BAB I
PENGANTAR
1.1 LATAR BELAKANG
Kita terkadang memberikan pendapat bahwa siswa secara jasmani sehat,
cukup gizi dan pertumbuhannya baik dengan hanya mendasarkan pada pengamatan
indra sesaat, walaupun tidak seratus persen interpretasi tersebut benar. Akan
tetapi tidak semua perkembangan jasmasi yang baik juga diikuti dengan
kematangan perkembangan psikologinya. Banyak kasus-kasus yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat orang-orang yang tampak sehat secara lahiriah ternyata
secara psikologis dia sakit. Untuk menginterpretasi bahwa seseorang atau siswa
sedang mengalami masalah secara psikologis, tidak cukup hanya dengan pegamatan
sesaat. Dibutuhkan penanganan yang khusus dan cermat agar seorang guru
memperoleh informasi yang lengkap mengenai anak didiknya sehingga akan
memudahkannya untuk memberikan treatment.
Banyak factor yang melatarbelakangi seorang siswa berprilaku menyimpang
dari kebiasaan-kebiasaan yang normatif. Penelusuran terhadap factor-faktor
penyebab ini akan membantu guru dalam mendiagnosa masalah yang dihadapi serta
langkah apa yang harus dilakukan dalam membantu siswa keluar dari masalahnya.
Untuk dapat melakukan semua rangkaian kegiatan tersebut, guru harus memiliki
pengetahuan mengenai psikologi anak pada khususnya dan psikologi pendidikan
pada umumnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
o Apakah isi buku psikologi
pendidikan karangan M. Dalyono.
o Apa kelemahan buku karangan
M. Dalyono.
o Apa kelemahan karangan M.
Dalyono
1.3 TUJUAN
o Mengetahui isi buku
psikologi pendidikan karangan M. Dalyono.
o Mengetahui kelemahan buku
karangan M. Dalyono.
o Mengetahui kelemahan
karangan M. Dalyono
Baca Juga Postingan Lain Dari Blog Ini !!
Kumpulan Critical Book Report [Tersedia >50 Jenis CBR]
Critical Journal Report [Tersedia > 40 Jenis]
Contoh Laporan Mini Riset [Tersedia >25 Jenis]
Kumpulan Makalah Berbagai Jenis Tema [Tersedia >100 Jenis]
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
Judul buku : Psikologi Pendidikan
Penulis Drs. M. Ngalim Purwanto, MP.
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
Tahun terbit : 2011
Jumlah halaman : 168
2.2 BUKU UTAMA
Judul Buku : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Drs. M. Dalyono
Penerbit: Rineka Cipta
Tahun terbit : 1997
Tebal Buku : 270 halaman
Dalam buku Psikologi Pendidikan karangan M. Dalyono ini yang terdiri dari
8 bab, membahas tentang psikologi dalam ranah pendidikan. Pengetahuan tentang
psikologi pendidikan, pertumbuhan dan perkembangan anak, teori-teori psikologi
tentang belajar, kesulitan anak dalam belajar dan lainnya mengenai dasar
psikologi dijelaskan secara rinci. Pengetahuan ini tentunya sangat diprelukan
bagi guru untuk dikuasai agar dapat melakukan yang terbaik bagi anak dalam
pendidikannya. Muatan isi dari pembahasan ke delapan pokok bahasan tersebut
diuraikan secara singkat pada bagian isi.
Bab. I Pengertian dan Ruang
Lingkup Ilmu Kejiwaan
Pada bab ini dijelaskan bahwa psikologi berasal dari 2 kata bahasa
yunani, yaitu psyche yang bebarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara
harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa. Pada umumnya para ilmuan membagi
psikologi menjadi 2 golongan, yaitu:
Psikologi Metafisika, yang menyelidiki hakekat jiwa.
Psikologi Empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah
laku manusia dengan menggunakan pengamatan, percobaan dan pengumpulan berbagai
macam datayang ada hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.
Adapun mengenai pendidikan ada beberapa pendapat yang dituliskan
diantaranya adalah bahwa pendidikan merupakan sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga psikologi
pendidikan dapat didefenisikan ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala-gejala
kejiwaan individu atau tingkah lakunya di dalam situasi pendidikan.
