pada cetakan kelima dan sudah banyak di
terbitkan.
Lihat Juga!
Lihat Juga!
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
- Dari buku ini dapat di
ambil garis besar secara keseluruhan yaitu buku ini menjelaskan tentang
bagaimana seseorang itu mempunyai psikologi yang baik atau buruk dari
keturunan. Sehingga alat-alat indra kita berfungsi sesuai dengan kepsikologian
kita. Dalam buku ini juga di bahas bagaimana memberikan motivasi juga dan cara
berfikir yang baik. Tentu juga di dalam buku ini terdapat arahan tentang
intelejensi kita. Sehingga buku ini patut untuk di pelajari dan digunakan
karena didalam buku ini hampir keseluruhan yang kita butuhkan untuk mempelajari
psikologi seseorang.
4.2 SARAN
- Sebaiknya menggunakan
bahasa yang lebih mudah dimengerti dan kurangi penyampaian pembahasan yang
kurang berhubungan dengan buku ini, untuk menghindari kejenuhan pada pembaca.
- Penulis seharusnya
mencantumkan daftar pustaka atau referensi sehingga pembaca mampu melihat
teksbook yang menjadi referensi penulisan buku ini.