BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara sederhana Filsafat Pendidikan menurut Imam Barnadib (1993:3) merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan_negara.
Secara sederhana Filsafat Pendidikan menurut Imam Barnadib (1993:3) merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan_negara.
Karena manusia (peserta
didik) hakikatnya adalah pribadi yang memiliki potensi dan memiliki keinginan
untuk menjadi dirinya sendiri, maka upaya pendidikan harus dipandang sebagai
upaya bantuan dan memfasilitasi peserta didik dalam rangka mengembangkan
potensi dirinya. Upaya pendidikan adalah pemberdayaan peserta didik. Hal ini
hendaknya tidak dipandang sebagai upaya dan tujuan yang bersifat
individualistik semata, sebab sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupan
manusia itu multi dimensi dan merupakan kesatuan yang integral.Pendidikan
menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif, sedangkan
pendidik berperan sebagai fasilitator (memfasilitasi pembelajaran), organisator
(mengarahkan), dan motivator (mendorong) peserta didik dalam proses
pembelajaran agar berlangsung efektif dan efisien.
Tujuan Pendidikan berdasarkan Pandangan Pancasila tentang hakikat
realitas manusia, pengetahuan dan hakikat nilai mengimplikasikan bahwa
pendidikan seyogyanya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang
beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan berlangsung di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Karena
itu, masing-masing individu atau manusia dewasa adalah pendidik dan contoh bagi
individu lainnya terutama peserta didik yang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan,proses untuk menjadi. Pendidikan harus berlangsung dengan
keteladanan dan komunikasi jujur, terbuka, fungsional, dan produktif, sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan sehingga diperlukan kemampuan pendidik
memiliki kemampuan atau kompetensi untuk berkomunikasi.
1.2. Tujuan Critical Book
Tujuan pembuatan critical book report ini adalah :
1. Memenuhi tugas wajib mata
kuliah Filsafat Pendidikan
2. Menanggapi atau mengkritisi
isi buku Filsafat Ilmu Pengetahuan Jalaludin
1.3. Manfaat Critical Book
Manfaat pembuatan critical book report ini adalah :
1. Menambah wawasan pembaca
tentang Filsafat Pendidikan
2. Menambah pengetahuan
penyusun dan pembaca tentang critical book report
Baca Juga Postingan Lain Dari Blog Ini !!
Kumpulan Critical Book Report [Tersedia >50 Jenis CBR]
Critical Journal Report [Tersedia > 40 Jenis]
Contoh Laporan Mini Riset [Tersedia >25 Jenis]
Kumpulan Makalah Berbagai Jenis Tema [Tersedia >100 Jenis]
BAB II
PEMBAHASAN
Judul buku : FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Penulis : Prof. Dr. H. Jalaluddin
Penerbit : Rajawali Press
ISBN : 978-979-769-537-8
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 329 halaman
2.2. Ringkasan Isi Buku
BAB I : PENDAHULUAN
Filsafat atau falsafat berasal dari kata Philore dan Shopia dari bahsa
Yunani kuno. Philore berarti cinta dan Shopia berarti kebijaksanaan, kebaikan,
kebenaran, cinta, hikmah. Filosof adalah orang yang mencintai hikmah dan
berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap
positif terhadapnya. Juga mencari hakekat sesuatu, berusaha menautkansebab dan
akibat serta berusaha melakukan penafsiran atas pengalaman-pemgaaman manusia.
BAB II : PENGERTIAN DAN RUANG
LINGKUP BAHASAN FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Pengertian
Filsafat
Menurut Imam Barnadib
Filsafat adalah pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Menyeluruh
karena filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan melainkan juga suatu pandangan
yang dapat menembus sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Sistematis karena
filsafat menggunakan berfikir secara sadar, teliti, teratur sesuai dengan
hokum-hukum yang ada.
Menurut Harun Nasution
Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak
terikat pada tradisi, dogma,serta agama) dan dengan sedalam-dalamnyasehingga
sampai ke dasar-dasar persoalan.
Menurut Jujun S. Suriasumantri
Filsafat merupakan cara berfikir radikal, sistematis, menyeluruh dan
mendasar untuk suatu permasalahan yang mendalam.
Menurut Muhammad Noor Syam
Filsafat merupakan lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat
luas (komprehensif). Meskipun kesimpulan-kesimpulan filsafat bersifat hakiki
namun masih relative dan subjektif.
B. Pengertian
Filsafat Pendidikan
Menurut Al-Syaibany
Filsafat pendidikan adalah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan
filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan
proses pendidikan.
Menurut John Dewey
Filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar
fundamental, baik yang menyangkut daya piker9intelektual) maupun perasaan
(emosional) menuju kea rah tabi’at manusisa, maka filsafat juga bias diartikan
teori umum pendidikan.
Menurut Barnadib
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Sehingga filsafat pendidikan adalah
aplikasi sesuatu analisa filosofis terhadap bidang pendidikan.
Dalam hubungan antara
filsafat dengan filsafat pendidikan, maka filsafat pendidikan memiliki
batasan-batasan sebagai berikut:
a. Filsafat pendidikan
merupakan pelaksana pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang
pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan
b. Mempelajari filsafat
pendidikan karena kajian tersebut sangat pendting dalam mengembangkan pandangan
terhadap proses pendidikan dalam upaya memperbaiki keadaan pendidikan.
c. Filsafat pendidikan memiliki
kepercayaan, andaian, konsep yang terpadu satu dan yang lainnya terhadap
masalah pendidikan.
C. Ruang
Lingkup Bahasan Filsafat Dan Filsafat Pendidikan
Ruang lingkup filsafat pendidikan
secara umum adalah menjangkau seluruh permasalahan kehidupan manusia,
alam semesta, dan alam sekitarnya.
Ruang
lingkup secara mikro
1. Merumuskan secara tegas
sifat hakikat pendidikan
2. Merumuskan sifat hakikat
manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan
3. Merumuskan dengan tegas
hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama da kebudayaan.
4. Merumuskan hubungan
filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
5. Merumuskan hubungan antar
filsafat Negara, filsafat pendidikan, politik pendidikan.
6. Merumuskan system nilai
norma dan isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Menurut
Will Durant ruang lingkup studi filsafat adalah logika, estetika, etika,
politik, metafisika.
Filsafat pendidikan memiliki beberapa sumber, sebagai berikut:
a). Manusia
b). Sekolah
c). Lingkungan
D. Hubungan
Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan
Hubungan antara filsafat denga filsafat pendidikan menjadi sangat penting
sekali sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat
sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelarasakan dan
mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi
terdapat kesatuan utuh antara filsafat, filsafat pendidikan dan pengalaman
manusia.