Pada dasarnya ilmu jiwa pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang
khusus mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang
terlibat dalam proses pendidikan yang meliputi tingkah laku belajar, tingkah
laku mengajar, dan tingkah laku belajar mengajar. Inti persoalan psikologi
pendidikan dengan tanpa mengabaikan psikologi guru terletak pada siswa. Secara
garis besar psikologi pendidikan banyak ilmuan membatasi dalam 3 pokok bahasan,
yaitu pokok bahasan mengenai (1) belajar, (2) proses belajar dan (3) situasi
belajar.
Dari rangkaian pokok di atas tampak jelas bahwa belajar adalah masalah
yang paling vital dalam psikologi pendidikan.
Bab. II Peranan Ilmu Jiwa
Pendidikan Dalam Dunia Pendidikan
pada bab ini di jelaskan bahwa para pendidik diharapkan memiliki
pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para
siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna.
Pengetahuan ini akan berguna mempelajari gejala kejiwaan anak, perkembangan
anak, minat dan bakatnya, cara belajar dan membimbingnya serta bagaiman
mengawasi hasil belajarnya yang tepat.
Menurut Lindgren manfaat psikologi pendidikan adalah untuk membantu para
guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan
prosesnya. Sementara itu, Chaplin menitikberatkan manfaat psikologi pendidikan
untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan
cara menggunakan metode-metode yang telah disusun rapi dan sistematis. Dari dua
macam pendapat tersebut, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu
yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan prinsip yang terkandung
dalam psikologi pendidikan dpat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam
mengelola proses belajar mengajar.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerluksn
prinsip-prinsip psikologi, yaitu (1) seleksi penerimaan siswa baru, (2)
perencanaan pendidikan, (3) penyusunan kurikulum, (5) administrasi
kependidikan, (6) pemilihan materi pelajaran, (7) interaksi belajar mengajar,
(8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) metode mengajar, (10) pengukuran
dan evaluasi. Untuk menerapkan prinsip-prinsip psikologi tersebut diperlukan
guru-guru yang berkompeten dan bertanggung jawab. Berkompeten artinya bahwa
guru mampu melaksanakan profesinya dengan baik dan benar. Adapun bertanggung
jawab adalah guru mampu mengelola prose belajar mengajar dengan sebaik-baikny
sesuai dengan prinsip-priinsip psikologis.
Bab III Teori – Teori Psikologi
Belajar
Pada Bab ini dijelaskan dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan
muncul pula berbagai aliran psikologi pendidikan yaitu (1) psikologi behavoristik,
(2) psikologi kognitif, (3) psikologi humansitik. Dalam setiap periode
perkembangan aliran psikologi tersebut, mulcullah teori-teori tentang belajar,
yaitu:
Teori belajar psikologi behavioristik, yang berendapat bahwa tingkah laku
siswa merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkunganmereka pada masa lalu dan masa
sekarang dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Bahwa tingkah
laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reword) dan penguatan (reinforcement).
Teori – teori ini dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson dan Guthrie.
Teori belajar psikologi kognitif, yang berpendapat bahwa tingkah laku
seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar
seseorang terlibat langsung dalm situasi itu dan memperoleh “insight” untuk
pemecahan masalah. Insight itu sering dihubungkan dengan pernyataan spontan
seperti “aha”, “oh”, “I see now”. Teori – teori ini dipelopori oleh Gestalt,
Mex Wertheimer, Lewin, Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler.
Teori belajar psikologi Humanistis, yang orientasinya utamanya tertuju
pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh
maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan dengan pengalaman-pengalaman mereka
sendiri. Tujuannya adalah untuk membantu siswa mengembangkan dirinya, mengenal
dirinya sendiri sebagai mausia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Tokoh yang menonjol pada aliran ini
adalah Combs Maslov, dan Rogers.
Dengan demikian hal terpenting yang harus diperhatikan adalah tentang
tujuan belajar. Bahwa belajar merupakan suatu usaha atau perbuatan yang
dilakukan sedara bersungguh-sungguh, sistematis, mendayagunakan semu potensi
yang dimiliki baik fisik mental serta dana panca indera, otak dan tubuhserta
aspek-aspek kejiwaan sepertiintelegensi, bakat, minat motivasi dan sebagainya.
Hal ini dilakukan untuk memperbaiki hidup untuk mencapai cita-cita.
Dalam perjalanannya, dalam pembelajaran harus memperhatikan
prinsip-prinsip belajar yang meliputi (1) kematangan jasmani dan rohani, (2)
memiliki kesiapan, (3) memahami tujuan, (4) memiliki kesungguhan, (5) ulangan
dan latihan.
Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan tentang factor-faktor yang
mempengaruhi belajar, antara lain factor internal yang meliputi (1) kesehatan,
(2) intelegensi dan bakat, (3) minat dan motivasi, serta (4) cara belajar, dan
factor eksternal yang mencakup (1) keluarga, (2) sekolah, (3) masyarakat dan
(4) lingkunga sekitar
Bab. IV Pertumbuhan dan
Perkembangan Manusia
Ada dua bagian kondisional pribadi manusia baik secara jasmaniah maupun
secara rohaniah, yaitu (1) bagian pribadi materiil yang kuantitatif dan (2)
bagian pribadi fungsional yang kualitatif. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan, sedangkan bagian pribadi fungsinal yang kualitatif mengalami
perkembangan.
1. Pertumbuhan
Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia berawal dari peristiwa awal
herediter. Secara genetis manusia terbentuk dari satu sperma dan satu telur.
Keduanya mewakili sifat dari orang tuanya yang pada akhirnya akan turun kepada
anaknya sebagai individu baru. Dalam perjalanannya, pertumbuhan ini diatur oleh
hokum-hukum antara lain (a) pertumbuhan adalah kuantitaif dan kualitatif, (b)
pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan dan teratur, (c) tempo
pertumbuhan adalah tidak sama, (d) taraf
perkembangan dari berbagai aspek pertumbuhan adlah tidak sama, (e) kecepatan
serta pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh kondisi-kondisi di dalam dan di
luar badan, (f) masing-masing individu tumbu menurut caranya sendiri yang unik,
(g) pertumbuhan adalah kompleks, dan semua aspeknya saling berhubungan.
Pertumbuhan yang mengenai tinggi dan berat badan, sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan internal seperti makanan, gizi, perangai, dan lain-lain.
Sedangkan kondisi lingkungan eksternal misalnya suhu udara, aktivitas social,
dan lain-lain. Dalam kondisi pertumbuhan normal tinggi badan anak dapat
ditafsirkan dengan rumus :
Tinggi badan anak laki-laki =
(tinggi badan ayah + 100% tinggi badan ibu) / 2
Tinggi badan anak perempuan = (tinggi badan ibu + 92% tinggi badan ayah)/
2
2. Perkembangan
Perkembangan pribadi diartikan sebagai perubahan kualitatif dari setiap
fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Setiap fungsi tersebut
dapat mengalami perubahan.
Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan. Kematangan pada
fungsi jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan fungsi-fungsi kejiwaan.
Hokum-hukum dalam perkembangan adalah (1) perkembangan adalah kualitatif, (2)
perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses hasil dari belajar, (3) usia ikut
mempengaruhi perkembangan, (4) masing-masing individu mempunyai tempo
perkembangan yang berbeda, (5) dalam keseluruhan periode perkembangan setiap
spesies perkembangan individu mengikuti pola umum yang sama, (6) perkembangan
dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan, (7) perkembangan yang lambat dapat
dipercepat, (8) perkembangan meliputi proses individuasi dan integrasi
2.1 Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan pribadi manusia meliputi perkembangan fisiologis,
perkembangan psikologis, perkembangan social dan perkembangan didaktis atau
pedagogis.
Perkembangan fisiologis
Menurut Sigmund Freud ada 6 tahap perkembangan fisiologis pada manusia
yaitu (a) tahap oral (umur 0 sd sekitar 1 tahun) dimana mulut bayi merupakan
daerah utama dari aktivitas dinamis manusia, (b) tahap anal (umur 1 sd 3 tahun)
yaitu dorongan dan gerak individu lebih banyak terpusat pada fungsi pembuangan
kotoran, (c) tahap falish (umur 3 sd 5 tahun) dimana alat-alat kelamin menjadi
perhatian penting, (d) tahap latent (umur 5 sd 12/13 tahun) dimana anak belajar
bersosialisasi, fungsi imajinasi, ingatan dan pikiran mulai berkembang, mulai
mampu berpikir kritis, (e) tahap pubertas (umur 12/13 sd 20 tahun) dimana
kelenjar-kelenjar indoktrin tumbuh pesat dan berfungsi mempercepat pertumbuhan
kearah kematangan, (f) tahap genital (setelah umur 20 tahun) yaitu pertumbuhan
genital merupakan dorongan penring bagi tingkah laku sesorang.