Tujuan pendidikan adalah tujuan filsafat, yaitu menuju kea rah
kebijaksanaan. Oleh karena itu pendidikan adalah realisasi dari ide-ide
filsafat, filsafat member asas kepastian bagi peranan pendidikan sebagai wadah
pembinaan manusia yang telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan, da
aktivitas pendidikan. Jadi filsafat pendidikan adalah jiwa dan pedoman dasar
pendidikan.
E. Hubungan
Filsafat Pendidikan Dengan Program Fakultas Tarbiyah
Fakultas tarbiyah yang berkecimpung dalam masalah kependidikan dengan
problematika-problematikanya maka keberadaan filsafat pendidikan tidak bias
diabaikan dan karenanya perlu dipelajari mendalam dan diperdalami.
Karena fungsi filsafat dalam pendidikan sangat penting, maka fakultas
tarbiyah sebagi fakultas yang mencetak atau memproduksi calon pendidik sehingga
dalam fakultas tarbiyah mata kuliah filsafat pendidikan merupaka Mata kuliah
dasar khusus yang wajib diikuti mahasiswanya. Hal ini sesuai dengan namanya
tarbiyah yang berarti pendidikan maka mahasiswa fakultas tarbiyah diharapkan
bisa menjadi calon pendidik yang mampu membantu dan memecahkan problematika
yang ada dalan pendidikan islam.
Oleh karena itu filsafat pendidikan islam mempunyai hubungan erat dengan
peranannya sebagai sumber idealism pada program pendidikan fakultas tarbiyah
untuk menciptakan sarjana-sarjana pendidikan muslim yang sesuai dengan tujuan
program fakultas tarbiyah.
BAB III
Filsafat diakui sebagai induk ilmu
pengetahuan (the Mother of Sciences) pada mulanya mampu menjawab segala
pertanyaan tentang segala sesuatu dan segala masalah yang berhubungan dengan
alam semesta, manusia, deng segala problematikanya. Namun karena banyak
permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan filsafat maka muncullah
cabang ilmu yang lain. Misal filsafat pendidikan.
A. Perkembangan
Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno
Timur
Jauh
Hindu
Pemikiran spiritualisme = adanya konsep karma dan reinkarnasi. Alam
semesta ini penuh rahasia dan manusia didalamnya merupakan suatu yang mat
kecil, namun memiliki arti yang besar. Sehingga manusia didorong untuk
menyelidiki dan memahami alam semesta dan isinya.
Budha (Sidarta Gautama)
Meskipun ajaran budha telah disebut sebagai agama tetapi sebenarnya ia
bukanlah agama karena tidak ditemukan ajaran tentang tuhan. Dalam kitab
Tripitaka terdapat 8 ajaran yang akan membawa manusia menjadi mulia dan
sempurna. Apabila manusia melakukan pelanggaran maka akan sengsara. Karena
secara filsafat agama ini berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang ada si sunia
ini terliputi oleh sengsara yang disebabkan oleh cinta yang berlebihan.
Tao (Lao Tse)
Jalan Tuhan atau sabda Tuhan, tao ada di mana-mana, tetapi tidak
berbentuk dan tidak dapat
Shinto
Shinto adalah agama utama di Jepang, yang menitik beratkan pemujaan alam
dan pemujaan leluhur. Shinto tumbuh dan berkemang di Jepang, sangat respek
kepada alam (nature) karena ajaran-ajarannya mengandung nilai atau ekspresi.
Dalam ajaran Shinto ini mengandung makna-makna filsafat, mengandung nilai
motivasi dan optmik guru menjadi pegangan bagi penganutnya. Karena itu ajaran
Shinto mengandung petunjuk agar umat Shinto biasa menempatkan diri di alam
semesta tanpa merusak dan mengorbankan alam dan isinya dan kerja keras menjadi
cirri khas masyarakat jepang.
Timur
Tengah
Yahudi
Tanda –tanda pemikiran filsafat:
Penguraian bentuk-bentuk penindasan moral dari monotheisme, peredaran,
kebenaran dan bernilai tinggi.
Kaum yahudi sangat mementingkan pendidikan bagi generasinya Karena hal
pokok dan lebih penting dari kekuatan militer serta adanya ganjaran-ganjaran di
surga.
Selama 200 tahun, doktrin-doktrin monotheisme dan pengajaran-pengajaran
etis yang penting dari orang-orang yahudi dan telah meresapi pikiran-pikiran
para ahli filsafat dan para pendidik dengan menyangkut jiwa dan memberi harapan
bagi masa depan kemanusiaan.
Kristen
Ajaran Kristen mengajarkan konsep tuhan.
Romawi
dan Yunani: Antomorpomisme
Antomorpomisme adalah suatu paham yang menggunakan antara sifat-sifat
Tuhan (pencipta) dengan sifat-sifat yang ada pada manusia. Missal tahan tuhan
disamakan dengan tangan manusia.
Reaksi Terhadap Spiritualisme Di
Yunani
Awal munculnya filsafat adalah dengan pengetahuan mitos. Khusus mengenai
aliran filsafat spiritual ditandai dengan pemikiran yang mengutamakan
kerohanian dan kejiwaan, banyak para filosof yang mencurahkan pemikirannya
memenuhi dan melalui alur aliran ini. Banyak yang puas dengan aliran ini yaitu
aliran idealism. Sementara aliran yang tidak puas karena aliran ini dianggap
tidak ilmiah lahirlah aliran materialism. Dan kemudian muncul aliran
rasionalisme yaitu pusat segala sesuatu terletak pada dunia rasio, sementara
yang lain adalah objeknya.
Idealisme (Plato)
Adalah suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa, menurutnya cita
adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak
diantara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca
indra. Jadi yang nyata adalah idea.
Inti ajaran ini yang terpenting adalah manusia menganggap roh atau sukma
lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi kehidupan manusia.
Roh dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut
sebagai penjelmaan dari roh atau sukma.
Materialisme, adalah suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran
kebendaan, dimana benda merupakan sumber segalanya. Mereka berfikir sederhana,
bahwa realitas adalah sebagimana adanya. Maka realitas alam semesta ini
pastilah sebagimana apa yang kita lihat yang tampak dihadapan kita, yaitu
materi
Menurut Demokritos seluruh ala
mini berasal dari atom kecil.
Rasionalisme, pelopor rasionalisme adalah Rene Descrates. Aliran ini
beranggapan bahwa segala sesuatu disandarkan pada rasio. Aliran ini lahir
karena adanya usahauntuk membebaskan diri dari pemikiran tradisional
(skolastik) sebab sudah tidak mampu menangani dan menemukan hasil terhadap ilmu
pengetahuan dikarenakan aliran skolastik banyak mengadakan praduga yang
berisikan angan-angan semata.
B. Pemikiran
Filsafat Pendidikan Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan
Suatu pandangan dunia umumnya suatu pandangan teoritis mempunyai hubungan
erat denga lingkungan di mana pemikiran itu dijalankan. Bagi seorang Yunani,
filsafat bukanlah merupakan ilmu disamping ilmu-ilmu lain melainkan meliputi
semua ilmupengetahuan ilmiah. Tanah Yunani adalah tempat permainan dimana pemikitan
ilmiah tumbuh terutama bidang filsafat pendidikan.
Pemikiran Filsafat Pra-Socrates
Pada masa ini para pemikir belum puas dengan keterangan mengenai alam
semesta yang diterima dari kepercayaannya. Maka mereka mencari tahu sendiri,
apakah sebenarnya alam semesta ini? Apa intisarinya? Sehingga para filosof
filosof ini disebut filosof alam.
Filosof alam yang terkenal pada
masa ini antara lain:
Thales
Anaximandros
Anaximenes
Pitagoras
Heraklitos
Parmenides
Pada masa ini muncul pula kaum sofisme (sendekiawan) yang dipelopori oleh
Protogoras. Bagi mereka manusia menjadi ukuran kebenaran, tidak ada kebenaran
yang berlaku secara universal,kebenaran hanya berlaku secara individual.
Pemikiran Filsafat Pendidikan
Menurut Socrates
Sacrotes (Athena, 470-399 SM) merupakan pemikir besar kuno yang memiliki
gagasan-gagasan filosofisnya dan pengajarannya dalam dunia pendidikan.
Prinsip-prinsip dasar pendidikan menurut Sacrotes adalah metode
dialektis, dasar teknis pendidikan yang direncanakan dan mendorong seseorang
belajar untuk berfikir cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan untuk
memperoleh pengetahuannya.
Tujuan pendidikan :merangsang penalaran yang cermat dan disiplinmental
yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang terus-menerus dan standar
moral yang tinggi.
Pemikiran Filsafat Pendidikan
Menurut Plato
Plato (427-347 SM) adalah murid Sacrotes. Pendidikan adalah tugas suatu
bangsa yang harus dilaksanakan untuk kepentingan Negara dan perorangan,
pendidikan itu memeberikan kesempatan kepadanya untuk penampilan kesanggupan
diri pribadinya. Bagi Negara ia bertanggung jawab untuk memberikan perkembangan
kepada warganya, dapat berlatih, terdidik, dan merasakan bahagia dalam
menjalankan peranannya guna melaksanakan kehidupan kemasyarakatan.Pendidikan
merupakan suatu tindakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan
ketidakbenaran sehingga mereka akan lahir kembali (they shall be born again)
Tujuan pendidikan : untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap
individu dan melatihnya sehingga akan menjadi seorang warga Negara yang baik,
dalam suatu masyarakat yang harmonis, melaksanakan tugas-tugasnya secara
efisien sebagai seorang anggota kelasnya.
Pendidikan harus direncanakan dan diprogramkan agar sesuai yang
dididamkan yaitu sebagai berikut: sesuai tingkat usia
Tahap pertama
Pendidikan diberikan kepada taruna hingga usia 20 tahun
Tahap kedua
Dari usia 20-30 tahun
Tahap ketiga
Usia 30-40 tahun
Pemikiran Filsafat Pendidikan
Menurut Aristoteles (367-345 SM)
Aristoteles adalah murid Plato. Pendidikan harus didapatkan oleh setiap
orang agar ia hidup baik. Pendidikan bukanlah semata-mata soal akal tetapi
member bimbingan kepada perasaan-perasan yanglebih tinggi, supaya mengarah diri
kepada akal, sehingga dapat dipakai akal guna mengatur nafsu-nafsu.
Pendidikan yang baik adalah yang mempunyai tujuan untuk kebahagiaan,
kebahagiaan tertinggi adalah kebahagiaan spekulatif.
Prinsip pokok pendidikan adalah pengumpulan serta penelitian fakta-fakta
suatu belajar induktif, suatu pencarian objektif akan kebenaran sebagai dasar
dari semua ilmu pengetahuan.
BAB IV : BEBERAPA ALIRAN FILSAFAT
MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI
A. Pengertian
Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Ontologi = ilmu hakikat ang menyelidiku alam nyata dan bagaimana keadaan
sebenarnya.
Epistemologi = pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan
dan jenis-jenis pengetahuan
Aksiologi = menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan apakah yang
baik dan yang buruk.
B. Aliran-Aliran
Filsafat Pendidikan Modern
1) Aliran Progesivisme
Mengakui dan berusaha mengembangkan progresivisme dalam semua realita
terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan
hidup manusia, harus praktis dalam
melihat sesuatu dari segi keagungannya. Tokoh-tokoh aliran ini adalah William
James, John Dewey, Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller dan George Santayana.
Pandangan ontologi
Asal keduniaan adalah kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas
sebab kenyataan lama semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia.
Pengalaman adalah perjuangan sebab hidup adalah tindakan dan
perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup dan berkembang jika ia mampu mengatasi
perjuangan, perubahan, dan berani bertindak.
Pandangan Epistemologi
Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala
realitadalam hidupnya atau pengetahuan yang diperoleh melalui catatan.
Semakin sering menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak
pengalamansemakin besar peersiapan untuk menghadapi tuntutan zaman.
Pandangan Aksiologi
Nilai itu benar atau salah, baik atau buruk data dikatakan ada bila
menunjukkan kecocokan dengan hasil pengujian yangdialami manusia dalam
pergaulan.
Progessivisme dan Pendidikan
Progesivisme = pragmatisme berdasarkan ide dasarnya dengan asas yang
utama yaitu manusia dalam hidupnya untuk tetap survive (mempertahankan
hidupnya) terhadap semua tantangan dan harus pragmatis memandang sesuatu dari
segi manfaatnya.
Progessivisme telah memberikan sumbangan besar kepada dunia pendidikan
pada abad ke 20 dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan
kepada anak didik dalam mengembangkan bakat dan kemampuan dirinya baik secara
fisik maupun cara berfikir, tanpa terhambat rintangan yang dibuat orang lain.
Menurut aliran progessivisme kebudayaan adalah hasil budi manusia yang
merupakan milik manusia yang tidak beku dan terus berkembang. Untuk itu
pendidikan adalah alat untuk memproses dan merekonstruksi kebudayaan baru
haruslah menciptakan situasi yang edukatif yang pada akhirnya akan memberikan
corak dan warna dari output yang dihasilkan adalah manusia-manusia yang
berkualitas, kompetitif, insiatif, adaptif dan kreatif sanggup menjawab
tantangan zaman. Sehingga dibutuhkan kurikulum eksperimental (kurikulum yang
berpijak pada pengalaman)
Asas belajar
Bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagia potensi untuk
memecahkan problema-problemanya. Sehingga pendidikan adalah wahana paling
efektif sebagai proses sesuai hakikat anak didik sebagai manusia berkembang.