Perkembangan Psikologis
Menurut Jean Jacques Rousseou perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan
manusia berlangsung dalam 5 tahap, yaitu tahap (a) perkembangan masa bayi
(sejak lahir – 2 tahun) dimana perkembangan kepribadian didominasi oleh
perasaan, (b) perkembangan masa kanak-kanak (2 s.d 12 tahun) dimana
perkembangan pribadi anak dimulai dengan berkembangnya fungsi-fungsi indra anak
untuk mengadakan pengmatan, (c) perkembangan pada masa preadolesen (umur 12 s.d
15 tahun) dimana perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat
dominan, (d) perkembangan pada masa adolesen (umur 15 s.d 20 tahun) dimana
perkembangan terhadap kualitas kehidupan yang diwarnai oleh dorongan seksual
yang kuat, (e) masa pematangan diri (setelah umur 20 tahun) dimana perkembangan
fungsi kehendak sangat dominan.
Pada perkembangan psikologis secara umum ada kegoncangan psikologis
dialami oleh individu yaitu pada masa umur 3 atau 4 tahun dimana anak mulai
menemukan “aku”-nya, dan pada masa pubertas.
Tahap perkembangan secara
pedagogis
Tahap perkembangan pedagogis dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu
dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan sudut tinjauan
teknis khusus perlakuan pendidikan.
Menurut Hohn Amos Comenius, dari sudut tinjauan teknis umum
penyelenggaraan pendidikan perkembangan pribadi manusia terdiri atas 5 tahap,
yaitu tahap (a) tahap enam tahun pertama, yaitu tahap perkembangan penginderaan
sehingga anak mampu mengenal lingkungannya, (b) enam tahun kedua, yaitu tahap
perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu sehingga mampu menganalisis
lingkungan dengan kemampuan daya pikirnya, (c) enam tahun ketiga, yaitu
perkembangan fungsi intelektual sehingga anak mampu mengevaluasi sifat-sifat
serta menemuka hubungan antar variable di dalam lingkungannya, (d) enam tahun
keempat, tahap perkembangan berdikari, “ self direction” dan “self controle”,
(e) tahap kematangan pribadi, dimana intelek memimpin perkembangan semua aspek
kepribadian menuju kematangan pribadi.
Di dalam bab ini juga di jelaskan secara singkat tentang teori – teori
yang mempunyai pengaruh terhadap parktek-praktek pendidikan di sekolah antara
lain teori nativisme, teori konvergensi, teori naturalism, teori rekapitulasi
dan teori empirisme.
Bab V. Pembawaan dan lingkungan
1.Pembawaan
Setiap individu lahir dengan membawa hereditas tertentu, ini berarti
bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang
tuanya dan selebihnya dari nenek dan moyangnya. Warisan atau keturunan memiliki
peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Para ahli meyakini bahwa hokum
mendel mengenai pewarisan sifat berlaku juga untuk manusia. Warisan atau
pembawaan yang terpenting adalah:
Sifat dan kebiasaan merupakan cora (warna) dari kepribadian seseorang
atau suku bangsa. Para ahli telah membagi tipe-tipe manusia berdasarkan sifat
yang dimilikinya. Salah satunya dikemukakan oleh Edward Sparanger yaitu (a)
manusia ekonomi, yang memiliki sifat hemat, rajin bekerja, (b) manusia teori
yang memiliki sifat suka berpikr, meneliti, (c) manusia politik yang suka
menguasai dan memerintah, (d) manusia seni yang suka keindahan, (e) manusia
agamis yang suka mengabdi dan taat ibadah
Intelegensi, yaitu kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan
penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Dalam bab ini dijelaskan
beberapa teori untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang. Salah satunya
adalah tes intelegensi Binert-Simon yang menggunakan persamaan:
Ket: MA adalah Mental Age, CA adalah Chronological Age.
Interval angka kecerdasannya adalah:
140 – ke atas = luar biasa
cerdas (genius)
120 – 139 = sangat
cerdas (superior)
110 – 119 = di atas
normal
90 – 109 = normal
80 – 89 = di bawah
normal
70 – 79 =
borderline (garis batas)
50 – 69 = debile
26 – 49 = embicile
0 – 25 = idiot
Selain itu masih ada lagi instrument tes intelegensi yang dikembangkan
para ahli seperti tes wechler, tes progressive matrics dan tes arny alpha dan
beta.
Bakat, yaitu kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis
kemampuan yang dimiliki seseorang.