Sehingga sekolah yang ideal adalah sekolah yang berintegrasi dengan lingkungan
sekitar.
Progessivisme menghendaki pendidikan yang progresif. Tujuan pendidikan
sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, bukan hanya menyampaikan
pengetahuan kepada anak didik saja melainkan melatih kemampuan berfikir secara
ilmiah.
Pandangan kurikulum progessivisme
Kurikulum dipusatkan pada kurikulum eksperimental, oleh karena itu
manusia harus belajar dari pengalaman. Progessivisme tidak menghendaki adanya
mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus berintegrasi dalam
unit, dan metode yang diutamakan adalah problem solving.
Kurikulum yang baik harus memenuhi beberapa hal:
o Kurikulum harus dapat
meningkatkan kualitas hidup anak didik sesuai denga jenjang pendidikan
o Kurikulum yang dapat membina
dan mengembangkan potensi anak didik
o Kurikulum sanggup mengubah
perilaku anak didik menjadi kreatif, adaptif, dan kemandirian
o Kurikulum bersifat fleksible
berisi tentang berbagai macam bidang studi.
Pandangan progessivisme tentang
budaya
Kebudayaan adalah hasil budi manusia. Manusia sebagi makhluk berakal dan
berbudidaya selalu berupaya melakukan perubahan-perubahan.
Filsafat progessivisme memiliki konsep manusia memiliki kemampuan-kemampuan
yang memecahkan problema-problema hidup, telah mempengaruhi pendidikan, dimana
dengan pembaharuan pendidikan telah mempengaruhi manusia untuk maju (pogress).
Sehingga semakin tinggi tingkat berfikirnya maka semakin tinggi pula peradapan
manusia. Akibatnya anak-anak tumbuh menjadi dewasa, masyarakat yang sederhana
dan terbelakang menjadi masyarakat yang kompleks dan maju.
2) Aliran
Essensialisme
Essensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang sejak awal peradapan umat manusia. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat
yang membentuk corak essensialisme. Essensialisme muncul pada zaman
renaissance.
Idealisme modernmerupakan suatu ide-ide manusia sebagai makhluk yang
berfikir dan semua ide yang dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan
yang menciptakan segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi.
Pandangan ontologi essensialisme
Sifat khas dari ontologi esensialisme adalah suatu konsepsinbahwa dunia
ini di kuasai oleh tatanan yang cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan
tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanpun bentuk, sifat, kehendak dan
cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tatanan tersebut. Secara
filosofis esensialisme dilandasi oleh prisip-prinsip klasik dari filsafat realisme
dan idialisme moderen. Ontologinya dapat disebut realisme objektif, yang
berpendapat bahwa kenyataan adalah sebuah pokok (subtansi) mater atau idialisme
objektif yang berpandangan bahwa kenyataan itu pada pokoknya bersifat rohaniah.
Pandangan epistemologi
essensialisme
Epistemologi essensialisme pada tingkat tertinggi merupakan teori
persesuaian pengetahuan, yang meyakini bahwa kebenaran tampil mewakili atau
sesuia dengan fakta objektif. Realisme memperhatikan pandangan tiga aliran
psikologi yaitu assosianesmi, behavorisme, dan koneksionisme. Lazimnya metosde
yang digunakan dalam aliran psikologi ini adalah menerapkan metode ilmu alam.
Pandangan mengenai Pendidikan
Essensialisme timbul karena adanya pandangan kaum progesif mengenai
pendidikan yang fleksibel. Oleh karena adanya saingan dari progresibvisme, maka
pada sekitar tahun 1930 muncul organisasi. Dengan munculnya komite ini
pandangan-pandangan essensilaisme menurut tafsiran abad XX mulai diketengahkan
dalam dunia pendidikan.
Pandangan mengenai belajar
Essensialisme yang didukung oleh pandangan idealisme berpendapat bahwa
bila seseorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri,
terus bergerak keluar untuk memahami dunia objektif. Akal budi manusia
membentuk, mengatur, mengelompokkannya dalam ruang dan waktu. Dengan prinsip
itu dapat dikatakan bahwa belajar pada seseorang sebenarnya adalah
mengembangkan jiwa pada dirinya sendiri sebagai substansi spritual. Jiwa
membina dan menciptakan dirinya sendiri. Jadi belajar adalah menerima dan
mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang
timbul untuk ditambah dan dikurangi serta diteruskan kepada angkatan berikutnya
(Barnadib:1996:56). Belajar adalah cerminan dari jiwa yang aktif.
Pandangan Kurikulum Essentialisme
Essensialisme adalah suatu teori pendidikan yang menegaskan bahwa
pendidikan selayaknya bergerak dalam kegiatan pembelajaran tentang keahlian
dasar, seni dan sains yang telah nyata-nyata berguna dimasa lalu dan tetap
demikian dimasa yang akan datang. Para essensialis percaya bahwa beberapa
keahlian esensi atau dasar mempunyai kontribusi yang besar terhadap keberadaan
manusia seperti membaca, menulis, aritmatika dan perilaku sosial yang beradab.
Keahlian dasar ini merupakan hal yang selayaknya dan memeng dibutuhkan sehingga
selalu ada dalam setiap kurikulum sekolah dasar yang baik.
Pada kurikulum sekolah pertama, kurikulum dasar seharusnya terdiri dari
sejarah, matematika, sains dan sastra. Kurikulum perguruan tinggi terdiri dari
dua komponen yaitu mata kuliah umum dan sains. Dengan menguasai mata kuliah ini
yaitu yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan alam, seorang siswa
mempersiapkan diri untuk berpartisipasi ssecara efektif dalam masyarakat
beradab.
Jadi intinya kurikulum hendaknya disusun secara sistematis, dari mulai
yang sederhana sampai yang kompleks. Kurikulum direncanakan dan disusun
berdasarkan pikiran yang matang agar manusia dapat hidup harmonis dan
menyesuaikan diri dengan sifat-sifat kosmis.
3) Aliran
Perennialisme
Pandangan Ontologi Perenialisme
Ontologi perenialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda
individual, esensi, aksiden dan substansi. Secara ontologis, perenialisme
membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudannya. Benda individual di
sini adalah benda sebagaimana yang tampak di hadapan manusia dan yang ditangkap
dengan panca indra seperti batu, lembu, rumput, orang dalam bentuk, ukuran,
warna, dan aktivitas tertentu. Esensi dari suatu kualitas menjadikan suatu
benda itu lebih intrinsik daripada fisiknya, seperti manusia yang ditinjau dari
esensinya adalah makhluk berpikir. Sedangkan aksiden adalah keadaan-keadaan
khusus yang dapat berubah-ubah dan sifatnya kurang penting dibandingkan dengan
esensial.
Dengan demikian, segala yang ada di alam semesta ini, seperti manusia,
hewan, dan tumbuh-tumbuhan, merupakan hal yang logis dalam karakternya. Setiap
sesuatu yang ada tidak hanya merupakan kombinasi antara zat atau benda, tapi
juga merupakan unsur potensialitas dengan bentuk yang merupakan unsur
aktualitas.
Sejalan dengan apa yang dikatakan Poedjawijatna, bahwa esensi dari
kenyataan itu adalah menuju ke arah aktualitas, sehingga makin lama makin jauh
dari potensialitasnya. Bila dihubungkan dengan manusia, maka manusia itu setiap
waktu adalah potensialitas yang sedang berubah menjadi aktualitas. Dengan
peningkatan suasana hidup spiritual ini, manusia dapat makin mendekatkan diri
menuju tujuan (teleologis) untuk mendekatkan diri pada supernatural (Tuhan)
yang merupakan pencipta dan tujuan akhir.
Pandangan Epistemologis
Perenialisme
Perenialisme berpangkal pada tiga istilah yang menjadi asas di dalam
epistemologi yaitu truth, self evidence, dan reasoning. Bagi perenialisme truth
adalah prasyarat asas tahu untuk mengerti atau memahami arti realita semesta
raya. Sedangkan , self evidenceadalah suatu bukti yang ada pada diri (realita,
eksistensi) itu sendiri, jadi bukti itu tidak pada materi atau realita yang
lain. Dan pengertian kita tentang kebenaran hanya mungkin di atas hukum
berpikir (reasoning), sebab pengertian logis misalnya berasal dari hukum-hukum
berpikir.
Dalam pandangan Perenialisme ada hubungan antara ilmu pengetahuan dengan
filsafat, seraya menyadari adanya perbedaan antara kedua bidang tersebut.
Hubungan filsafat dan pengetahuan tetap diakui urgensinya, sebab
analisa-empiris dan analisa ontologis keduanya dianggap Perenialisme dapat
komplementatif. Dan meskipun ilmu dan filsafat berkembang ke tingkat yang makin
sempurna, namun tetap diakui bahwa fisafat lebih tinggi kedudukannya daripada
ilmu pengetahuan.
Pandangan Aksiologi Perenialisme
Masalah nilai merupakan hal yang utama dalam Perenialisme, karena ia
berdasarkan pada asas-asas supernatural yaitu menerima universal yang abadi,
khususnya tingkah laku manusia. Jadi, hakikat manusia itu yang pertama-tama
adalah jiwanya. Oleh karena itu, hakikat manusia itu juga menentukan hakikat
perbuatannya, dan persoalan nilai adalah persoalan spiritual. Dalam aksiologi,
prinsip pikiran demikian bertahan dan tetap berlaku. Secara etika, tindakan
itulah yang bersesuaian dengan sifat rasional manusia, karena manusia itu
secara alamiah condong pada kebaikan.
Menurut Plato, manusia secara kodrat memiliki tiga potensi: nafsu,
kemauan, dan pikiran. Maka pendidikan hendaknya berorientasi pada ketiga potensi
tersebut dan pada masyarakat, agar kebutuhan yang ada pada setiap lapisan
masyarakat bisa terpenuhi. Dengan demikian, hendaknya pendidikan disesuaikan
dengan keadaan manusia yang mempunyai nafsu, kemauan, dan pikiran. Dengan
memperhatikan hal ini, maka pendidikan yang berorientasi pada potensi dan
masyarakat akan dapat terpenuhi.
4) Aliran
Rekonstruksionisme
Berasal dari bahasa inggris reconstruct yang berarti menyusun kembali.
Adalah aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern
Pandangan ontologi
Memandang bahwa realita itu bersifat universal, yang mana realita itu ada
di mana dan sama di setiap tempat. Tiap realita sebagi substansi selalu
cenderung bergerak dan berkembang dari potensialitas menuju aktualitas
(teknologi). Memandang bahwa alam metafisika merujuk dualisme: bahwa alam ini
mengandung hakikat materi dan hakikat rohani.
Dibalik gerak realita sesungguhnya terdapat kausalitas sebagai
pendorongnya dan merupakan penyebab utama (kausa Prima yaitu Tuhan). Tuhan
adalah aktualitas murni yang sama sekali sunyi dan substansi.
Pandangan Epistemologi
Untuk memahami realita alam nyata memerlukan suatu azas tahu dalam arti
bahwa tidak mungkin memahami realita tanpa melalui pengalaman dan hubungan
dengan realita terlebih dahulu melalui penemuan suatu gerbang ilmu pengetahuan.
Dasar suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan self evidence yakni bukti.
Pandangan Aksiologi
Dalam proses interaksi sesama manusia, diperlukan nilai-nilai. Begitu juga
halnya dalam hubungan manusia dengan sesamanya dan alam semesta tidak mungkin
melakukan sikap netral, akan tetapi manusia sadar ataupun tidak sadar telah
melakukan proses penilaian, yang merupakan kecenderungan manusia. Tetapi,
secara umum ruang lingkup (scope) tentang pengertian “nilai” tidak terbatas.
Aliran rekonstruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas
supernatural yakni menerima nilai natural yang universal, yang abadi
berdasarkan prinsip nilai teologis. Hakikat manusia adalah pancaran yang
potensial yang berasal dari dan dipimpin oleh Tuhan dan atas dasar inilah
tinjauan tentang kebenaran dan keburukan dapat diketahuinya. Ke¬mudian, manusia
sebagai subyek telah memiliki potensi-potensi kebaikan dan keburukan sesuai
dengan kodratnya. Kebaikan itu akan tetap tinggi nilainya apabila tidak
dikuasai oleh hawa nafsu belaka, karena itu akal mempunyai peran untuk memberi
penentuan.
Neo-Thomisme memandang bahwa etika, estetika dan politik sebagai cabang
dari filsafat praktis, dalam pengertian tetap berhubungan dan berdasarkan pada
prinsip-prinsip dari praktek-praktek dalam tindakan-tindakan moral, kreasi
estetika dan organisasi politik. Karenanya, dalam arti teologis manusia perlu
mencapai kebaikan tertinggi, yakni bersatu dengan Tuhan, kemudian berpikir
rasional. Dalam kaitannya dengan estetika (keindahan), hakikat sesungguhnya
ialah Tuhan sendiri.
Aristoteles memandang bahwa kebajikan dibedakan menjadi dua macam, yakni
kebajikan intelektual dan kebajikan moral, kebajikan moral merupakan suatu
kebajikan berdasarkan pembiasaan dan merupakan dasar dari kebajikan
intelektual.
BAB V : HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT,
MANUSIA, DAN PENDIDIKAN
Pengantar
Filsafat sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang bersifat prinsip yang
dikaitkan dengan pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai dasar. Berbicara
mengenai ilmu maka tidak bisa lepasdari pendidikan yang mana meyakini tentang
eksistensi pendidikan yang sifatnya umum sampai kepada yang khusus, makin hari
diperkuat dengan perkembangan metode pengukuran dan cara analisis yang dapat
menghasilkann data yang dipercaya.