Penyakit atau cacat tubuh, penyakit yang dibawa sejak lahir oleh anak
akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Lingkungan
Secara fisiologis, lingkugan meliputi segala kondisi dan material
jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, system
saraf, darah, kelenjar-kelenjer indoktrin dan lain-lain.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima
individumulai sejak dalam konsesi kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu
misalnya berupa sifat-sifat gen, selera, keinginan, minat, emosi, perasaan,
kebutuhan, kapasitas intelektual, dan lain-lain.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan
rohaninya. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan (a) keluarga, (b) sekolah,
(c) masyarakat dan (d) keadaan alam sekitar.
Bab VI. Ciri – Ciri Kematangan
Pada bab ini penulis kembali menjelaskan beberapa prinsip dan teori-teori
perkembangan menurut para ahli. Diantaranya teori perkembangan menurut
Airstoteles, Charlotte Buchler, Johan Amos Comenius, H.C Witherington dan
Masrun,MA. Khusus tentang prinsip kematangan,
bahwa yang dimaksud dengan kematangan adalah kemampuan seseorang untuk berbuat
sesuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah memiliki intelegensi.
Kecerdasan atau intelegensi seseorang member kemungkinan bergerak dan
berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya.
Perubahan jasmani memerlukan bantuan “motor learning” agar pertumbuhan
itu mencapai kematangan. Kematangan atau kondisi fisik baru akan memperoleh
pengakuan social apabila individu yang bersangkutan mengusahakan “social learning”
( belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta menyesuaikan diri
dengan nilai-nilai serta minat-minat kelompok). Dengan demikian diharapkan
individu mencapai tingkat-tingkat kematangannya sesuai dengan tahap-tahap
pertumbuhannya, belajarnya dan lingkungan sosialnya.
Kesadaran individu terhadap stimulus di alam sekitar maupun di dalam
tubuh di pimpin oleh aktivitas sel-sel khusus di dalam system saraf yang
disebut “receptor”. Tingkah laku manusia dapat terbagi atas dua macam, yaitu:
1. “Responden behavior”, yaitu tingkah laku bersarat dan tidak disengaja,
selalu tergantung kepada stimulus.
2. “Operan behavior”, yaitu tingkah laku disengaja dan tidak selalu
tergantung kepada stimulus.
Setiap jenis tingkah laku, baik yang sengaja atau tidak, memerlukan
kematangan fungsi jasmaniah, terutama fungsi-fungsi system saraf, dan
fungsi-fungsi vital jasmaniah. Perkembangan struktur dan fungsi otak tampak
sempurna atau hamper sempurna pada saat anak tiba masuk pada sekolah dasar.
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan
perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga
semua itu memungkinkan individu matangmengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap
stimulus lingkungan. Menurut English & English, kematangan adalah keadaan
atau kondisi bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu
organism, baik terhadap satu sifat bahkan seringkali semua sifat. Kematangan
membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu
yang disebut dengan “readiness”, yaitu untuk bertingkah laku baik tingkah laku
yang instingtif atau tingkah laku yang dipelajari. Cronbach memberikan
readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membaut seseorang dapat
bereaksi dengan cara tertentu.
Pembentukan readiness anak dipengaruhi oleh lingkungan atau kultur di
sekelilingnya. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu
mempegaruhi perkembangan mental, kebutuhan, minat, tujuan, perasaan dan
karakterindividu yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena setiap anak
mempunyai perbedaan individual dan sejarah atau latar belakang yang berbeda.
Selain itu, kematangan emosional orang tua juga sangat berpengaruh serta
menentukan taraf pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang penting pada anak
dalam kehidupannya di keluarga.
Emosi orang tua yang telah mencapai kedewasaan menyebabkan perkembangan
yang sehat pada anak-anaknya. Sebaliknya emosi orang tua yang belum stabil akan
menimbulkan kesukaran-kesukaran dalam usaha anak untuk mendewasakan diri secara
emosional atau membebaskan dirinya secara emosional dari orang tuanya.
Bab VII Kemampuan dan Intelegensi
Kemampuan
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan
potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat menguntungkan
bagi anak maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat
untuk mencari sumber “bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua
memandang sekolah sebagai tempat dimana anaknyaakan mengembangkan kemampuannya.
Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan yang menolong anak mengenal diri
serta kemampuannya dan juga dunia di sekitarnya.