Hubungan filsafat dan ilmu pendidikan = bahwa filsafat adalah teori umum
pendidikan landasan utama dari semua teori pendidikan.
Teori Kebenaran Menurut Pandangan
Filsafat Dalam Bidang Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
1) ONTOLOGI
Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realita
mengenai kenyataan, yang selanjutnya menjurus pada hakikat kebenaran. Realitas
ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan,
apakah sesungguhnya hakikat
realitas yang ada ini?
apakah realitas yang nampak
ini hanyalah materi saja?
Apakah realitas ini hanya
satu unsur saja, dualisme atau prularisme?
Untuk mengetahui realitas semesta didalam ruang lingkup ontologi yang
jelas maka dibedakan antara metafisika dan kosmologi
a. Ontologi secara epistemologi
berarti di balik atau dibelakang fisika maka yang diselidiki adalah hakikat
realita menjangkau sesuatu di balik realita karena metafisika ingin mengerti
sedalam-dalamnya.
b. Kosmologi tentang realita Ã
kosmos yaitu keseluruhan sistem alam semesta dan keosmologi terbatas pada
realita yang lebih nyata dalam arti alam fisika yang material yang memperkaya
kepribadian manusia di dunia tidaklah di alam raya dan sisinya. Dalam arti bahwa sebagai
pengalaman sehari-hari akan tetapi sesuatu yang luas, realita fisi spiritual
yangtetap dinamis.
Di dalam pendidikan, pandangan ontologi secara praktis menjadi masalah
utama karena anak bergaul dengan lingkungannya. Sehingga anak perlu dibimbing
kepada pengertian untuk memahami realita dunia nyata dan membina kesadaran
tentang kebenaran yang berpangkal pada realita yang ada.
2) EPISTEMOLOGI
Epistemologi adalah nama lain dari logika material atau logika mayor yang
membahas dari isi pikiran manusia yakni pengetahuan. Epistemologi memberikan
kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada
murid-murid. Epistemologi adalah pengetahuan bagaimana kita mengetahui
benda-benda.
3) AKSIOLOGI
Aksiologi adalah suatu bidang yang meyelidiki nilai-nilai(value) yaitu
moral, ekspresi keindahan, dan kehidupan sosial politik.
Pandangan Filsafat Tentang Hakukat
Manusia
Antropologi filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat
manusia.
a. Aliran serba zat
Bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah materi/zat. Alam ini adalah
materi dan manusia adlah unsur alam, maka dari itu manusia dalah zat atau
materi.
b. Aliran serba ruh
Bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia adalah ruh, hakikat
manusia adalah ruh, adapun zat itu adlah manifestasi dari ruh di atas dunia
ini. Dasar pikiran bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi dari materi. Ruh
adalah hakikat dan badan adalah penjelmaan atau bayangan
c. Aliran dualisme
Bahwa manusia itu terdiri dari 2 substansi yaitu jasmani dan rohani.
Keduanya merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain.
antara badan dab ruh terjadi sebab akibat yang keduanya saling mempengaruhi.
d. Aliran eksistensialisme
Hakikat manusia adalah apa yang menguasai manusia secara menyeluruh.
Manusia tidak dipandang sebagai zat tapi dari segi eksistensi manusia itu
sendiri di dunia. Pandangan islam bahwa manusia terdiri dari substansi materi dari
bumi dan ruh yang berasal dari Allah maka hakikat pada manusia adalah ruh
sedang jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh ruh saja. Tanpa kedua
substansi tersebut tidak disebut manusia.
Menurut antropologi metafisika hakikat manusia adalah integrasi antara
wataknya sebagi makhluk individu, sebagi makhluk sosial dan manusia susila.
Manusia adalah pemimpin atau khalifah.
Pandangan ilmu pengetahuan tentang
manusia
Penyelidikan manusia bertujuan untuk memahami secara mendalam tentang
hakikat manusia itu sendiri.
Menurut aristoteles manusia
adalah hewan berakal sehat yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara
berdasarkan akal pikirannya
Menurut islam, manusia
adalah individu yang berkeluarga dan selalu bersilahturahmi dan mengabdi kepada
Tuhan. Manusia adalah makhluk yang sempurna dibandingkan hewan karena manusia
memiliki akal untuk memahami kebenaran.
Kepribadian manusia dan pendidikan
Pada dasarnya tujuan pendidikan adalah membina kepribadian manusia secara
semperna. Sehinggga proses pendidikan, peranan efektif terhadap pembianaan
kepribadian manusia melalui lingkungan juga didukung oleh faktor pembawaan
sejak manusia dilahirkan. Pendidikan dianggap sebagi transfer kebudayaan,
pengembangan ilmu pengetahuan akan membawa manusia mengerti dan memahami lebih
luas tentang permasalahnnya. Maka dari itu ilmu pengetahuan memiliki
nilai-nilai praktis di dalam kehidupan baik sebagai pribadi maupun warga
masyarakat.
Masalah rohani dan jasmani
Dari zaman dahulu manusia tidak henti-hentinya berusaha membedakan antara
unsur manusia yang bersifat lahiriah dan maknawiyah. Para filosof yunani
berpendapat bahwa ruh merupakan unsur yang halus yang dapat meninggalkan badan.
Sementara islam berpandangan bahwa manusia merupakan perakitan antara badan dan
ruh. Dan keduanya merupakan substansi alam. Permasalahan ruh adalah sesuatu
yang terbatas untuk dipelajari secara mendalam.
Sistem Nilai Dalam Kehidupan
Manusia
Sistem adalah suatu himpunan gagasan/prinsip yang saling bertautan yang
bergabung menjadi suatu keseluruhan. Berhubungan dengan itu nilai merupakan
suatu norma tertentu yang mangatur ketertipan kehidupan sosial. Nilai akan
selalu muncul apabila manusia sebagai makhluk sosial mengadakan hubungan sosial
(bermasyarakat).
A. Pengertian nilai
Nilai adalah suatu penetapanatau suatu kualitas sesuatu objek yang
menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat. Menurut pandangan idealis nilai
bersifat normatif dan objektif serta berlaku umum. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa nilai adalah hasil kreatifitas manusia dalam rangka melalukan kegiatan
sosial, baik berupa cinta, simpati dan lain-lain.
B. Bentuk
dan tingkat-tingkat nilai
Burbecher membedakan nilai menjadi 2 yaitu
a. Nilai instrinsik
Nilai yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan di
dalam dirinya sendiri.
b. Nilai instrumental
Nilai yang dianggap baik karena bernilai untuk sesuatu yang lain. Menurut
August Comte, menurut tingkat perkembangan nilai dibagi menjadi 3 yaitu tingkat
theologis, tingkat metafisik, dan tingkat positif.
C. Nilai-nilai pendidikan dan
tujuan pendidikan
Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari nilai. Keadaan masyarakat dapat
diukur dari pendidikan, kebrobokan masyarakat takkan dapat diperbaiki dengan
cara apapun kecuali dengan pendidikan.
D. Etika jabatan
Fungsi dan tanggung jawab mendidik dalam masyarakat merupakan kewajiban
setiap warga masyarakat karena mendidika adalah panggilan sebagai moral tiap
manusia. Kaum profesional adalah mereka yang telah menempuh pendidikan relatif
cukup lama serta mengalami latihan-latihan khusus.
Guru harus memiliki azas-azas umum yang universal seperti:
a. Melakukan kewajiban dasar
good will dengan kesadaran pengabdian
b. Memperlakukan siapapun, nak
didik sebagai satu pribadi yang sama dengan pribadinya sendiri
c. Menghormati perasaan orang
lain.
d. Selalu menyumbangkan
ide-ide, konsepi, karya demi kemajuan kewajibannya
e. Akan menerima haknya
semata-mata seabagai satu kehormatan.
Pandangan Filsafat Tentang
Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan filsafat
yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas suatu sitem pendidikan.
Filsafat sering diartikan dengan pandangan dunia. Pandangan duania adalah suatu
konsep yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, masyarakat umum, nilai
dan norma yang mengatur dan alam sekitarnya serta penciptanya.
Filsafat menjadikan manusia berkembang, mempunyai pandangan hidup yang
menyeluruh secara sistematis maka hal semacam ini telah dituangkan dalam sistem
pendidikan, agar dapat terarah mencapai tujuan pendidikan.penuangan pemikiran
ini dituangkan dalam kurikulum.
Untuk mengembangkan mutu pendidikan ada lima jalur yang harus ditempuh:
1) Landasan filsafatà menjadi
dasar dalam menyusun paradigma bagi pengembangan ilmu pendidikan.
2) Adanya paradigma (kerangka
pikiran/logika) dalam penyusunan metodologi pengembangan ilmu pendidikan.
3) Perlunya modal-modal
penelitian untuk penelitian pendidikan
4) Memerlukan metodologi
pembagian ilmu pendidikan
5) Melakukan organisasi secara
berskala nasional
Unsur-unsur pengembangan
pendidikan:
o Dasar dan tujuan pendidikan
o Pendidikan dan peserta didik
o Kurikulum
o Sistem pendidikan
Dasar dan tujuan
Dasar pendidikan yaitu suatu aktivitas untuk mengembangkan dalam bidang
pendidikan dan pembinaan kepribadian. Dasar dan landasannya di Indonesia adalah
Pancasila sila pertama.
Tujuan pendidikan adalah membawa anak kearah tingkat kedewasaan.
a. Tujuan pendidikan nasional
b. Tujuan institusional
c. Tujuan kurikuler
d. Tujuan instruksional
Agar keempat tujuan penidikan itu tercapai maka agar hasil tersebut dapat
diukur secara objektif kemudian rumusan tujuan instruksional haruslah dibuat
secara behaviorial (berdasarkan tingkah laku). Tujuan pendidikan yang ingin
dicapai menentukan kurikulum dan isi pendidikan yang diberikan.
Dasar dan tujuan pendidikan itu, dasarnya ialah aktivitas untuk
mengembangkan dalam bidang pendidikan dan pengembangan menuju terbinanya
kepribadian yang tinggi sesuai dengam dasar persiapan pendidikan.
Pendidik dan peserta didik
Pendidik bertugas sebagi medium agar anak didik dapat mencapai tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan. Agar pendidik dapat berfunsi sebagai mediu,
baik dalam menjalankan tugas dan kegiatan pendidikan maka ia harus melaksanakan
beberapa peranan secara baik.
Peserta sisik adalah anak yang tumbuh bekembang baik ditinjau dari fisisk
maupun perkembangan mental. Setiap anak didik mempunyai pembawaan
yangberlainan. Karena itu pendidik wajib senantiasa berusah amengetahui
pembawaan masing-masing anak didiknya agar layanan pendidikan yang diberikan
sesuai dengan pembawaan masing-masing.
Kurikulum
Kurikulum merupakan faktor yang sangat pendting dalam proses pendidikan
dalam suatu lembaga pendidikan. Segala sesuatu yang harus diketahui diresapi
serta dihayati oleh anakharuslah ditetapkan dalam kurikulum dengan segala hal
yang harus diajarkan oleh pendidik. Kurikulum merupakan rumusan, tujuan mata
pelajaran, garis besar pokok bahasan
penilaian dan perangkat lainnya.
TANGGAPAN TERHADAP ISI BUKU
Buku Filsafat Pendidikan karya Prof. Dr. H. Jalaluddin membahas persoalan
filsafat pendidikan dalam hubungannya dengan kehidupan yang berakar pada
kepribadian bangsa. Untuk selanjutnya, melalui berbagai kajian tentang
pemikiran filsafat tentang pendidikan, diharapkan manusia baik sebagai
individu, masyarakat, maupun bangsa dapat berkembang sesuai dengan hakikat
asli, tujuan, dan eksistensi kehidupan manusia. Jika filosofi pendidikan ini
dirumuskan secara matang dan selanjutnya diaplikasikan secara benar, tentu saja
kita tidak akan melihat kelatenan karut-marutnya sistem pendidikan di negeri
ini. Namun sayang, selama ini landasan filsafat pendidikan kita hanya menjadi
landasan imajiner saja.
Dari paparan tersebut di atas, semakin tampak bahwa filsafat pendidikan
memang diperlukan dalam menata pendidikan di Indonesia sehingga mampu
menjadikan manusia Indonesia yang memiliki kepribadian luhur.
Hanya saja, Jalaluddin dan Abdullah Idi membicarakan filsafat pendidikan
terkesan steril, lepas dari carut-marutnya pendidikan yang nyata-nyata ada
sepanjang sejarah bangsa ini, bahkan ahistoris. Jalaluddin dan Abdullah Idi
seperti mendongeng tentang negeri di awan. Maka, ia pun menyusun bab demi bab
buku kecil mungilnya ini tanpa bersentuhan dengan realitas sosial tentang
pendidikan Negara ini. Bab pertama
berisi pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan; bab kedua berisi latar
belakang munculnya filsafat pendidikan; bab ketiga berisi tentang aliran
filsafat pendidikan modern ditinjau dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi;
bab keempat berisi hubungan antara filsafat, manusia, dan pendidikan; bab
kelima berisi filsafat pendidikan Pancasila, dan bab terakhir berisi filsafat
pendidikan peningkatan sumber daya manusia (hal: vii-ix). Semuanya bahan-bahan
ini ada di buku standar.