Agar dapat menolong anak dalam mengembangkan potensi kepribadian dan
kemampuannya, anak harus dikenal dalam segala aspeknya dan dalam konteks
(situasi) hidupnya dimana ia hidup. Kita harus mengenal hal-hal yang umum dan
khusus pada diri anak. Factor-faktor umum yang harus dikenal adalah (1) hakekat
anak, (2) kebutuhan pokok anak dan (3) langkah-langkah perkembangan anak. Ada
motto yang berbunyi “ makin kita mengenal diri sendiri, makin kita mengenal
orang lain. Makin kita terampil mengembangkan dan mengubah diri sendiri, makin
kita berhasil menolong orang mengembangkan diri.
Dalam bab ini juga dijelaskan kembali tentang hokum-hukum perkembangan
antara lain (1) hukum konvergensi, yaitu perkembangan manusia pada dasarnya
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, (2) hukum pertahanan dan
pengembangan diri, yaitu bahwa manusia atau organisme lainnya memiliki dorongan
hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negative, (3) hukum masa peka,
yaitu terdapat masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan
fungsi-fungsi tertentu seperti fungsi mulut untuk berbicara, (4) hukum
keperluan belajar, yaitu pada dasarnya anak berkembang karena belajar, (5)
hukum tempo perkembangan, yaitu lambat atau cepatnya proses perkembangangan
seseorang tidak sama dengan orag lain, (6) hukum irama perkembangan, yaitu
bahwa perkembangan manusia tidak tetap terkadang naik terkadang turun, (7)
hukum rekapitulasi yaitu bahwa perkembangan individu mencerminkan evolusi
kehidupn jenis mahluk hidup dari tingkat yag paling sederhana ke tingkt yang
paling kompleks.
Inteligensi
Pada sub ini diuraikan beberapa defenisi tentang inteligensi antara lain
yang dikemukakan oleh Super dan Cites, Garret, Bischof, dan Heidentich. Dari
beberapa pendapat tentang inteligensi maka dapat ditarik kesimpulan inteligensi
merupakan kemampuan untuk dapat memecahkan suatu masalah dalam segala situasi
yang baru atau yang mengandung masalah.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang inteligensi yaitu (1)
teori “uni-factor”, yaitu yang memandang bahwa inteligensi merupakan kapasitas
atau kemampuan umum, (2) teori “two factor”, yaitu teori inteligensi yang
dikembangkan berdasarkan suatu factor mental umum yang diberi kode “g” serta
factor-faktor spesifik yang diberi tanda “s”, (3) teori “multi-factor”, yaitu
bahwa inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus
dan respon, (4) teori “ primary-mental-abilities”, yang menjelaskan bahwa
inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan pribadi / kemampuan primer (5)
teori “sampling”, yaitu teori yang menjelaskan bahwa inteligensi merupakan
berbagai kemampuan sampel.
Setiap orang memiliki inteligensi yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
pembawaan, kematangan, pembentukan, minta dan pembawaan yang khas serta
kebebasan. Dan dari banyak penelitian yang dilakukan membuktikan tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara inteligensi pria dan wanita. Walaupun antara
pria dan wanita masing-masing memiliki kelebihan. Sampai saat ini ilmu
pengetahuan belum dapat menjelaskan tentang pewarisan intelegensi.
CBSA
Dalam bab ini juga dijelaskan tentang Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA),
yaitu suatu proses kegitan belajar mengajar yang subyek didiknya terlibat
secara intelektual dan emosional sehingga benar-benar berpartisipasi aktif
dalam melakukan kegiatan belajar. Indicator untuk menilai cara belajar siswa
aktif dalam KBM adalah dapat dilihat dari sudut pandang (1) siswa, (2) guru,
(3) program, (4) stuasi belajar, dan (5) sarana belajar.
Penerapan CBSA dalam KBM melalui tahap perencanaan dan pelaksanaan
termasuk penilaian. Agar pelaksanaannya menjadi optimal, maka dalam KBM perlu
memperhatikan prinsip-prinsip belajar antara lain: (1) stimulasi belajar, (2)
perhatian dan motivasi, (3) respon yang dipelajari, (4) penguatan dan (5)
pemakaian dan pemindahan.
Bab VIII Tipe-Tipe Dan Kesulitan Belajar
Mengawali pembahasan pada bab ini, dijelaskanterlebih dahulu tentang
definisi belajar dari beberapa ahli. Dari uraian pendapat tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan perubahan; dalam tingkah laku, yang
terjadi melalui latihan atau pengalaman, relative mantap, dan perubahan dalam
pengertian pemecahan suatu masalah/berpikir keterampilan, kecakapan, kebiasaan
atau sikap.
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama
yang bertalian dengan pemecahan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
(1) sikap, (2) inhibisi, (3) apresiasi, (5)tingkah laku afektif. Selain itu
juga dijelaskan tentang aktivitas belajar yang meliputi mendengarkan,
memandang, meraba, membau dan mencicipi, menulis dan mencatatnya, (6) membaca,
(7) membuat iktisar atau ragkuma, (7) mengamati table-tabel, digram dan bagan,
(8) menysun kertas kerja,paper danlain-lain.
Keanekaragaman jenis belajar muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan
kebutuhan-kebutuhan kehidupan manusia yang bermacam-macam. Tipe-tipe belajar
tersebut antara laian: (1) belajar abstrak, (2) belajar keterampilan, (3)
belajar social, (4) belajar pemecahan masalah, (5) belajar rasional, (6)
belajar kebisaan, (7) belajar apresiasi dan (8) belajar pengetahuan
Aktivitas belajar setiap individu tidak selamanya berlangsung secara
wajar. Dalamm keadaan siswa tidak dapat belajar sebagimana mestinya disebut
sebagai kesulitan belajar. Kesulitan belajar dipengaruhi oleh: (1) factor dari
diri manusia sendiri (fisiologi dan psikologi), (2) factor eksternal (factor
nonssial, dan (3) factor karena cacat tubuh, (4) factor keluarga
Beberapa gejala sebagai pertanda ada kesulitan belajar pada diri siswa
adalah:
• Menunjukkan prestasi yang
rendah/dibawah rat-rata.
• Hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilaukan.
• Lamban dalam melakukan
tugas-tugas belajar.
• Menunjukkan sikap yang
kurang wajar,
• Menunjukkan tingkah laku
yang berlainan
Di samping gejala-gejala yang tampak tersebut, guru juga dapat melakukan
penyelidikan melalui (1) observasi, (2) interview, (3) tes diagnostic dan (4)
dokumentasi. Setelah itu dilakukan usaha untuk mengatasi masalah melalui
langkah (1) pengumpulan data, (2) pengolahan data, (3) diagnosis, (4)
prognosis, (5) treatment dan (6) evaluasi.
BAB III
KEUNGGULAN ISI BUKU
3.1 KETERKAITAN ANTAR BAB
Materi dijelaskan secara runtut sehingga Nampak keterkaitan yang jelas
antara materi pada bab berikut dengan bab sebelumnya.Aspek-aspek pengetahuan
psikologi pendidikan dijelaskan secara detail, mulai dari pengertian psikologi
pendidikan itu sendiri, teori-teori psikologi belajar, perkembangan dan
pertumbuhan serta hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik psikologi anak
serta kesulitan-kesulitan dalam belajarnya.Bahasa yang digunakan dalam buku ini
mudah dimengerti sehingga bagi siapa saja yag membacanya akan mudah memahami
maksudnya.
3.2 KEMUTAKHIRAN ISI BUKU
Buku ini menjelaskan tentang psikologi peserta didik dan sangat baik
digunakan tidak hanya oleh pengajar namun oleh umum. Dengan dibandingkan dengan
buku purwanto memang buku ini diterbitkan terlebih dahulu. Namun dengan semua
materi yang mencakup hampir semua materi buku purwanto membuat buku ini bisa
dikatakan baik dalam segi pengetahuan. Walaupun buku ini adalah buku lama tapi materinya
masih bisa diterima untuk pembaca saat ini.
BAB IV
KELEMAHAN ISI BUKU
4.1 KETERKAITAN ANTAR BAB
Sangat sulit sekali bagi kami untuk menguraikan kelemahan bagi buku
psikologi karangan M Dalyono ini, karena memang jika ditinjau dari segi konten
dan cara penyajiannya sudah sangat baik.namun ada beberapa kerurangan bila
dibandingkan dengan buku purwanto seperti tidak disajikan contoh dalam buku ini
dalam menjelaskan materi tentang sesuatu yang aplikatif sehingga tidak tampak
efek dari pengetahuan psikologi itu. Sebagai contoh tentang kesulitan belajar,
akan lebih baik jika diiringi dengan contoh sekaligus beberapa alternative
pemecahannya.Dan tidak diberikan contoh instrument untuk menyelidiki siswa yang
mengalami kesulitan belajar, misalnya instrument untuk observasi, interview dan
lain-lain.
4.2 KEMUTAKHIRAN ISI BUKU
Dikarenakan buku ini adalah buku lama. Buku ini sudah ketinggalan jaman.
Pengetahuan yang diberikan kepada buku ini memang sangat sedikit. Dibandingkan
dengan buku purwanto yang diterbitkan 2011. Konten seperti contoh yang kurang
jelas juga menyebabkan buku ini akan membuat tidak menarik si pembaca khususnya
pembaca umum.
Lihat Juga!
Lihat Juga!
BAB V
IMPLIKASI TERHADAP
5.1 TEORI/ KONSEP
Pada dasarnya ilmu jiwa pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang
khusus mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang
terlibat dalam proses pendidikan yang meliputi tingkah laku belajar, tingkah
laku mengajar, dan tingkah laku belajar mengajar.
Teori yang digunakan dalam buku ini mengikat teori-teori para ahli
psikologi sebelumnya. Dalam buku ini dijelaskan dengan berkembangnya psikologi
dalam pendidikan muncul pula berbagai aliran psikologi pendidikan yaitu (1)
psikologi behavoristik, (2) psikologi kognitif, (3) psikologi humansitik.
Konsep dalam buku ini sudah jelas yaitu menginginkan pembaca mengerti
tentang psikologi pendidikan. Pada buku ini dijelaskan tentang pertumbuhan dan
perkembangan sehingga para pembaca dapat melihat perbedaannya. Juga ada MA
yaitu Mental Age yang dapat menjadi tambahan pengetahuan untuk melihat
pembawaan yang ada pada anak dan pengaruh ligkungannya yang dapat menyebabkan
pengaruh dalam belajarnya.
5.2 PROGRAM PEMBANGUNAN DIINDONESIA
Psikologi dan ilmunya
masih sedang berkembang di indonesia. Terbukti dari pengetahuan penyakit mental
yang sudah banyak diketahui oleh rakyat. Yang sebelumnya mereka mengetahui bahwa
psikologi hanyalah tentang penyakit orang gila sekarang masyarakat sudah
mengetahui penyakit yang sedang dialami anak.
5.3 ANALISIS MAHASISWA
Sebagai mahasiswa saya
mengetahui bahwa psikologi anak atau peserta didikitu sangatkah penting.
Terutama dimana saya adalah mahasiswa pendidikan yang akan menjadi guru.
Pengetahuan ini sangat dibutuhkan agar bisa menjadi guru yang profesional dan
bisa mengembangkan kemampuan anak menjadi lebih baik lagi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan tentang kejiwaan peserta
didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Ilmu jiwa pendidikan
menitikberatkan kepada proses pendidikan yang efisien, dimana aspek-aspek
psikologi di perhatikan.
Sudah tiba masanya sekarang pendidikan di Indonesia hendaknya lebih
melayani kebutuhan dan hakekat psikologis anak didik. Pendidikan harus
mempunyai kreasi-kreasi baru yang berorientasi kepada sifat dan hakekat anak
didik.
Pertumbuhan pada manusia dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif
pada materiil sebagai suatu akibat adanya pengaruh lingkungan. Sedangkan
perkembangan merujuk pada perubahan secara kualitatif pada segi fungsional.
Pertumbuhan dan perkembangan anak didik berbeda natara yang satu dengan yang
lain. Hal ini sangat tergantung oleh factor-faktor yang mempengaruhiya.
Inteligensi anak didik sangat berpengaruh terhadap proses belajar
mengajar di kelas. Inteligensi itu sendiri sangat dipengaruhi oleh pembawaan,
kematangan, pembentukan, minta dan pembawaan yang khas dan kebebasan.
Inteligensi antara pria dan wanita pada umumnya tidak meiliki perbedaan secara
signifikan.
6.2 SARAN
Dengan mempelajari buku ini kita akan dapat memiliki pengetahuan tentang
dasar-dasar psikologi dalam pendidikan. Dengan demikian segala upaya yang
dilakukan terhadap siswa merupakan tindakan yang didasari dengan penuh cinta.
Dan khususnya kami para calon guru hendaklah mengetahui apa yang bisa dilakukan
menghadapi anak yang memiliki mental yang berbeda