Bukan itu saja, Jalaluddin yang alumni Fakultas Tarbyah IAIN Raden Fatah
Palembang dan Abdullah Idi yang alumni Fakultas Sosiologi UGM, Yogyakarta pun
menggunakan alur berpikir yang datar-datar saja. Bandingkan dengan Bruner dan
Burns dalam bukunya Problems in Education and Philosophy selain menawarkan
uraian deskriptif juga menawarkan alternatif pola berpikir baru tentang filsafat
pendidikan. Buku Bruner dan Burns secara tegas menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan adalah merupakan tujuan filsafat, yaitu untuk membimbing manusia
kearah kebijaksanaan. Sehingga filsafat pendidikan merupakan sebagai jiwa dan
pedoman dasar pendidikan. Sehingga antara filsafat dan pendidikan mempunyai
hubungan yang sangat erat yang tidak bisa dipisahkan atau berdiri sendiri
dimana: 1) Filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang
dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikan oleh para ahli; 2) Filsafat, berfungsi member arah bagi teori
pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki
relevansi dengan kehidupan yang nyata; 3) Filsafat, dalam hal ini filsafat
pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam
pengemabangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan. Namun sayang
sekali Jalaluddin dan Abdullah Idi tidak menjadikan buku ini sepenuhnya sebagai
referensi atau pembanding, analogi apapun. Jalaluddin dan Abdullah Idi hanya
mengutif pendapat Bruner dan Burns tentang tujuan pendidikan sehingga dalam
buku kecil karya Jalaluddin dan Abdullah Idi belum dapat memberikan solusi atau
menawarkan bagaimana melaksanakan pendidikan yang sebenarnya untuk mengatasi
carut-marutnya pendidikan di negeri ini.
Filsafat pendidikan yang lahir dan menjadi bagian dari rumpun konsep ilmu
pendidikan, sebagai ilmu pengetahuan yang normatif, merupakan disiplin ilmu
yang merumuskan kaidah-kaidah nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku
manusia yang hidup ditengah-tengah masyarakat. Sementara ilmu pendidikan
merupakan ilmu pengetahuan praktis yang mempunyai maksud bahwa tugas
pendidikan, sebagai aspek kebudayaan yang mempunyai tugas, menyalurkan
nilai-nilai hidup dan melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai norma tingkah
laku kepada subjek didik yang bersumber dari filsafat, kebudayaan dan agama
yang berlaku dalam masyarakat atau Negara. Sehingga dengan demikian, dapat
dipahami bahwa filsafat pendidikan merupakan tata pola piker terhadap
permasalahan di bidang pendidikan dan pengajaran yang senantiasa mempunyai
hubungan dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain yang diperlukan oleh
pendidik atau guru sebagai pengajar dalam bidang studi tertentu (hal:163-164).
Jika benar-benar filsafat pendidikan Pancasila dijadikan dasar dalam
menjalankan pendidikan di Indonesia, maka secara tidak langsung akan mampu
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, mampu menumbuhkan jiwa
patriotic dan mempertebal cinta tanah air, meningkatkan semangat kebenaran dan
kesetiakawanan social, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai
jasa pahlawan serta berorientasi pada masa depan bangsa yang gemilang. Namun
sayang, filsafat pendidikan Pancasila yang merupakan dasar dalam
menyelenggarakan pendidikan hanya beru bersifat teoritis saja, dalam
aplikasinya belum dapat terlaksana dengan baik dan optimal. Jika betul-betul
filsafat Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan pendidikan maka,
sumber daya manusia Indonesia akan menjadi maju dimasa yang akan datang.
A. Kelebihan
Buku Filsafat Pendidikan karya Prof. Dr. H. Jalaluddin & Prof. Dr. H.
Abdullah Idi, M.Ed. Buku ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan buku
filsafat pendidikan yang lain. Kelebihan dari buku karya Prof. Dr. H.
Jalaluddin & Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed adalah:
Pertama, kehadiran buku ini sangat penting artinya terutama untuk
kalangan pengkaji filsafat pendidikan dan pendidikan / akademisi maupun
masyarakat, dapat dijadikan referensi bagi pengembang kurikulum dan praktisi
pendidikan.
Kedua, buku ini menyajikan beberapa argumen terkait dengan filsafat,
mulai dari filsafat timur jauh sampai filsafat zama pra-sokrates mengenai
filsafat pendidikan.
Ketiga, buku ini masih bersifat teoiritis saja, solusi dalam melaksanakan
pendidikan seperti carut-marutnya pendidikan dan bagaimana idealnya seharusnya
pendidikan dilaksanakan di Indonesia tidak disajikan dalam buku ini.
B. Kekurangan
Kelemahan dari buku karya Prof. Dr. H. Jalaluddin & Prof. Dr. H.
Abdullah Idi, M.Ed adalah:
Pertama, buku ini sama seperti buku-buku filsafat pendidikan yang lain
dalam penyajiannya masih menggunakan alur berpikir datar-datar saja.
Kedua, sudut pandang buku ini belum memberikan tif-tif atau upaya-upaya
dalam mengatasi problematika pendidikan baik dari sudut pandang filsafat maupun
dari sudut pandang pendidikan itu sendiri.
Ketiga, Jika filosofi pendidikan ini dirumuskan secara matang dan
selanjutnya diaplikasikan secara benar, tentu saja kita tidak akan melihat
kelatenan karut-marutnya sistem pendidikan di negeri ini.
Keempat buku ini hanya mampu memberikan peta bagi penelusur lebih
mendalam terhadap filsafat pendidikan melalui berbagai pendekatan yang
ditawarkan. Namun sayang, selama ini landasan filsafat pendidikan Pancasila kita
hanya menjadi landasan imajiner saja.
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadi
filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan
proses pendidikan . artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan
nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka
filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan factor yang integral
atau satu kesatuan. Ruang lingkup filsafat pendidikan Secara makro (umum) apa
yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang
menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah
juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang
menjadi obyek filsafat pendidikan.
Dengan demikian, filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan
tentang masalah kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan,
filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dengan segala tingkat. Peranan
filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam
bentuknya yang terperinci kemudian filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman
asasi pendidikan.
3.2. Saran
Setelah membaca dan
memahami isi dari buku karya Prof. Dr. H. Jalaluddin ini, dengan berdasarkan
kelemahan dan kelebihan isi buku yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
maka saya sebagai pembaca menyarankan bagi pembaca lainnya agar jangan hanya
menggunakan buku karya Prof. Dr. H. Jalaluddin ini saja sebagai bahan bacaan,
tetapi juga tetap menggunakan buku lain demi penyempurnaan informasi yang ingin
diperoleh pembaca.
Daftar Pustaka
Djumransyah, H. M. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayu
Media Publishing
Purba, Edward, Yusnadi. 2014.
Filsafat Pendidikan. Medan: Unimed
Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabet